Pak Wildan dan Bu Renata keluar dari kamar Andreas untuk mengurus administrasi rumah sakit. Sang putra akhirnya sudah diperbolehkan pulang hari ini.
Saat tengah mengantri pembayaran rumah sakit, tanpa sengaja Bu Renata seperti melihat seseorang yang ia kenal dari kejauhan.
" Bu Vera? " gumamnya sedikit terkejut.
Setahu mereka, Bu Vera dan keluarganya sudah tidak ada dikota ini beberapa tahun yang lalu. Bu Renata kembali memperhatikan perempuan tadi baik-baik. Dirinya tak salah lagi, itu benar-benar Bu Verra. Spontan wanita itu menarik lengan sang suami supaya pria tersebut ikut memperhatikan.
" Pa, Kemari Pa. Lihat,, Bukankah itu Bu Verra?" pintanya pada sang suami.
Mendengar nama tersebut, Pak Wildanpun langsung menoleh untuk memastikan. Netranya terkesiap, nyatanya memang wanita tersebut adalah istri dari sang sahabat.
Setelah membayar administrasi, keduanya bergegas mencari keberadaan wanita yang baru saja mereka lihat tadi.
Dengan susah payah Pak Wildan dan Bu Renata mencari, tapi mereka sepertinya telah kehilangan jejak Bu Verra.
Tak berputus asa, merekapun bertanya pada setiap orang yang keduanya lewati. Setelah puluhan kali bertanya, akhinya ada salah seorang wanita paruh baya mengatakan baru saja bertemu wanita dalam foto tersebut. Wanita itu sedang berada di kantin.
Ada rasa lega dalam diri mereka, dengan segera keduanya mendatangi kantin supaya tak kehilangan jejak Bu Verra kembali. Mereka mengedarkan pandangan, netranya tertuju pada seseorang yang sedang membayar makanan di kasir.
Keduanya berjalan mendekati wanita tersebut. Pak Wildan mencoba memanggil wanita yang saat ini memunggunginya.
" Bu Verra? " panggilnya perlahan, khawatir barangkali salah orang.
Yang merasa terpanggil membalikkan badan. Ketiga orang tersebut saling bersitatap. Bu Verra juga tak menyangka akan bertemu dengan mantan calon besannya dulu.
" Pak Wildan? Bu Renata? Kalian ada disini? "
" Iya. Putra kami Andreas sedang dirawat disini. Hari ini dia sudah diizinkan pulang. Kami sungguh tak menyangka bisa bertemu anda disini. Apalagi dua tahun ke belakang, kalian lenyap bak ditelan bumi. Oh ya? Bagaimana kabar Aldo? Apa dia juga ada disini? " tanya Pak Wildan bersemangat. Ia tak sabar ingin bertemu sahabat yang telah banyak membantunya dahulu.
Raut wajah Bu Verra kini muram seketika. Bagaimana tidak? Hari ini sang suami kembali pingsan setelah mengeluhkan kepalanya yang terasa sakit.
" Bu Verra? Anda tidak apa-apa? " Pak Wildan ikut khawatir melihat perubahan raut wajah Bu Verra.
" Suamiku sedang dirawat disini. " jawab wanita itu datar.
Pak Wildan dan Bu Renata begitu terkejut sekaligus iba mendengarnya. Mereka meminta izin agar bisa menjenguk Pak Aldo diruangannya.
Bu Verrapun mengajak keduanya menuju kamar dimana sang suami dirawat. Saat Pak Wildan menanyakan masalah penyakit yang diderita Pak Aldo, wanita itu terkesan menutup-nutupi darinya.
Ceklek...
Pintu ruangan terbuka, terlihat Loly yang sedang meminumkan obat pada Pak Aldo. Pria itu terkesiap melihat siapa yang datang bersama istrinya.
Ketiganya berjalan mendekati Pak Aldo. Pak Wildan menepuk bahu sahabat lamanya untuk menguatkan.
" Aku tak menyangka kita kembali bertemu dengan kondisi seperti ini. Kau harus cepat sembuh, kau berhutang banyak penjelasan padaku. " Pak Wildan ikut iba melihat sahabatnya jauh lebih kurus dari yang dulu.
" Ma, Loly, Bu Renata ? Bisakah kalian keluar sebentar? Ada sesuatu hal yang ingin kubicarakan berdua saja dengan Wildan." pinta pria paruh baya tersebut pada ketiga wanita disampingnya.
Sebenarnya Bu Verra ingin menolak. Kondisi suaminya saat ini sedang lemah, ia tak ingin pria itu drop kembali. Namun, Pak Aldo segera memberi kode padanya untuk tidak membantah. Dengan terpaksa ia mengikuti kemauan suaminya.
