Sementara di kerajaan Tebo Agung, seperti rencana awal, Senopati Arya dan Mahendra mendatangi kerajaan.
Ingin mencari informasi pada yang mulia raja agar bisa mengetahui jalan pulang.
Seno dan Hendra menaiki kuda mereka, awalnya Seno merasa sangat keberatan untuk naik kuda.
Anak mommy sepertinya sangat menghindari hal berbahaya seperti itu. Butuh waktu lama untuk membujuknya, apalagi mengajarinya.
Para pengawalnya sampai merasa sangat aneh karena Senopati yang dia kenal sangat berkharisma dan pemberani. Tidak seperti Seno yang manja seperti ini.
Sementara Hendra yang memang anak broken home, tanpa sepengetahuan mamanya, dia memang sering ikut latihan berkuda, memanah dan latihan tembak.
Beruntung dia melampiaskan keterpurukannya dengan melakukan hal semacam itu. Karena memang sangat diperlukan disaat genting seperti ini.
Hendra tampak luwes mengendarai kuda berwarna hitam legam dengan rambut panjang terawat. Bahkan tidak butuh waktu lama baginya untuk menjinakkan kuda itu. Hingga sekarang kuda itu terlihat patuh padanya.
Para pengawal menjadi seribu kali lebih heran, karena yang mereka tahu, Mahendra adalah pemimpin di klenteng, kebiasaannya memimpin acara keagamaan tidak memungkinkan untuknya punya waktu berkuda. Lantas kenapa dia sangat terampil?
Sementara sang Senopati malah seperti orang bodoh yang selalu gagal menunggangi kuda peliharaannya sendiri.
Singkat cerita setelah beberapa lama latihan, mereka sudah sampai didepan pintu gerbang istana yang dijaga banyak sekali penjaga.
Selama perjalanan, mereka mengamati tata letak kota. Ternyata rumah Seno tidak jauh dari wilayah kerajaan, diluar kerajaan dengan jarang sekitar tiga kilometer terdapat sebuah alun-alun yang dikelilingi beberapa kampung.
Kampung pertama diisi oleh para pendatang maupun keturunan Cina dilengkapi tempat ibadahnya. Klenteng yang Hendra pimpin berada dikawasan ini.
Tak jauh dari sana ada kampung Arab, lengkap juga dengan tempat ibadahnya. Seperti masjid yang masih sederhana, semacam mushola dengan halaman yang luas. Mereka belum tahu saja jika Aish ada disana.
Di tempat selanjutnya diisi oleh kaum penjajah yang mempunyai lahan paling luas. Ada beberapa orang yang menjabat disana, salah satunya adalah Frans yang katanya punya hubungan special dengan putri raja yang telah dijodohkan dengan Senopati Arya.
Rencana kedatangan Seno dan Hendra kali ini sudah diketahui para penjaga pintu gerbang istana.
Jadi tidak memerlukan waktu lama bagi mereka berdua untuk mendapatkan izin masuk. Karena saat mereka datang, para penjaga sudah membukakan pintu gerbang yang sangat besar itu untuk keduanya bisa masuk.
Hendra dan Seno dibuat takjub dengan keadaan di dalam istana. Sungguh ini pengalaman pertama mereka.
Jalan dai pintu gerbang ke bangunan utama sangat megah, jika diluar istana jalanan hanyalah tanah yang permukaannya tak dilapisi apapun, hanya tanaman kerdil atau pohon besar yang merindangkan sebagai batas di kiri kanannya, maka di dalam istana ini jalannya sudah dilapisi dengan semacam batu bata yang ditata rapi seperti paving kalau di zaman modern.
Bunga-bunga cantik membatasi bagian kiri kanannya, beberapa pohon rindang meneduhkan kursi-kursi kayu dibawahnya yang dibuat menyerupai taman.
Terdapat bangunan megah dengan ukiran-ukiran yang sangat indah di sekeliling tembok istana yang terbuat dari bahan kayu. Pintu yang sangat besar itu dijaga oleh beberapa pengawal yang berdiri tegap.
Setelah melewati gerbang utama, kuda-kuda diserahkan pada pengawal untuk dibawa ke bangunan samping yang ternyata adalah kandang kuda, mungkin adalah area parkir.
Mereka berdua berjalan dibelakang seorang penunjuk jalan yang telah ditugaskan oleh sang raja.
Cukup jauh jarak antara pintu gerbang menuju pintu istana. Seno sudah mengeluh sejak tadi, katanya kepanasan. Memang banyak peluh yang keluar dari badannya.
Hendra hanya diam mengamati keseluruhan istana. Mencari jalan keluar tercepat jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Instingnya menangkap hal buruk akan terjadi, dia memang selalu berburuk sangka.
Setelah memasuki area istana, masih belum juga langsung bisa bertemu sang raja. Karena rupa-rupanya, pintu yang disangka akan masuk ke sebuah ruangan adalah sebuah pintu gerbang kedua.
Didalamnya terlihat banyak bangunan megah yang berjejer rapi. Tata letak bangunannya sangat teratur meskipun terbuat dari kayu yang kokoh dan terukir indah.
Banyak obor diletakkan disamping jalan dan juga diteras-teras bangunan. Sebagai penerang saat malam hari.
"Kemana kau akan membawa kami?" tanya Hendra.
"Tentu menemui paduka raja. Beliau ada di gedung pertemuan" kata pengawal.
"Bangunan apa saja yang berjejer seperti ini pengawal?" tanya Hendra lagi.
