Tok...Tok...Tok...
Terdengar seseorang mengetuk pintu apartemen Cecile dengan keras. Gadis itu mulai terbangun dari tidurnya, bibirnya berdecih lantaran merasa terganggu oleh suara tersebut.
Ia berjalan gontai untuk membukakan pintu bagi tamunya. Dirinya sudah bisa menebak siapa yang datang ketempatnya dini hari begini.
" Kau?"
Belum selesai dirinya berkata-kata, Stevan sudah terlebih dahulu masuk dengan tampang penuh amarah. Pria tersebut menjatuhkan tubuhnya kasar diatas sofa.
" Bedebah!! " umpatnya penuh amarah.
Cecile segera mendekati pria tersebut, sebenarnya ia kesal tapi saat ini Stevan juga merupakan salah satu sumber keuangannya.
" Kau ini kenapa? Datang-datang langsung marah-marah. " gadis itu merangkul pundak Stevan sembari merapatkan tubuhnya untuk menenangkan pria tersebut.
Seketika amarah Stevan ikut surut mendapat perlakuan semanis ini dari Cecile. Yah, diapun tergila-gila pada gadis ini saat pertama kali bertemu. Iapun kembali teringat bagaimana dulu dirinya bisa menaklukkan Cecile hingga tunduk kepadanya.
Sungguh licik cara yang dipakainya untuk menaklukkan kekasih adik angkatnya. Berdalih lantaran urusan pekerjaan, ia mengajak Cecile keluar kota. Disana ia mengajak gadis tersebut untuk menemaninya minum. Cecile yang tak pernah meminum alkoholpun akhirnya mabuk. Dengan mudah iapun akhirnya bisa merebut keperawanan gadis tersebut.
Cecile yang sudah kepalang basah tak mampu bangkit lagi. Stevan berjanji akan merahasiakan semua ini dari Andreas. Perlahan tapi pasti, Stevanpun meminta gadis itu menjalin hubungan gelap dengannya. Untung saja gadis itu mudah ditaklukkan lantaran ia sangat senang diberi hadiah barang-barang mewah.
" Hei, kenapa kau malah melamun, heum?" bisiknya ditelinga Stevan hingga menimbulkan gelenyar aneh pada diri lelaki tersebut.
Stevan jadi teringat peristiwa yang terjadi barusan.
" Aku benar-benar kesal. Padahal sedikit lagi aku mampu menghabisi Andreas. Tapi aku justru kehilangan jejaknya. Kalau saja tidak ada security yang melihat, pasti aku akan mencarinya sampai ketemu. " keluhnya.
" Sudahlah. Masih ada kesempatan lain, jangan terlalu dipikirkan. Lagipula, untuk apa kau harus repot-repot membunuh adikmu sendiri? Bukankah sekarang ini kaulah yang mengendalikan perusahaan? "
Cecile bahkan tidak tahu jika Stevan sebenarnya hanyalah anak angkat keluarga Dirgantara. Jika disuruh memilih tentu ia lebih mencintai Stevan, tapi pria itu tidak pernah mau mengurus perusahaan. Dirinya takut pria itu tak kan mampu menuruti keinginannya suatu saat nanti.
" Karena dia juga ingin memilikimu. " kilah Stevan mulai mengeluarkan rayuan mautnya.
Wajah Cecile merona seketika, tentu saja ia bangga menjadi rebutan dua anak konglomerat kaya.
" Bantu aku untuk menghilangkan kekesalanku hari ini. " rayu Stevan kembali dengan tatapan penuh pengharapan.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya seolah menggoda, jiwa matrenya kembali bangkit saat menyadari apa yang diinginkan pria itu saat ini.
" Eeumm,, sebenarnya aku ingin sekali tas Chansel yang kulihat di pusat perbelanjaan tadi siang. Barang itu limited edition. " pintanya merajuk.
" Tergantung seberapa pandai kau memuaskanku. "
Tanpa aba-aba tangan Stevan langsung masuk menyelinap kedalam gaun tidur terusan milik Cecile. Ia meraba perlahan apa yang ada diantara dua paha disana.
" Aku menginginkanmu malam ini. "
Yah,, entah untuk keseberapa kalinya Stevan memporak-porandakan isi didalam sana. Bagi Cecile, itulah kelebihan Stevan, pria itu mampu memuaskannya. Sedangkan Andreas, pria itu cenderung kaku. Sudah berapa kali dirinya mencoba merayu, tapi Andreas selalu memberikan jawaban yang sama. " Berikan semuanya saat aku telah memilikimu seutuhnya. "
...-----------...
