Pulang sekolah, seperti biasa Aish menunggu jemputan pak sopir sejuta umat di depan gerbang sekolahnya. Jam menunjukkan angka dua lebih sedikit. Sungguh siang yang terik.
Sebuah motor sport hitam dengan suara bisingnya tiba-tiba berhenti di depan Aish yang menunggu pak sopir datang.
Aish heran dengan berhentinya motor itu, karena pengendaranya yang menggunakan helm full face, jaket hodie hitam, tapi celananya abu-abu. Pasti anak sekolahan juga.
Beberapa saat diam, Si cowok membuka helm full face nya, ternyata adalah Hendra. Aish jadi tersenyum melihat temannya itu berhenti.
"Gue anterin?" tanya Hendra.
"Nggak usah Hen, gue naik angkot saja kayak biasanya. Makasih loh sudah nawarin" kata Aish.
"Sedih gue kalau Lo nolak"
"Bener nggak apa-apa Hen, lagian gue pakai rok panjang. Entar kalau naik motor lo ini, kan gue pastinya duduk nyamping nih, boncengan motor lo ini tinggi banget. Ngeri gue ketinggian, hehe" kata Aish menolak halus, pasalnya sang bunda melarang Aish untuk tidak banyak bergaul dengan anak laki-laki, karena sang bunda masih trauma dengan kakak Aish dulu.
"Alesan aja sih lo sebenernya. Tapi yasudah kalau nggak mau dianterin, gue tungguin sampek Lo dapet angkot deh" kata Hendra sambil membuka helmnya dan mematikan mesin motornya.
"Rumah lo dimana sih Ai?" tanya Hendra lagi.
"Di jalan Kenanga, kampung Bunga sana. Deket kan, tapi capek juga kalau jalan kaki" jawab Aish.
"Sebenarnya kalau lo mau gue anterin daritadi nih, sudah sampai loh" kata Hendra.
"Udah nggak apa-apa Hen, beneran gue nggak enak kalau ngrepotin lo".
"Paling lo takut sama pacar lo ya?".
"Apaan sih pacar, nggak ada pacar gue" kata Aish.
"Oo... Gue tahu, bokap lo pasti marah kalau tahu lo dianterin sama cowok ya?".
"Iya, bokap gue pasti sedih, karena cuma bisa ngelihat tapi nggak bisa tegur gue. Karena bokap gue sudah di surga" kata Aish sambil tersenyum.
"Oh, sori gue nggak tahu" kata Hendra merasa bersalah.
"Nyantai aja kali. Nggak usah jadi melow gini" kata Aish.
"Tapi lebih baik kehilangan orang yang kita sayang tapi bisa kita kenang dalam doa daripada kehilangan rasa sayang di hati orang yang kita sayang, yang sebenarnya masih bisa kita temui" Hendra berbicara lirih
"Lo ngomong muter-muter Hen, gue nggak paham" kata Aish tersenyum konyol karena Hendra yang ngelantur.
"Hahaha, gue sendiri juga nggak paham sama omongan gue. Sudah nggak usah dibahas lagi. Tuh angkot lo udah dateng. Angkot 07 kan?" tanya Hendra.
"Iya, itu benar. Yaudah gue duluan ya Hen, sampai ketemu besok di kelas" kata Aish riang seperti biasanya.
Aish masuk angkot setelah berdadah ria dengan hendra. Sedangkan Hendra menunggu hingga Aish masuk dengan benar di dalam angkot, dan pergi setelah merasa teman cantiknya itu baik-baik saja.
Sampai di depan gang rumahnya, Aish turun dan bersiap menyebrang jalan setelah membayar tarif pelajar pada pak supir.
Merasa sudah aman, Aish mulai melangkahkan kakinya untuk menyebrang jalan. Setengah perjalanan dilalui, tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang hingga menyerempet Aish yang sedang syok hingga terpental hingga jatuh terduduk di trotoar jalan.
Mobil itu berhenti saat mendapati Aish yang terjatuh karena ulahnya. Berjalan mundur dengan hati-hati untuk melihat kondisi orang yang tertabrak.
Tampak Aish yang masih mengaduh kesakitan karena terjatuh. Si pengendara turun untuk melihat kondisi korbannya.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Richard yang ternyata adalah teman seangkatan Aish.