"Emm.. kamar permaisuri, kamar para selir, ruang makan, ruang pertemuan, dan masih banyak lagi. Dan dapur ada dibagian tengah" kata pengawal.
"Kenapa dapur ada dibagian tengah?" Hendra masih penasaran.
"Itu agar tidak terlalu jauh saat akan menghidangkan makanan untuk raja, permaisuri dan juga para selir" sahutnya.
"Banyak sekali kamarnya, memangnya raja punya berapa selir wahai pengawal?" Hendra masih mengamati, sedangkan Seno terlihat sudah tak bertenaga untuk sekedar bertanya.
"Banyak sekali, mungkin sekitar 60 orang" kata pengawal.
Hendra dan Seno membulatkan mata mendengar penuturan pengawal.
"Coba saja Falen jadi rajanya, pasti dia sangat bahagia" Seno berbisik pada Hendra yang dibalas tertawa pelan.
Tiba disalah satu gedung berukir harimau di segala penjurunya, pintu dibuka oleh penjaga setelah pengawal berbisik pada penjaga pintu.
Mereka bertiga memasuki area gedung pertemuan. Raja nampak duduk disinggasananya didampingi seorang wanita cantik bersanggul rapi dengan pakaian berjuntai berwarna silver, senada dengan pakaian raja.
Beberapa wanita memijit, menyuapi dan juga mengipasi raja. Sang ratu terlihat berwibawa dan tersenyum melihat kedatangan kami.
Kami dipersilahkan masuk setelah seorang mc meneriakkan bahwa kami telah tiba. Seketika pintu terbuka dan kami diberi tempat duduk di deretan petinggi istana.
Raja nampaknya sedang menguntai kata agar terdengar berwibawa saat mengucapkannya. Dan benar saja, beliau berkata setelahnya.
"Selamat datang di istana Tebo Agung para tamuku" beliau berkata.
"Terimakasih paduka raja" jawab Hendra sesopan mungkin, karena Seno terlihat sangat gugup.
"Ada apa kiranya paduka memanggil kami?" tanya Hendra.
"Seperti yang telah aku beritakan, bahwa putriku Sekartaji sudah kami temukan. Dan dia akan segera berada di tempat ini, jika tidak ada halangan pasti sebentar lagi sudah sampai" kata beliau.
"Dan ada satu lagi, ternyata dia sedang bersama seorang gadis dari kaum Arab dan tinggal di kampung Arab selama dia pergi dari Istana, pantas saja tidak ada yang visa menemukannya, ternyata dia bersembunyi di tempat yang sangat aman" lanjutnya.
*****************
Pagi tadi di kediaman Aish, saat sarapan bersama, dia dikejutkan dengan seorang anaj perempuan yang seumuran dengannya sedang makan bersama babah dan ummahnya.
Gadis itu memakai kebaya yang bagus dan jarit batik yang diikat sedemikian rupa sehingga membentuk pola yang indah saat dikenakan.
Gadis itu berdiri melihat kedatangan Aish, dan memeluknya. Aish heran karena dia mengenal gadis itu adalah Sekar, teman seangkatannya di sekolah.
"Sekar, ngapain lo disini?" tanya Aish.
"Aku seneng banget kamu pulang, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Sekar.
"Ya gue sehat, lo kenapa bisa disini Sekar?" tanya Aish.
"Kamu ngomong apa sih Aishyah, aku nggak ngerti deh. Tapi nggak apa-apa, mungkin kamu lagi capek ya. Ayo duduk, makan dulu" kata Sekar.
Aish pun duduk disebelah ummahnya, berhadapan dengan Sekar. Lalu diambilnya cobek beralaskan daun pisang yang kemudian diisi dengan nasi dan lauknya.
"Daging apa ini ummah?" tanya Aish melihat potongan daging mirip steak yang agak gosong.
"Itu daging rusa nak, kemarin utusan kerajaan datang ingin membawa Sekar kembali. Mereka membawa daging segar dan macam-macam makanan. Makanlah" kata Ummahnya.
Aish mencoba makanan itu, sedikit alot untuk digigit. Terasa banyak serat saat dikunyah, tapi uni gurihnya beda. Rasanya sedikit aneh tapi enak, Aish menghabiskan sarapannya dengat cepat.
"Nanti kamu ikut aku ke istana ya, kamu bilang ingin melihat istana kan?" tanya Sekar
Aish menoleh pada baba dan ummahnya, mereka mengangguk sambil tersenyum untuk meyakinkan Aish.
"Iya boleh. Tapi sama babah juga ya?" kata Aish.
"Tentu saja dengan baba dan ummah, aku akan menjamu kalian dengan sangat baik nanti. Seperti kalian menerimaku dengan baik juga disini" kata Sekar dengan mata berbinar.
Mereka berencana untuk pergi menggunakan Delman sapi itu lagi saat berangkat nanti, tapi Aish menolak mentah-mentah keinginan babahnya.
"engmh... bagaimana kalau Aish naik kuda saja babah" tanya Aish setelah melalui debat yang panjang perihal kendaraan.
Semua kaget dengan keinginan Aish, tapi setelah diancam tidak akan ikut, maka dengan berat hati mereka setuju saja dengan keinginan Aish yang kadang memang tak masuk akal.
"Baiklah, tapi berjanjilah untuk tetap berada di belakang kami saat berkuda, jangan mendahului" kata babahnya.
"Asik... siap bah, Aish akan selalu dibelakang kalian" kata Aish senang.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments