Malam ini Sekar ngotot ingin tidur bareng Aish. Meskipun sudah dilarang oleh orang tuanya, dia tetap saja bersikukuh dengan pendiriannya. Akhirnya, Aish mengalah untuk menerima Sekar tidur dengannya.
Sementara Babah dan rombongan keluarganya yang lain ada dikamar lainnya tak jauh dari tempat Aish.
"Huft, capek juga ya berkuda hampir setengah hari" kata Aish sambil merebahkan tubuhnya di kasur kapuk.
"Kamu sih nggak mau ikut kita naik delman aja" kata Sekar yang ikut duduk disisi Aish yang rebahan.
"Kamu nggak tahu saja aku muntah pertama kali naik delman waktu itu, trauma aku tuh" jawab Aish.
"Tra? tra apa sih? kamu ngomong apa sih Aishyah?" tanya Sekar.
"Trauma? kapok gitu loh aku Sekar ... Nggak mau aku naik delman lagi" kata Aish sambil merem.
"Ceritain dong, gimana kamu bisa kenal sama kak Frans"Sekar yang sudah sangat penasaran sudah tidak bisa memendamnya.
Lama tak ada jawaban, ternyata Aish malah sudah terbang ke alam mimpi. Terdengar dengkuran halus dari nafas Aish yang teratur.
"Ketiduran dia. Capek banget kayaknya" Sekar membatin mengamati wajah Aish yang cantik.
Diapun ikut merebahkan dirinya, berusaha tidur dengan anggun.
*************
Sementara itu, para cowok sangat antusias membahas masalah mereka. Perdebatan ringan menjadi hal yang tak bisa dielakkan.
"Lo lihat nggak sih kalau emang itu si Sekar anak 10 IPA-1 kan?" tanya Seno.
"Gue juga kaget awalnya saat nyadar ternyata emang dia. Kok bisa ya?" Hendra balik bertanya.
" Masak iya ini berhubungan sama hasil yang keluar setelah gue baca mantra yang disuruh Aish itu sih? Lo inget kan kalau yang keluar dari gulungan kertas gue tuh nama si Sekar" Falen menimpali temannya.
"Iya juga ya. Terus gimana dia bisa ada disini coba? masak dia penghuni asli kerajaan ini sih? Atau dia juga ikutan baca mantra kayak kita?" Seno berpikir.
"Ini gara-gara si Aish nih nyuruh kita main gituan, kan jadinya tersesat dimana ini? Gimana nasib kita di zaman kita sendiri ya?" Tanya Falen.
"Sudah nggak usah nyalahin Aish ya. Gue harap nggak ada yang nyinggung soal permainan itu didepan Aish. Kasihan dia kalau kena mental" Hendra bersikap bijak.
"Iya juga sih. Sudah terlanjur, yang penting sekarang kita harus cari cara supaya bisa keluar dari zaman edan ini ya. Bisa gila gue kalau laper cuma makan roti gandum bro" kata Falen.
"Lah kenapa nggak makan nasi lo?" tanya Hendra.
"Roti gandum disini enak bro. Masak sih udah ada oven? Rasanya tuh nikmat-nikmat gosong gimana gitu. Ya meskipun bentuknya bulet macam roti maryam, tapi rasanya enak. Lo belom nyobain emangnya?" tanya Falen.
"Belum, gue nggak fokus buat wisata kuliner disini. Gue cuman kepingin pulang. Kangen mommy gue" Seno berkata manja.
"Jijik gue dengernya" kata Hendra.
Seno hanya mendelik singkat, lalu melanjutkan sesi melankolisnya. Membenamkan kepalanya dalam bantal yang keras.
"Eh beneran gue penasaran gimana Sekar bisa kesini ya? kalau emang dia pacar gue disini, berarti memang ada sosok kita dong si zaman ini" kata Falen.
"Ya emang ada, kan kita seperti sedang berteleportasi gitu. Mungkin mantra dari Aish itu adalah kunci buat ngebuka pintu teleportasinya" Hendra berpikir logis.
"Bentar deh, kalau itu mantra buat kita berangkat, bisa nggak sih kita ulang baca mantranya buat bisa balik ke dunia kita sendiri?" Seno ikut berpikir normal.
"Tapi kayaknya nggak bakalan bisa kalau personilnya juga kurang, kayak syaratnya ada yang kurang kan? Inget si Aish lagi nggak bareng kita sekarang" kata Falen.
"Eh benar, besok kita diskusiin lagi deh sama tuh bocah. Siapa tahu dia punya rencana lain" kata Hendra.