Pak Aldo membuang nafas kasar setelah melihat seluit ketiga wanita itu hilang dari pandangannya. Sekarang ia menatap sahabatnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
" Bagaimana kabarmu? Ku dengar bisnismu sekarang semakin melebarkan sayapnya. Aku ikut senang mendengarnya. " pria itu mulai berbasa-basi.
" Alhamdulillah kabarku sehat. Itu juga berkat kau yang selalu mengangkatku saat bisnisku jatuh. Aku benar-benar kesal sebab kau menghilang begitu saja dua tahun kebelakang. Waktu itu kudengar perusahaanmu bangkrut. Aku sangat ingin membantumu karena kau telah banyak berjasa padaku. " ungkap Pak Wildan.
Pak Aldopun mulai menceritakan musibah yang menimpa keluarganya. Enam tahun silam ia pindah keluar kota, membangun bisnisnya disana. Awalnya semua berjalan lancar. Namun setelah berjalan tiga tahun, adiknya justru mensabotase dan menjual aset-aset perusahaan tanpa sepengetahuannya.
Dirinya terbelit hutang yang begitu besar, ditambah lagi ribuan karyawan yang berdemo lantaran pesangon yang belum dibayarkan. Akhirnya iapun menjual seluruh aset pribadinya disana dan memilih tinggal dirumahnya yang lama dikota ini.
Ia sengaja tak menjual rumah tersebut lantaran terlalu banyak kenangan disana. Ia memilih memulai hidup baru dan sengaja menonaktifkan nomor ponselnya. Namun, nyatanya hutang-hutangnya masih menumpuk, mungkin suatu saat terpaksa iapun harus menjual rumah itu.
Pak Wildan turut iba mendengarnya.
" Harusnya kau datang padaku. Aku pasti akan membantumu. Adikmu itu benar-benar tak tahu terimakasih. Padahal setahuku, dulu kaulah yang telah membiayai kehidupannya semenjak orang tua kalian tiada." sedikit banyak Pak Wildan tahu kehidupan Pak Aldo sebab mereka bersahabat sejak kecil.
Pak Aldo tersenyum getir. Andai,, andai saja dia masih sehat sekarang. Tentu ini bisa jadi batu loncatan baginya. Namun apa daya, bahkan untuk membawa dirinya sendiri ia seolah kehabisan tenaga sekarang.
" Bolehkah aku meminta tolong padamu?" ucapnya berat.
" Tentu,, tentu saja. Kau adalah sahabat terbaikku. Mari kita bangun bisnismu kembali. Aku yakin kau pasti akan bisa kembali berjaya. " Pak Wildan begitu bersemangat.
Pak Aldo menundukkan kepala,
" Aku titipkan anak dan istriku padamu. Aku tak sanggup melihat mereka menderita jika nanti aku sudah tidak ada di dunia ini. Tolong jagalah mereka dan anggap mereka bagian dari keluargamu sendiri. "
Seketika dada Pak Wildan bergemuruh, apa itu berarti umur sahabatnya tidak akan lama lagi? Tidak, iapun tak mampu menerima semua ini. Mereka baru saja bertemu, mungkinkah mereka akan terpisah kembali.
" A-pa maksudmu berkata seperti itu? " bibirnya kelu untuk berkata-kata.
Pak Aldo membuang nafas kasar, pandangannya kosong menerawang tak tentu arah.
" Aku mengidap kanker otak stadium akhir. Kemungkinan umurku sudah tak lama lagi. Saat ini yang terpenting bagiku adalah melihat keluargaku bahagia. " ungkapnya pilu.
Pak Wildan tersentak, hatinya trenyuh menghadapi kenyataan pahit tersebut.Tanpa terasa bulir airmata membasahi sudut matanya. Pria itu segera mengusap peluh tersebut kemudian berhambur memeluk sahabatnya.
" A-ku berjanji padamu akan menjaga mereka seperti keluargaku sendiri. Tapi kumohon, tetap berjuanglah. Kita akan menghadapi ini bersama-sama. " ia mengusap-usap punggung sang sahabat untuk menguatkan.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini. Kasih like, koment, rate n vote seikhlasnya buat karya terbaruku. Makasih sebelumnya🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ⓝ︎Ⓞ︎Ⓔ︎Ⓡ︎ʰⁱᵃᵗᵘˢ
sukses selalu ♥️
2022-04-07
0
Ni Nyoman Rinti
itu artinya pak aldo akan meninggal thor?
2022-02-11
3