Dengan susah payah sembari menahan sakit, akhirnya Andreas bisa pulang kerumah. Pemuda itu berhenti sesaat didepan pintu rumahnya. Hingga saat ini ia belum melepas jaket dan topi yang diberikan Stevia padanya. Sebuah senyum terukir diwajahnya saat mengingat kejadian tadi.
Sepintas bayangan Cecile terlintas dipikirannya. Ada rasa sesal dalam dirinya. Bukankah ini berarti ia telah menghianati kekasihnya? Mungkin ini semua akibat sang kekasih yang saat ini terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga mereka jarang bertemu.
Andreas menggoyang goyangkan kepala untuk mengembalikan pandangannya yang mulai kabur.
" Tidak. Aku tidak boleh menyukai gadis itu. Ini semata-mata hanya karena taruhanku dengan Tomy saja. Iapun beranjak masuk kedalam rumahnya. Dengan perlahan ia hendak menaiki anak tangga menuju kamarnya.
" Kemana saja kau jam segini baru pulang? Apa belum cukup dirimu selama ini hanya berfoya-foya saja di luar sana! " terdengar suara Pak Windan yang bergemuruh. Bu Renata memegang erat lengan suami untuk menenangkan.
Badan Andreas terasa begitu lemas, kali ini dirinya benar-benar tak sanggup meladeni Papanya.
" Maaf Pa, aku benar-benar lelah. Besok saja kita bahas ini lagi." jawabnya lemah. Ia mencoba melanjutkan langkahnya namun teriakan sang Papa kembali menggema ditelinganya.
" Andreas berhenti atau Papa sendiri yang akan menyeretmu kemari! Kesabaran Papa sudah habis, Papa akan mencabut semua fasilitasmu jika kau masih saja seperti ini. Lihatlah kakakmu ! meski dia bukan anak kandung Papa, tapi dia bukan pemalas sepertimu! "
Andreas paling tidak suka dibanding-bandingkan. Ia mendengus kesal lalu berbalik menghampiri sang Papa.
" Kalau Papa lebih menyukai Kak Stevan? Ok fine. Aku ikhlas jika Papa menyerahkan perusahaan Papa padanya ! " ungkapnya menantang.
Ucapan Andreas memicu kemarahan Pak Wildan hingga keubun-ubun. Bagaimana tidak? Jatuh bangun ia memperjuangkan perusahaan tersebut hingga besar seperti sekarang. Lalu dengan mudahnya sang putra kandung memintanya untuk menyerahkan perusahaan ke tangan orang lain. Andreas sama sekali tak menghargai jerih payahnya selama ini.
Lelaki setengah baya itu semakin tersulut amarah.Hampir saja ia mendaratkan sebuah tamparan ke wajah putranya yang sulit diatur. Untung Bu Renata segera menahan dan memintanya agar bisa mengendalikan emosi.
Perlahan tangan tersebut mulai beringsut turun. Pak Wildan mengalihkan pandangannya dari Andreas. Yah, ia sadar apa yang dilakukannya barusan justru akan semakin membuat putranya membangkang. Akan tetapi, rasanya ia sudah kehabisan akal dalam mendidik putranya.
Suasana berubah hening, kebisuan meliputi kedua pria beda generasi tersebut. Bu Renata tahu bahwa keduanya sama-sama memiliki sifat keras kepala.
" Andreas, lebih baik kamu beristirahat. Besok kita bahas lagi masalah ini. " ucapnya berusaha mencairkan suasana.
Andreas mengangguk lemah. Dirinya berniat pergi, tetapi tiba-tiba pandangannya mulai berkunang-kunang. Pria itu tak sanggup lagi menopang bobot tubuhnya, ia mulai kehilangan keseimbangan
BRUKK...
" Andreas !" pekik Pak Windan dan Bu Renata serempak. Mereka bergegas menghampiri putranya yang tiba-tiba pingsan.
Mereka merasa janggal saat salah satu lengan jaket yang dipakai Andreas terasa basah. Betapa terkejut keduanya ketika menyadari ternyata itu adalah rembesan darah.
" Apa yang sebenarnya terjadi? Cepat, kita harus segera membawanya ke Rumah Sakit ! "
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini. Kasih like koment rate n vote seikhlasnya buat karya terbaru author ya. Makasih sebelumnya ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Senajudifa
andai km tau kelakuan cecile andreas
2022-07-05
0
Ni Nyoman Rinti
aq seperti nonton drama tailand praoomok...semangat lanjut lgi thor aq ud vote tdi...
2022-02-07
1
pat_pat
boomlike ❤️
salam dari novel Topan Cahaya 🤗
2022-02-07
1