"Ya allah mommy, Seno beneran rindu sama mommy. Maafin kalau selama ini Seno sering marah sama mommy ya... Nanti kalau Seno pulang pasti bakalan jadi anak baik deh" Seno berkata mendramatisir keadaan. Membuat teman-teman geli pada bayi besar ini.
"Eh Sen, lo kan kesatria nih dikenalnya di zaman ini. Gimana perasaan lo jadi orang penting gitu? tanya Falen.
"Lo juga jadi ketua penjajah disini kalau lo lupa bule bego, gimana seneng lo?" Seno malah bertanya sinis.
"Cg!! Elo mah gitu Sen, apa bawahan lo nggak heran lihat lo nggak bisa pengang pisau?" lanjut Falen.
"Kelakuan gue tertutupi bengisnya Mahendra" ucap Seno datar sambil memejamkan mata.
"Dia kan nempel mulu ke gue udah kayak perangko gitu" Lanjutnya, membuat Hendra melempar bantalnya ke muka Seno.
"Sialan lo" balas Seno melempar bantal Hendra kembali, lalu bantal itu disimpan dibalik kepala Hendra, dia ikutan rebahan disebelah Seno dan mulai memejamkan mata, masih mendengar Falen bicara.
"Eh, elo malah jadi ustadznya orang hindu ya Hen?" tanya Falen terkekeh, "gimana bisa orang-orang percaya sama modelan kayak elo buat jadi pimpinan coba" Falen masih mencemooh sahabatnya.
Merasa tak ada sahutan dari temannya, Falen yang duduk sambil memandangi luar kamar melalui jendela yang terbuka menengok. Ternyata teman-temannya sudah berteleportasi ke alam mimpi.
"Sialan emang lo pada" kata Falen beranjak menutup jendela, lalu berbaring di sebelah Seno, membelakangi anak mommy itu dan ikut terlelap.
*****************
Sebelum subuh Aish sudah bangun. Badannya terasa pegal karena berkuda kemarin. Pinggangnya serasa mau copot.
"Ehm... sakit semua badanku" kata Aish sambil menggeliat mengumpulkan nyawanya.
"Haduuhh... Ternyata masih juga ditempat ini" lanjutnya lirih melihat Sekar yang ikut tidur dengannya.
Dia berusaha turun dari ranjang, berjalan keluar kamarnya untuk mencari babahnya dan mengajak solat berjamaah. Bagaimanapun beliau adalah orang tuanya disini. Dia harus menghormati pria tua itu seperti babahnya yang menyayanginya dengan tulus.
"Dimana ya kira-kira kamar babah?" ucapnya lirih menengok kanan-kiri. Terlihat banyak sekali pintu berjejer, seperti hotel saja, pikirnya.
Dia terus berjalan menuju ujung lorong yang diterangi obor.
Sejenak berhenti dan mengamati lorong tempatnya berdiri. Ada empat kamar yang berhadapan satu sama lainnya. Kamarnya ada diujung sebelah kiri saat dia membelakangi lorong yang bercabang.
Dia harus menghafal agar tidak tersesat nantinya. Kemudian dia berbalik menuju ujung lorong. Dan berhenti di pertigaan jalan penghubungnya.
Beruntung dia bertemu seorang prajurit yang ternyata ada di setiap pertigaan lorong. Diapun bertanya pada prajurit itu.
"Maaf pak, dimana kamar babah saya?" tanyanya.
"Siapa babah kamu?" Tanya balik si prajurit.
"Itu loh, pria Arab yang memakai baju gamis putih panjang dan memakai ikatan dikepalanya" jawab Aish.
"Oh .. Rombongan tamu itu ada di lorong ini, babah kamu ada di kamar pertama" jawab si prajurit.
"Hengmg.. oya terimakasih pak" kata Aish.
"Oiyah, apa ini sudah mau fajar pak?" lanjutnya bertanya.
"Belum, baru beberapa lama melewati tengah malam" jawab prajurit itu.
"oh baiklah, lalu dimana letak kamar mandinya pak?" tanya Aish lagi.
"Apa itu kamar mandi?" si prajurit balik bertanya.
"Itu loh pak bilik mandi. Tempat untuk mandi, mencuci, buang hajat" jawab Aish gemas.
"oh, seperti tempat baginda membersihkan badan ya? Mana ada yang seperti itu untuk kaum biasa sepertimu. Kau harus ke sungai belakang bangunan ini jika harus mandi" kata prajurit itu lagi.
"Hah? malam-malam begini harus ke sungai? Bisa mati dipatok ular pak" kata Aish sambil berlalu untuk kembali ke kamarnya, tapi saat hendak berbelok, seseorang menepuk pundaknya sedikit keras. Membuatnya terkesiap kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments