"It's ok. Kita akan kesana hari ini juga" kata Frans setelah mendengar kabar dari ajudannya bahwa Dewi Sekar Taji akan kembali ke istana hari ini.
Dia penasaran dengan wanita yang katanya adalah kekasihnya dimasa ini.
"Baik tuan, anda akan berkuda sendiri atau memakai kendaraan?" tanya ajudannya lagi
"Siapkan aku kuda terbaik. Perintahkan lima orang untuk mengawalku" lanjtnya.
"Baik tuan. Semua akan siap setelah sarapan" kata sang ajudan.
Frans pun menuju meja makan untuk menikmati sarapan pagi ini. Seperti biasa dia selalu menyukai roti gandum dan kopi manis.
Dia merasa bahwa cita rasa roti gandum ini begitu khas. Tidak seperti roti gandum di zamannya. Warna roti ini begitu coklat dan pinggirannya sangat crunchy. Frans sangat menyukainya.
Setelah suapan terakhirnya habis, dan tegukan kopinya berakhir. Benar saja jika kuda dan lima orang ajudan telah siap untuk menani sang tuan berkunjung ke istana.
Frans menuju kudanya, dia sangat takjub melihat kuda putihnya yang begitu gagah. Tali kekang terlihat sangat kokoh dan warnanya yang kontras dengan kulit si kuda.
"Kuda yang sangat cantik" katanya.
Dia menaikinya dengan bangga tanpa kesulitan yang berarti. Di zamannya, Falen sering mengunjungi pacuan kuda bersama sang papa katena hobi yang sama.
Segera dia berangkat setelah semua persiapan dirasa sudah matang. Dia memacu kudanya dengan begitu cepat, ajudannya sedikit kewalahan mengimbangi sang tuan.
Falen merasa sangat bebas. Dia begitu menikmati perjalanan ini. Jalanan yang asri dan pepohonan yang rindang. Udaranya juga sejuk, tapi memang banyak sekali kotoran hewan ada di tengah jalan, karena memang kuda dan sapi masih menjadi kendaraan utamanya.
Tak begitu lama baginya untuk sampai di istana karena jaraknya tidaklah begitu jauh. Dari semua kampung, memang kawasannya yang paling dekat dengan istana.
Tiba di pintu gerbang depan, penjaga sudah bersiap membukakan pintu untuknya. Dibalik skandalnya dengan sang putri raja, tidak bisa dipungkiri jika kekuatan Belanda banyak membantu kemajuan istana.
"Buka pintunya" Seorang penjaga berseru pada petugas pembuka pintu.
Perlahan pintu terbuka, Frans dan ajudannya masuk perlahan. Lalu turun dari kuda setelah prajurit kerajaan membawa kuda mereka untuk diistirahatkan di kandang.
"Silahkan tuan" kata prajurit mengantarkan Frans ke gedung pertemuan.
Beberapa saat berjalan, seseorang menyerukan kedatangannya, dan pintu terbuka dari dalam. Orang-orang berdiri melihat kedatangannya.
Hendra dan Seno terbengong mendapati seseorang yang berdiri diambang pintu. Bule tengil yang mereka cari-cari datang tanpa diundang. Reflek tubuh mereka terbawa untuk mendekat ke arah Frans dan memeluknya singkat.
"Bule tengil, gue nggak nyangka ketemu lo disini" kata Hendra setelah melepas pelukan singkatnya.
"Falen bad boy, gue seneng banget lihat lo lagi" Seno menimpali.
Raja dan para penghuni istana bingung karena mereka yang tiba-tiba akrab. Padahal sebelumnya selalu berselisih paham.
"Oh my god, Hendra, Seno, gue kira cuma gue yang terdampar di zaman ini. Ternyata lo berdua juga" Falen yang ikut senang tak sadar bahkan belum menyapa sang raja.
"Ehem!!!"
Raja berdehem keras membuyarkan acara reuni mereka.
Frans menoleh mendapati tatapan geram sang raja. Dia menoleh dan melangkah meninggalkan teman-temannya karena ada yang merasa diabaikan.
"Hormat saya paduka raja" ucapnya sambil membungkuk hormat.
"Silahkan duduk, nampaknya kalian sudah akrab sekarang" kata baginda raja menyindir ketiga tamunya.
"Maafkan kami yang mulia, hanya saja berselisih paham terlalu lama tidak bagus untuk kesehatan" jawab Seno sekenanya.
"Lo kenapa bisa ada disini?" tanya Falen berbisik pada temannya.
"Panjang ceritanya, nanti kita ngobrol kalau udah longgar waktunya ya" kata Hendra.
"Gue kangen si bawel, kira-kira dia juga disini apa enggak sih?" tanya Falen lagi.
"Ada juga, tapi kita kehilangan jejak dia. Kita cari bareng-bareng nanti ya" kata Seno.
