Cantik, Kok Minder?
Aish turun dari angkot, berdiri sebentar dan menatap ke arah gedung megah yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu selama tiga tahun ke depan, SMA Mahardika.
Aisyah Khumaira, sesuai namanya, gadis ini sebenarnya sangat cantik. Meskipun tidak terlalu tinggi, tapi juga tidak pendek. Kulitnya putih langsat khas wanita Indonesia yang ayu.
Hidungnya mancung, iris matanya coklat terang seterang pikirannya.
Semua itu tak lantas membuatnya merasa percaya diri untuk mengakui bahwa dia memang cantik.
Dihari terakhir MOS nya ini, dia tetap terlihat cantik meskipun ujung jilbab putihnya harus diikat sebanyak dua puluh satu ikatan tali rafia yang berwarna-warni, sejumlah hari lahirnya.
Tas dari kresek jumbo berwarna merah, dan mahkota berupa dedaunan yang dirajut menyerupai mahkota para pria di zaman eropa kuno.
Sejenak berdiri di depan gerbang sekolah, menghirup udara dan menghempaskannya. Membuang rasa malu untuk menghadapi kenyataan nanti, apapun itu.
****
Semua murid baru harus berdiri sesuai kelompoknya untuk mengikuti kegiatan mos hari ini.
Agenda pagi yang selalu dilakukan adalah sambutan dari pihak sekolah. Dan karena ini adalah hari terakhir, maka semua murid memakai baju olahraga dan kegiatan awal pagi ini adalah senam pagi dengan tetap memakai tas kresek masing-masing.
Aishyah belum punya banyak teman disini. Sekolah dengan reputasi elit ini adalah lingkungan baru baginya yang sederhana.
Bisa sekolah disini juga karena beasiswa yang dia dapat dari ujian yang diadakan disekolah SMP nya dulu. Dan beruntung baginya bisa mendapat beasiswa secara full selama tiga tahun dengan syarat tertentu.
Kegiatan berlalu dengan cepat. Saat istirahat tiba, dan Aishyah masih berusaha mendapatkan tiga lagi tandatangan anggota osis yang harus dia dapatkan.
"Kurang tandatangan dari ketuanya nih, sama dua lagi yang mana ya orangnya" Aish berbicara lirih pada dirinya sendiri.
Saat sedang berjalan dilorong sekolah, sayup terdengar suara rintihan.
"Aargghh..." seperti itulah kiranya, tapi sangat pelan. Seperti suara seseorang yang menahan rasa sakit.
Aishyah celingukan mencari asal suara. Berjalan mengendap demi mengetahui suara apa itu.
Ternyata dia telah berjalan terlalu jauh, sepertinya ini area gudang sekolah. Seperti ada sebuah ruangan dengan pintu yang rusak. Dan ternyata berada diujung lorong.
""Aarghh"
Suara itu terdengar lagi, Aisyah mencari dengan hati-hati.
Benar saja suara itu berasal dari dalam gudang, ternyata ada seorang anak laki-laki yang tangannya seperti terkena goresan pisau. Ada darah dari luka itu, dan anak itu sedang berusaha mengikat lukanya sendiri.
"Hei, kamu terluka" ucap Aisyah yang kaget langsung mendekat dan berusaha membantu mengikatkan tali pada luka anak itu.
Anak itu diam saja saat Aisyah menolongnya, raut wajah panik Aish terlihat tetap cantik dimata anak laki-laki itu.
Sejenak dia terlupa dengan luka ditangannya sampai akhirnya Aishyah membuka suara.
"Sudah selesai, lo kenapa bisa sampai luka-luka seperti ini sih?" tanya Aishyah yang kaget karena bukan cuma lengan anak ini saja yang terluka, tapi wajahnya juga sedikit memar.
"Oh, tidak apa-apa. Luka kecil kayak gini sih biasa buat cowok. By the way nama lo siapa? Anak baru juga ya?" tanyanya.
"Gue Aishyah, panggil aja Aish. Lo siapa?" tanya balik Aish.
"Kenalin gue Hendrawan Atmajaya. Panggil aja gue Hendra" ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya yang terluka.
"Kita ke uks aja yuk, kayaknya luka kamu harus segera diberi pertolongan deh. Takut infeksi, soalnya darahnya masih merembes tuh" bukannya menjabat tangan Hendra, Aish malah menyuruhnya ke uks.
"Ayo gue bantuin ke uks deh" kata Aish.
"Kalau cewek cantik kayak lo yang nyuruh mah gue bisa apa" kata Hendra menggombal.
"Gue maksud lo yang cantik. Makasih deh, udah yuk buruan, lo udah kelihatan pucet tuh" kata Aish berusaha menolong Hendra.
Kalau diperhatikan, Hendra ini tidaklah jelek, wajah memarnya masih terlihat keren dimata cewek penikmat fisik. Dengan tubuh jangkung, yang bila Aish sedang membopongnya seperti ini, dia hanya sebatas dada Hendra.
