Stevia bergegas pulang kerumah. Dirinya baru menyadari , ternyata ada banyak panggilan tak terjawab dari sang Mama setelah mengaktifkan kembali ponselnya di dalam tas. Ia bingung tidak biasanya sang Mama menelpon jika bukan lantaran sesuatu yang penting.
" Ada apa, Nona? Kenapa anda terlihat cemas seperti itu? " Lolipun ikut penasaran melihat perubahan wajah sang atasan.
" Tidak biasanya Mama menelponku sebanyak ini. Aku takut terjadi sesuatu dirumah." Stevia tampak semakin gelisah.
Loli mengerti dengan apa yang harus ia lakukan. Gadis yang merangkap sebagai manager sekaligus asisten Stevia itupun melajukan mobilnya lebih kencang agar cepat sampai kerumah.
Keduanya segera turun saat mobil berhenti dihalaman rumahnya. Mereka langsung masuk untuk memastikan apa yang sedang terjadi sebenarnya.
Memang Loly selama ini juga tinggal bersama keluarganya. Dahulu ia merupakan anak salah satu asisten rumah tangga yang begitu setia pada keluarga Stevia. Hingga sang ibu meninggal dan dirinya hanyalah sebatang kara, keluarga itupun sudah menganggap dirinya bagian dari keluarga mereka.
Ceklek...
Pintu terbuka, nampak Mama Vera yang tengah gelisah menunggu kepulangan putrinya. Ia segera menghampiri Stevia dan memeluk putri semata wayangnya tersebut. Loly berpamitan untuk masuk ke kamarnya.
Stevia tercengang, sang Mama tiba-tiba menangis dalam pelukannya.
" Ma? Mama kenapa menangis? Apa ada sesuatu yang telah terjadi?"
Mama Verra langsung mengusap airmatanya.
" Ti,, tidak sayang. Mama cuma khawatir sebab kau belum juga pulang. Lihatlah ini sudah larut dan kau baru pulang. Kemana saja kau, Nak? Mama mohon jangan terlalu sering keluyuran diluar sana. " tegur sang Mama.
Stevia melirik jam dinding, benar saja waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Ini pertama kali dirinya pulang sampai larut malam. Sejak menjadi seorang model, Mama Vera memang sedikit cerewet terhadapnya. Sang Mama tak ingin dirinya terlibat pergaulan bebas.
" Maaf Ma. Memang tadi acaranya memang lebih panjang dari biasanya. Lalu, ada salah satu pemilik perusahaan media ingin mengontrakku menjadi model produk kecantikan disana. " ia tak ingin menceritakan tentang masalah Andreas barusan.
" Oh ya, dimana Papa? " dirinya berusaha mengalihkan pembicaraan lantaran memang biasanya Papa dan Mamanya selalu menunggunya hingga pulang.
Sang Mama seperti orang yang sedang gelisah, tapi berusaha menutupinya dari Stevia.
" Papa,, Papa,, Eemm Papa sedang beristirahat dikamar. Dia sudah mengantuk. " jawabnya gugup.
Ada semburat kecurigaan diwajah Stevia, ia merasa sang Mama menyembunyikan sesuatu.
" Ma? Kenapa Mama gelisah? Kalau ada masalah tidak perlu ditutup-tutupi dari Stevia. Aku sudah dewasa Ma, akupun berkewajiban menanggung semua beban keluarga ini.
Mama Vera bingung, tapi beban ini terasa begitu berat ia pikul sendirian. Perlahan ia menuntun putrinya duduk disofa agar lebih nyaman berbicara.
Stevia menyimak, dugaannya memang benar. Keluarganya sedang berada dalam masalah. Pihak bank telah memberikan peringatan pada keluarganya karena sebentar lagi jatuh tempo.
Stevia sebenarnya telah mengetahui semua ini. Sejak perusahaan sang Papa bangkrut akibat ulah pamannya yang mensabotase dan menjual aset-aset perusahaan, perusahaan tersebut akhirnya gulung tikar dengan meninggalkan hutang yang begitu besar.
Hutang mereka pada bank mencapai angka puluhan milyar. Dengan pekerjaannya sebagai model seperti sekarang, angka tersebut masih sulit untuk ia lunasi. Ia mencoba meminta penangguhan, namun pihak bank sudah tidak mau memberikan toleransi lagi.
Secepat apapun otaknya berputar, tetap saja angka tersebut belum mampu ditembus olehnya.
" Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?" batin Stevia kebingungan.
Sang Mama ikut merasakan raut kesedihan dan kecemasan diwajah putrinya. Ia mencoba memberikan solusi yang sejak lama sudah ia sering usulkan pada putrinya.
" Nak, Mama mohon? Kita sudah tidak punya pilihan lagi. Lebih baik kau jual saja rumah ini. Mama dan Papa siap meskipun kita harus tinggal dikontrakan kecil sekalipun. " ungkap Mama Vera dengan sorot mata penuh ketulusan.
Stevia tahu pasti itu yang akan dikatakan oleh sang Mama. Dari dulu dirinya memang menolak untuk menjual rumah utama mereka. Rumah hasil jerih payah orang tuanya, tempat ia dilahirkan dan dibesarkan selama ini.
Tapi sekarang? ia telah menjual rumah serta villa keluarganya dan hanya rumah ini yang tersisa. Jika rumah inipun dijual, dirinya masih belum yakin bisa menutup hutang-hutang keluarganya. Dan sudah dipastikan, baginya ini sebuah kegagalan dirinya mensejahterakan orang tuanya.
Stevia membuang nafas kasar,
" Nanti kita bahas ini lagi, Ma. Stevia akan memikirkan solusi terbaiknya. Sekarang Stevia ingin beristirahat dahulu. Tolong, Mama jangan terlalu memikirkannya. Aku yakin pasti akan mencari solusi terbaik untuk kita. "
Stevia merengkuh pundak sang Mama berusaha menguatkan. Mama Verapun hanya mengangguk mengiyakan, ia merasa bersalah lantaran tak mampu membantu putrinya sama sekali.
Ia membiarkan Stevia berlalu menuju kamarnya sebelum akhirnya iapun kembali ke kamarnya.
Setibanya dikamar, Mama Vera kembali berlinang airmata. Ia menatap sosok pria yang menjadi teman hidupnya selama ini.
" Ya, Tuhan. Cobaan apalagi ini? Rasanya hamba tak sanggup menghadapi semua ini. " wanita itu terkulai tak berdaya dibalik pintu kamarnya dengan bersimbah airmata.
Yah, sang suami baru saja divonis terkena kanker otak. Sore tadi beliau pingsan setelah beberapa lama sering mengeluh sakit kepala. Itulah alasan mengapa Mama Vera menelpon putrinya berkali-kali tadi.
Harusnya Papa Aldo mendapat perawatan intensiv di rumah sakit. Namun, beliau bersikeras untuk pulang dan meminta Mama Verra berjanji agar tak menceritakan semua ini pada Stevia.
...--------...
Stevia tak mampu berbaring nyenyak malam ini. Pikirannya kini dipenuhi oleh masalah hutang, hutang dan hutang.
Ia memutuskan keluar kamar dan menuju ke kamar Loly setelah Mama Verra masuk ke kamarnya.
Untung saja kamar itu tak pernah dikunci, iapun nyelonong masuk dan duduk disebelah gadis yang telah terbujur diatas ranjangnya.
" Loly, Loly, banguun. Aku butuh teman ngobrol. " ia menggoyang-goyangkan tubuh gadis yang baru saja terbuai ke alam mimpi.
" Eeehhh..Nona ini merusak mimpiku saja. Padahal tadi aku baru saja bermimpi pacaran sama Tom Cruise." keluh Loly sembari mengucek matanya yang masih sulit untuk terbuka.
" Ini masalah penting Loly, tolong bantu aku mencari solusi. Otakku rasanya sudah tidak mampu lagi untuk berpikir. " keduanya memang sudah seperti saudara sekaligus sahabat lantaran usianya yang hampir sepantaran.
" Loly? Bagaimana kalau aku jual diri?"
Ucapan sang atasan membuat netra gadis tersebut membola seketika...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Senajudifa
aduh jgn sampai jual dirilh
2022-07-03
0
TK
like
2022-02-07
0
🌈Yulianti🌈
lanjuuut
2022-02-05
0