Cukup lama mereka mendengarkan acara membosankan itu. Saat waktu diperkirakan menjelang makan siang, prajurit meneriakkan kedatangan sang putri raja bersama temannya dari bangsa Arab.
Seno, Hendra dan Falen serius menatap ke arah pintu. Mereka sangat penasaran akan sosok sang dewi yang kabarnya menjadi bahan rebutan diantara mereka.
Pintu terbuka perlahan, dua sosok wanita berjalan beriringan. Tapi sosok berhijab dengan gamis coklat bertumpuk-tumpuk itu malah menyita perhatian ketiga pria berkharisma di zamannya.
Mereka bertiga berdiri menyambut kedatangannya, para penghuni istana merasa bangga karena mengira sang putri berhasil mengambil hati ketiga pria itu.
Saat ketiga pria itu berjalan menghampiri, malah melewati sang putri begitu saja. Membuat seluruh isi dalam istana menjadi cengo.
Falen, Seno dan Hendra sangat senang melihat Aish yang berjalan dengan gontai. Melihatnya aman membuat ketiga sahabatnya merasa bahagia. Rasa rindu tiba-tiba datang bagai rasa haus yang meminta air.
Tanpa komando, ketiganya berjalan menghampiri princessnya, para punggawa itu tak sadar memeluk sayang pada Aish. Mereka berpelukan layaknya Teletubbies.
Setelahnya, saling berpegangan dan Aish melompat-lompat kegirangan. Tak memperdulikan tatapan sinis sang sewi yang dilanda cemburu karena kekasihnya yang mengabaikannya.
"Gue kangen banget sama elo bawel, gara-gara mantra bego dari elo kita jadi disini" kata Falen menumpahkan kekesalannya, tapi diiringi senyuman hangat.
"Gue seneng banget ketemu lo lagi Ai... Gue cemas mikirin lo yang tiba-tiba pergi" Hendra juga berkata lebay.
"Gue... hiks...hiks .." Seno bahkan tak bisa membendung air matanya.
Aish ikut menangis di lengan Seno. Kedua pria lainnya mengelus sayang kepala dan pundak Aish. Semakin membuat sang Dewi Sekar Taji membuang muka karena amarahnya sudah tak tertahan.
Orang yang mengaku sahabat dan kekasihnya malah terlihat menumpahkan kasih sayang dihadapannya. Dia sungguh terbakar cemburu.
Melihat putrinya berada di situasi menyebalkan, sang raja bertitah " Putriku Dewi Sekar Taji, kemarilah nak".
Sang Dewi berjalan sambil menghentakkan kakinya memecahkan suasana yang mengharu biru antara punggawa dan princessnya.
Seketika mereka tersadar sedang dalam kondisi yang kurang mengenakkan.
Aish menarik kepalanya yang bersandar di lengan Seno, Hendra menarik tangannya yang membelai kepala Aish, sedangkan Falen juga menarik tangannya yang mengelus sayang dilengan Aish.
Keempat sekawan itu berdiri berjejer kali ini. Sesekali Aish masih mengusap mata dan ingusnya, dan sisa sesenggukan masih terdengar.
Dewi Sekar Taji sedang berdiri disisi ayahnya, dengan lengan sang ayah merangkul pundak anak kesayangannya itu.
"Kalian tampak sangat akrab sekali. Apa hubungan diantara kalian sebenarnya? Karena sejauh yang kami tahu, selama ini kalian bertiga berselisih paham. Dan bahkan saya sendiri baru pertama kali melihat wanita berkerudung ini" kata sang raja.
Keempat sekawan itu saling melirik. Sebelum akhirnya Frans membuka suara setelah cukup lama berpikir.
"Kami memutuskan untuk berdamai beberapa waktu yang lalu. Dan setelahnya, kami adalah kawan baik" katanya disambut anggukan mantap tiga yang lain.
Dewi Sekar Taji masih belum percaya, seingatnya, Frans tidak pernah bertemu Aishyah. Bahkan dia tidak pernah bercerita tentang Aishyah pada siapapun, karena memang alasan bertemannya dengan Aishyah adalah untuk membantunya di saat-saat Urgent seperti ini.
Terlepas dari itu semua, suasana kembali kondusif setelah dibumbui dengan ucapan yang meyakinkan terutama dari pihak Aish cs.
Meski masih menyisakan tanya di hati Dewi, tapi mereka masih aman. Dan mereka diminta untuk tinggal beberapa waktu di istana atas permintaan sang Dewi.
Mereka diberi kamar masing-masing. Falen, Hendra dan Seno ada di kamar khusus laki-laki yang memang disiapkan untuk para tamu, begitu juga Aish diberi kamar yang agak jauh karena dikhususkan untuk wanita.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments