Andreas telah kembali ke kediamannya. Pria itu langsung menuju kamar dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang empuk yang selama dua hari ini ia tinggalkan. Pandangannya menerawang ke atas langit-langit kamar dengan kedua tangan menumpu kepalanya. Sesekali pemuda itu tersenyum seorang diri.
Entah mengapa wajah Stevia sama sekali tak bisa lepas dari ingatannya. Bayangan saat dirinya mencium wanita itu kini memenuhi isi kepalanya. Pria itu memegang bibirnya, rasanya manis bibir Stevia masih tertinggal disana.
" Jaket,, topi. "
Dirinya teringat dua benda yang Stevia berikan padanya. Ia berniat mencari kedua benda tersebut, seingatnya dua benda itu masih melekat di badannya sewaktu pingsan kemarin.
Dirinya hendak beranjak, tapi netranya tertuju pada benda yang tersimpan di nakas. Seulas senyum tersimpul di wajah tampannya kembali. Ternyata pembantu di rumahnya telah mencuci dan menyimpan pakaian tersebut disana.
" Aku akan mengembalikan sekaligus meminta maaf atas kejadian kemarin padanya. " batinnya sembari menciumi pakaian tersebut.
Entah mengapa diotaknya kini hanya dipenuhi oleh seorang Stevia. Rencananya ia akan menyerahkan pakaian tersebut malam minggu nanti. Biasanya Stevia akan hadir di acara peragaan busana terbesar di kota tersebut.
...*******...
Malam minggu yang ditunggu telah tiba. Andreas masih bercermin di depan kaca sembari membenahi penampilannya. Entah berapa banyak pemuda itu menyemprotkan parfum ditubuhnya. Ia ingin gadis itu terbius oleh aroma maskulin yang menguar dari tubuhnya.
Tak lupa ia membawa jaket dan topi Stevia yang telah ia masukkan kedalam kantong. Hatinya begitu berbunga-bunga sore ini.
Andreas menuruni tangga, tampak Mama dan Papanya tengah bercengkrama diruang keluarga.
" Andreas, kau mau kemana? Ayah ingin berbicara sebentar denganmu."
Pak Wildan memperhatikan sang anak yang terlihat tergesa-gesa. Andreas berdecih kesal, iapun terpaksa berbalik dan menemui sang papa. Wajahnya nampak ditekuk, padahal dirinya sudah tak sabar untuk bertemu Stevia.
" Ada apa, Pa? Aku sedang terburu-buru. " ucapnya sembari melirik jam di tangannya.
" Apa kau masih ingat dengan Om Aldo dan Tante Verra? Besok Papa ingin mengajakmu untuk silaturahmi ke rumahnya. Beliau sudah kembali ke kota ini. " bujuk Pak Aldo.
Andreas begitu terperanjat saat nama itu disebut. Tentu saja ia ingat dengan keluarga tersebut. Keluarga gadis yang ia benci setengah mati.
*Flash Back On...
6 tahun silam*...
Hari ini merupakan hari ulang tahun Stevia yang ke 15. Gadis itu merasa begitu senang sebab Andreas, pemuda yang begitu ia dambakan mengajaknya untuk pergi kesebuah taman yang cukup terkenal di kota tersebut.
Andreas memintanya untuk datang ketempat itu, sedangkan ia telah menyiapkan kejutan disana. Sungguh, ini benar-benar tak terduga. Pemuda yang selalu mengacuhkan dan menghinanya mendadak ingin memberikan kejutan ulang tahun padanya. Mungkin ini buah kesabarannya sebab ia memang tulus mencintai tunangan kecilnya itu.
Dengan begitu bersemangat Stevia menuju taman yang dimaksud. Disana nampak sepi tak ada apa-apa. Sembari memperhatikan sekitar, dirinya mencari keberadaan Andreas. Langkahnya terhenti ketika terdengar seseorang meneriakinya dari arah belakang.
" Hei culun, aku disini. " memang itu julukan yang selalu Andreas sematkan padanya.
Sebuah senyuman merekah di wajahnya, gadis itupun segera berbalik. Alangkah terkejut dirinya saat melihat pemuda itu digandeng oleh gadis paling centil baginya disekolah. Siapa lagi kalau bukan Cecile.
Ada beberapa teman-teman geng Andreas dan Cecile turut berada disana. Mereka menyeringai seolah memandang dirinya sebelah mata.
" An-dreas? Bukankah kau bilang ingin memberikan kejutan ulang tahun untukku? Kenapa kau malah bersamanya? " Hati Stevia benar-benar terluka sekarang. Ini sungguh berbeda dari ekspektasinya.
Andreas menyeringai, perlahan ia melepaskan tangan Cecile dari lengannya dan maju beberapa langkah mendekati Stevia.