"Lo bisa nggak sih hati-hati kalau bawa mobil. Bahaya tahu nggak ngebut-ngebut dijalan kayak gitu" kata Aish berusaha bangkit dari duduknya.
"Masih beruntung gue menghindarnya tepat waktu. Kalau enggak sudah di surga kali gue sekarang" lanjutnya mengomel sambil mencari-cari ponselnya yang tadi dimasukkannya kedalam saku seragam.
"Tuh kan hape gue jadi pecah gara-gara Lo nih pokoknya, mati lagi nih hape. Aduuhhh gimana dong" kata Aish mengamati ponselnya setelah tahu bahwa benda itu terjatuh saat Aish reflek melompat ke pinggiran jalan saat kejadian.
"Lagian kenapa sepi banget sih jalan, tumben banget nggak ada orang lihat lo tadi hampir nabrak gue" Aish masih mengomel.
Tiba-tiba seorang cewek seksi keluar dengan segera dari mobil yang sama yang ditumpangi Richard, yang tak lain adalah pacar Richard dari sekolah yang berbeda.
"Hape jelek kayak gitu aja lo udah mendramatisir. Lo pingin cowok gue ngerasa bersalah terus gantiin rongsokan lo itu?" kata pacar Richard dongkol.
" Ya emang cowok lo ini salah makanya gue jatuh, tapi lo nggak usah khawatir gue minta ganti rugi. Nggak bakalan gue minta ganti rugi. Udah lo pada pergi sana, halangin jalan gue aja. Udah sana pergi lo pada, husss... husss.." kata Aish sambil melotot.
"Udahlah Mil, emang aku salah. Sudah seharusnya kan aku tanggung jawab" kata Richard yang biasanya irit bicara.
"Kita ke rumah sakit ya Aishyah, abis itu aku anterin ke rumah kamu setelah aku gantiin hape kamu" lanjutnya.
"Nggak usah, makasih. Lo anter aja tuh cewek lo yang ngambekan" kata Aish menolak.
Tapi Emily, pacar Richard malah tidak terima dengan ucapan Aish malah ingin menarik hijab Aish. Sedangkan Aish yang refleknya bagus, dengan segera menangkis tangan Emily dan memelintirnya, seperti yang dia lakukan pada Reno waktu itu.
Seperti dejavu, Richard harus melihat dua orang bertubuh pendek saling serang. Dan kali ini dia tidak tinggal diam, dengan sedikit mendorong tubuh Aish, maka terlepaslah kuncian tangan itu. Karena Aish yang masih kesakitan saat tadi jatuh.
"Beraninya lo sama cewek, banci emang lo" Aish mengumpati Richard yang kini lengannya digelayuti manja oleh sang pacar.
"Lo tuh yang nggak tahu malu, cewek kok bar-bar" balas Emily.
"Mending gue bar-bar daripada Lo kegatelan" balas Aish sambil berjalan terpincang-pincang karena menahan sakit di p.a.n.t.a.t.nya
"Tunggu, gue anterin lo dulu ke dokter Aisyah" kata Richard.
"Nggak usah, nggak penting. Lo pergi aja berdua sana. Eneg gue lihat anak kecil udah pacaran" Emily melotot mendengar ucapan Aish.
"Udah sayang, nggak usah diladenin cewek miskin kayak dia" kata Emily manja tapi terdengar oleh Aish.
Aish jadi geram oleh tingkah Emily, maka dengan masih terpincang, dia berbalik dan bersiap mengomel pada cewek ganjen itu.
"Heh dengar ya nona sok kaya, lebih baik gue miskin tapi punya harga diri dan tata krama daripada ngakunya orang kaya tapi miskin akhlak dan etika. Manusia bukan dilihat dari hartanya, tapi ilmunya. Orang kayak Lo tuh menandakan kalau memang ilmunya cetek. Masih lebih dalam selokan depan rumah gue dari pada otak lo. Tau?" kata Aish lantang tapi masih terdengar teratur dan terstruktur, membungkam mulut Emily.
Setelah mengatakan hal itu, Aish benar-benar pergi berlalu. Menyisakan Richard yang malah berusaha memahami arti ucapan Aish. Dan malah tertanam dibenaknya ucapan gadis berhijab dan cantik itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
RIRES
Aduh Hen, Hen kalau kamu sndiri nggak paham sma omongan kamu terlebih Aish lbih nggak phm lgi
2022-04-09
0