Tiba-tiba Hendra pingsan diperjalanan menuju uks, sontak hal ini membuat Aish terkejut bukan kepalang karena tubuh Hendra yang terasa cukup berat bagi gadis mungil macam Aish.
"Tolong, tolong"teriak Aish panik.
Beberapa anak datang membantunya untuk membawa Hendra ke uks. Dan tugasnya selesai setelah Hendra dibawa masuk ke dalam uks untuk mendapat pertolongan dari dokter jaga disana.
"Uwaahh ... Memang keren kalau sekolah elit ya, uks aja ada dokternya" Aish membatin takjub, pasalnya disekolahnya yang dulu cuma ada uks yang pintunya tidak terkunci, dan akan ada orang kalau ada yang butuh pertolongan saja.
Dan dia melupakan tugas terakhirnya untuk mendapat tandatangan dari seniornya yang anggota osis. Sedangkan waktu istirahat dan pengumpulan tandatangan sudah hampir selesai. Kurang sedikit lagi waktunya habis untuk mencarinya.
"Sial banget sih, gara-gara nolongin anak itu kan jadi gue sendiri yang nggak bisa nyelesaikan tugas gue" Aish membatin jengkel.
Tapi saat melewati belakang ruang osis yang sepi, Aish malah mendengar suara aneh. Seperti dua orang yang sedang berbicara tapi tertahan.
Karena penasaran dia mencari sumber suara itu. Dan langkah kakinya menuju belakang ruang osis yang sedikit remang karena pencahayaan yang minim.
Matanya menyipit demi untuk bisa mengetahui apa yang ada dihadapannya. Dan sialnya itu adalah suara aneh dari dua orang yang sedang berciuman mesra, dan apa itu?? Mereka berciuman bibir? Hal yang sangat tabu bagi seorang Aish untuk harus menyaksikan adegan live semacam ini.
"Hah?" ucapnya tidak sadar sambil menutup kedua telinganya.
Sontak hal itu membuat dua sejoli yang sedang asyik terkesiap kaget. Dan Aish hanya nyengir kuda, berusaha tenang menguasai keadaan.
Si cewek adalah ketua osis yang terkenal tegas dan berwibawa, nyatanya saat ini sedang berciuman dengan seorang murid baru yang tampan dan bermuka bule.
Kakak osis jadi salah tingkah, sedangkan anak baru malah senyum aneh.
"Forget it, lupakan yang lo lihat. Jangan bilang orang lain" anak bule itu berucap tegas.
"Nyantai aja sih Falentino, gue nggak ember" ucap Aish tenang, rupanya Falen ya, cowok blasteran sekelompok dengannya di mos ini.
"Oh iya kak Dewi, minta tandatangannya disini dong" kata Aish sambil menyerahkan pena dan buku nota kecil, dan Dewi selaku ketua osis langsung menandatangani tanpa ada drama seperti sebelum-sebelumnya.
"Awas aja lo anak baru kalau sampai ngebocorin hal ini" ancam kakak osis.
"Kakak tenang aja, bukan urusanku juga kok. Lagian kakak juga ada-ada aja sih, bukannya bantuin anggota osis yang lainnya malah asyik sendiri disini" kata Aish sambil berlalu pergi meninggalkan dua sejoli itu.
"Hei wait" kata Falen ingin mengejar Aish, tapi masih sempat mencuri kecupan singkat dibibir kakak tingkatnya itu.
Falen sedikit berlari mengejar Aish yang berjalan agak cepat, karena memang waktu istirahat tinggal sedikit lagi.
"Don't say anybody about it" ucap Falen merangkul pundak Aish yang langsung mendapat cubitan keras di perutnya. Sedangkan Dewi melotot melihat kelakuan adik tingkatnya yang baru saja selesai menciumnya malah merangkul cewek lain dihadapannya.
"Auch!! itu sangat sakit you know" kata Falen mengernyit menahan sakit di perutnya.
"Makanya, ngomong ya ngomong, tangannya nggak usah pegang-pegang" kata Aish marah.
"okay, cewek suka marah. Nama lo Aishyah kan?" tanya Falen.
"Udah tau nanya".
"Jangan jutek gitu, lo panggil gue Falen aja ya. Mulai saat ini kita berteman" kata Falen.
"Bodo amat temenan sama lo" ucap Aish semakin mempercepat jalannya menuju ruang kelas dimana kelompoknya berada. Dan Falen masih mengekor setia.
"Pokoknya lo harus jadi temen gue, gue nggak terima penolakan. Atau gue bakal terus gangguin lo tiap hari" ancam Falen yang membuat Aish makin geram.
Aish tak memperdulikan ucapan Falen. Baginya semua teman ya temannya, dia tidak ingin punya sahabat lagi setelah teman sekaligus sahabatnya dulu pergi dengan melukai hatinya karena masalah keluarga Aish.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
RIRES
Falen, Falen. kamu ini .
2022-04-09
0
Dhea Sukma
Nyimak Thor...folback ya
2022-03-07
0
Dewi Faa Astutik
nyimak, masih sepi pembaca nampaknya. tapi tetep semangat, bosen sm cerita CEO.
2022-02-28
0