" Kejutan? Bukankah ini juga kejutan? Dasar culun udik, tidak usah mengkhayal terlalu tinggi. Bukankah sudah kubilang?! Aku tidak pernah menyukaimu dan tidak akan pernah menyukaimu. " tegas Andreas sambil menunjuk ke arah gadis itu. Air mata Stevia meluncur seketika mendengar penghinaan Andreas padanya.
Cecile kembali maju dan menggandeng Andreas. Pria itu menyambut kekasihnya dengan sebuah senyuman bangga.
" Lihatlah Cecile. Dia sangat cantik, pintar,dan mudah bergaul. Mana bis dibandingkan dengan gadis gendut dan buruk rupa sepertimu. " ejek Andreas kembali.
Stevia hanya mematung, ia mencerna dengan baik kata-kata yang keluar dari mulut pemuda itu.
Cecile memberi kode pada geng wanitanya. Tiba-tiba mereka mendekat dan menyeret Stevia.
" Hei, lepaskan! Apa yang mau kalian lakukan?! " Stevia berusaha melepaskan diri, tapi dirinya tak mampu berkutik melawan empat orang gadis yang menyeretnya.
Netranya terbelalak melihat kubangan lumpur yang ada di got. Ia yakin mereka pasti akan menceburkannya disana. Airmatanya semakin mengalir deras, ia mencoba melepaskan diri namun sia-sia belaka.
BLUURRR...
Akhirnya Stevia jatuh kedalam kubangan lumpur yang berbau sangat menyengat. Tubuhnya dan pakaiannya begitu kotor. Ia merasa sangat malu saat ini. Ingin meminta tolong, tapi pada siapa?
Andreas berdiri dipinggir got bersama kekasihnya. Pemuda itu menyeringai senang, begitupun Cecile. Ia justru menertawakan Stevia saat ini.
Tak berhenti berharap, Stevia memohon belas kasihan Andreas dengan air mata yang berlinang.
" Andreas, kumohon tolong aku. Ini sangat bau dan menjijikan. Aku mohon bantu aku keluar dari sini. " gadis itu menatap iba pada Andreas, tapi pemuda itu justru memalingkan wajahnya.
Hati Stevia kini bertambah sakit, ia tak menyangka Andreas yang begitu ia dambakan ternyata sungguh tega padanya. Dadanya sesak merasakan penghinaan yang telah mereka lakukan padanya.
Netranya kembali terkesiap saat Andreas berteriak sambil menatap nyalang padanya.
" Hei culun, dengarkan aku baik-baik. Jangan seperti punguk yang merindukan bulan. Kau sama sekali tak pantas untukku. Disitulah posisi yang paling pantas untukmu. Aku Andreas Dirgantara, tidak akan pernah mencintai gadis udik dan kampungan sepertimu! Bahkan, bila langit dan bumi terbelah sekalipun aku tidak sudi bersama gadis sepertimu! " tegasnya kembali.
Pemuda itupun berniat pergi dari sana, namun langkahnya terhenti saat tiba-tiba Stevia berteriak ke arahnya.
" Hei, Andreas Dirgantara sombong. Aku pastikan kau akan menyesali kata-katamu nanti !! " ucapnya menggebu-gebu.
Andreas hanya menyeringai, tanpa berbalik iapun meninggalkan Stevia disana sendirian. Gadis itu menangis sesenggukan, dengan susah payah iapun berhasil keluar dari got dengan pakaian yang begitu kotor.
" Sampai kapanpun, aku sudah tak sudi berhubungan dengan seorang Andreas Dirgantanya. " batinnya memendam kebencian.
Flash Back Off...
" Andreas,, Bagaimana? Apa kau mau pergi bersama kami besok? "
Ucapan Pak Wildan membuat pemuda tersebut kembali ke alam sadarnya. Ada sedikit rasa sesal, dirinya memang sangat keterlaluan waktu itu. Namun, hal itu tidak akan pernah terjadi jika orang tuanya tidak memaksanya untuk menikah dengan Si Culun dimasa depan. Bagaimanapun dirinya berhak mengatur kehidupannya sendiri.
" Tidak, Pa. Aku tidak mau berurusan lagi dengan mereka. Aku harus pergi sekarang. " tanpa basa-basi pria itu berjalan keluar rumah.
" Andreaass!! "
Teriakan Pak Wildanpun sama sekali tak digubris olehnya.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini. Kasih like, koment, rate n vote seikhlasnya ya buat karya terbaruku. Makasih sebelumnya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Senajudifa
karma mu skrng andreas
2022-07-10
0
Elisabeth Ratna Susanti
keren 😍
2022-02-16
0
Ni Nyoman Rinti
keterlaluan kau andreas...aq sudah vote thor
2022-02-15
0