Pak Aldo dan Bu Verra menyambut kedatangan sahabatnya. Mereka meminta Stevia membuatkan minum untuk kedua tamunya.
" Kenapa kalian datang berdua saja? Apa kalian tidak mengajak Stevan dan Andreas? " Pak Aldo pikir sahabatnya akan datang bersama seluruh anggota keluarga.
Pak Wildan tampak sedikit kebingungan, mana mungkin dirinya mengatakan kalau Andreas tidak mau ikut barusan.
" Oh...Stevan sedang ada urusan di luar kota. Kalau Andreas,, dia masih belum bangun tadi pagi. Maklum anakku itu sukanya hanya hura-hura saja, malam minggu dia biasa pulang pagi setelah hangout bersama teman-temannya. " keluh Pak Wildan.
Pak Aldo dan Bu Verra memaklumi hal itu. Yah, Andreas sudah terbiasa hidup dengan segala kemewahan yang diberikan oleh kedua orang tuanya.
" Oleh sebab itu, kami sangat ingin putra kami bisa berubah. Aku sudah tua, aku ingin Andreas sebagai satu-satunya penerus keluarga mau menjalankan perusahaan. Akan tetapi, dirinya selalu saja menolak. Dirinya ingin sang kakak saja yang memimpin perusahaan. " raut kekecewaan tergambar di wajah Pak Wildan.
" Kau harus bersabar. Aku yakin suatu saat Andreas bisa berubah. Mungkin ini karena dia terlalu sering menikmati tanpa harus berusaha." Pak Aldo mencoba menguatkan.
Pak Wildan setuju dengan apa yang dikatakan Pak Aldo barusan. Salahnya juga terlalu memanjakan putranya itu.
" Oleh sebab itu, kami ingin Andreas belajar untuk bertanggung jawab. Kami butuh seseorang yang bisa membuatnya berubah. Kami ingin Stevia membantu putraku agar menjadi seseorang yang lebih berguna. " Pak Wildan mulai menyampaikan niatnya, namun sepertinya Pak Aldo kurang paham maksudnya tersebut.
" Apa maksudmu? Kenapa Stevia? " tanyanya bingung.
Pak Wildan dan Bu Renata saling bertukar pandang dan mengangguk tanda sepakat.
" Aku ingin mereka kembali dipersatukan lagi. Stevia gadis yang baik, aku yakin dia bisa membantu mengusahakan agar Andreas bisa berubah. Dan maaf, dengan menikahkan mereka mungkin itu adalah cara terbaik untuk menjaga keluargamu. " terang Pak Wildan.
Seketika wajah Bu Verra berubah pucat pasi. Ingatan akan penyakit suaminya kembali menghantui pikirannya. Memang, Pak Aldo pernah bercerita bahwa ia meminta Pak Wildan untuk menjaga anak dab istrinya setelah beliau tiada.
Bulir airmata hampir saja menetes, namun Bu Verra dengan segera mengusap bulir itu dari sudut matanya.
Sebagai sesama wanita, Bu Renata mengerti akan kesedihan wanita tersebut. Ia merasa tak enak hati dengan ucapan suaminya barusan.
" Jeng Verra, maaf. Suamiku tidak bermaksud. " ungkapnya merasa bersalah.
" Tidak apa-apa. Saya mengerti. " jawab Bu Verra dengan nada lemah.
Pak Aldo mengerti kesedihan sang istri. Namun, dirinya memang ingin membuat sang istri lebih kuat dan tegar dalam menghadapi kenyataan bila mungkin dirinya akan dipanggil ke hadapan Ilahi nantinya.
" Sebenarnya aku setuju-setuju saja. Akan tetapi, ini semua kukembalikan pada putriku. Dia yang lebih berhak menentukan kebahagiaannya. " jawab Pak Aldo.
" Iya. Akupun sependapat dengan mas Aldo. Yang terpenting putri kami bahagia. Setahuku selama ini dia masih menutup diri dari laki-laki." Bu Verra menyampaikan pendapatnya.
Keduanya menyarankan agar menanyakan hal ini langsung pada Stevia.
Pucuk dicinta ulampun tiba, yang baru saja dibicarakan akhirnya muncul dengan membawa baki berisi kopi dan teh panas. Iapun telah memakai pakaian yang lebih sopan sekarang. Gadis itu merasa aneh saat keempat orang tersebut memandangnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
" Om,, Tante. Silahkan diminum. " ucapnya sembari menyajikan cangkir berisi minuman dihadapan keduanya.
Tiba-tiba Bu Verra memanggil putrinya.
" Vie,, Ada yang ingin Pak Wildan bicarakan denganmu. Dia meminta waktu sebentar untuk berbicara empat mata denganmu. "
Degghh...
Hati Stevia berdetak tak menentu, batinnya bertanya-tanya ada apakah gerangan hingga Pak Wildab ingin berbicara masalah pribadi dengannya? Apakah ini ada hubungannya dengan Andreas?
Ahhhh,, masa lalu itu terlintas lagi. Seorang gadis cupu yang begitu tergila-gila dengan pria tampan yang populer. Gadis yang mau-maunya dibodohi dan dibully di sekolahnya. Stevia tersenyum getir mengingat masa lalunya yang cukup kelam waktu itu.
" Vie?? Apa kau baik-baik saja. "
Bu Verra merasakan perubahan raut wajah putrinya yang sedikit murung.
" I,, iya Ma. " gadis itu tersadar dari lamunannya.
" Mari, Om. Silahkan, kita bicara di ruang kerja Papa. " ia mengajak Pak Wildan menuju ruang kerja Papanya yang ada di lantai atas.
Keduanya memasuki ruangan tersebut. Pak Wildan memandang ke sekeliling ruangan. Nampak bersih dan rapi, meskipun sepertinya jarang terjamah karena udara yang terasa engap di dalam ruangan.
Stevia mempersilahkan pria itu untuk duduk berhadapan dengannya.
Gadis itu mengawali pembicaraan supaya suasana menjadi lebih cair.
" Maaf Om. Kira-kira ada apa ya? Sepertinya ini sesuatu yang sangat penting? "
" Begini Vie. Jika kau berkenan, Om ingin menjodohkanmu kembali dengan Andreas. Om..."
Belum selesai Pak Wildan berbicara, Stevia langsung memotongnya.
" Sekali lagi Vie minta maaf. Tapi, aku tidak mungkin kembali berhubungan dengan Andreas, apalagi menikah dengannya. " sarkasnya tegas.
Pak Wildan tahu gadis itu pasti langsung menolaknya. Ia sadar anaknya terlalu banyak menyakiti Stevia. Iapun meminta wanita tersebut memberinya kesempatan untuk berbicara.
Dengan terpaksa Stevia mendengarkan alasan Pak Wildan. Ini bukan karena ia memberi kesempatan pada Andreas, tapi ini lebih kepada rasa hormatnya pada pria paruh baya tersebut.
" Om ingin Andreas berubah. Om sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menasehati anak keras kepala seperti dirinya. Om sudah tua Vie,, Om ingin menikmati sisa kehidupan ini tanpa dibebani pekerjaan. Andreas putraku satu-satunya, tapi dia lebih suka berfoya-foya. Bantu Om untuk menjadikannya seseorang yang lebih bertanggung jawab. " terang lelaki tersebut.
" Tapi kenapa harus Vie, Om. Bukankah kami sudah lama tidak saling berhubungan dan setahuku Andreas masih menjalin hubungan dengan Cecile. " suaranya seakan tercekat saat mengucap nama itu. Rasa sakit hatinya pada Cecile masih membekas hingga sekarang.
" Karena Om yakin kau adalah wanita yang baik. Dengan bersamamu Andreas akan bisa menjadi lebih baik. Om kenal wanita itu, dia hanya menginginkan harta putraku. Suatu saat Andreas pasti akan menyadari hal itu. " terang Pak Wildan.
" Jika kau mau menikah dengan Andreas. Om akan melunasi hutang-hutang kalian dan akan menjamin kesejahteraan keluargamu. Kaupun akan mendapatkan 20% dari saham yang Om miliki diperusahaan. " pria itu menyerahkan sebuah dokumen yang telah ia persiapkan sebelumnya dari rumah.
Stevia terdiam, ia tak ingin menerima dokumen tersebut. Keputusannya tetap sama, ia tak akan mau berurusan kembali dengan Andreas.
" Maaf sekali lagi, tapi aku tidak bisa Om. " tolaknya halus.
" Om tidak memaksamu untuk mengambil keputusan sekarang. Kau baca dan pelajari ini sendiri nanti. Setelah itu, baru kau bisa memutuskan dengan kepala jernih. " Pak Wildan tak mau menyerah, ia membujuk Stevia untuk menerima dokumennya.
Dengan terpaksa Stevia menerima dokumen tersebut dari tangan Pak Wildan.
" Semoga apapun yang berada disini, tidak akan mengubah keputusanku. " batinnya berharap...
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini. Kasih like koment rate lima n vote seikhlasnya ya buat karyaku ketiga. Makasih sebelumnya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Senajudifa
ngga usah terima vie sdh cukuo km dihina sm lali2 tak berguna itu
2022-07-10
0
SIFA Official
Lanjut lagi kak 💪💪💪💪💪💪💪
2022-04-09
0
Puji Pujiati
jgn mau ya yg ada ntar di tindas sama andreass
2022-02-16
1