Asya berjongkok, menunduk menutupi badannya. Hati Bang Rico rasanya sakit sekali melihat Asya ketakutan. Ia pun menekan perasaannya dan mengalah tak menuruti egonya sebagai seorang pria.
"Ya sudah kalau nggak mau, Abang nggak akan paksa" Bang Rico membantu Asya berdiri dan memasang kembali kancing bajunya.
"Maaf.. Abang terlalu memaksa. Seharusnya Abang tidak menanggapi kelakuanmu. Abang yang salah"
Bang Rico pun meninggalkan Asya di dalam kamar sedangkan Bang Rico memilih menyambar rokok untuk menenangkan hati dan pikirannya yang tak karuan gara-gara seorang gadis kecil yang sedang bertingkah.
~
Asya menangis tertelungkup tak menyangka Bang Rico berniat berbuat tidak baik padanya. Padahal seingatnya, ia hanya bersekolah dan tiba-tiba menyadari dirinya sudah masuk kamar berdua dengan Bang Rico.
Asya tidak bisa percaya lagi dengan laki-laki. Saat Asya percaya Bang Manan, dia menghancurkan semuanya begitu saja. Papa, tidak bisa mencintai Mama Dinda karena terlalu sayang dengan Mama Adinda.
"Abang juga pasti punya masa lalu yang tidak bisa Abang lupakan. Asya nggak mau menangis setiap hari seperti Mama..!!!!" Isak tangis Asya semakin menjadi hingga lama kelamaan dirinya tertidur berbalut selimut yang hangat.
~
Aku nggak bisa begini terus. Asya benar-benar ujian beratku. Aku nggak mungkin setiap saat bisa kuat menahan perasaan, aku masih normal. Kalau aku kebablasan, Asya bisa saja terkena dampak sosial. Psikisnya bisa hancur. Tapi apa mau Asya di bujuk secara halus.
Bang Rico mematikan puntung rokoknya. Tingkat stressnya mulai berkurang meskipun masih ada rasa mengganjal dalam dada.
"Lebih baik aku lihat Asya di dalam." Bang Rico beranjak dan masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Asya sedang tidur masih memakai seragam nya.
Bang Rico menghela nafas panjang. Melihat Asya tidur dengan nyenyak membuatnya menjadi tidak tega.
"Kamu mengakuinya atau tidak.. Abang sudah tahu. Abang akan tetap pasang badan untukmu" dengan lembut Bang Rico membelai rambut Asya sampai akhirnya gadis itu terbangun dari tidurnya.
"Abang mau apa?" tanya Asya takut.
"Obat apa yang kamu minum?"
"Nggak ada Bang" jawab Asya.
"Kamu mungkin bisa bohongi semua orang tapi tidak dengan Abang" ucap Bang Rico.
"Kamu linglung dan sering nggak sadar berkelakuan aneh. Dengar dek.. kalau kamu lakukan semua itu di depan Abang.. Abang masih bisa terima, tapi bagaimana kalau kamu lakukan segala hal di luar batas itu di depan pria yang tidak ada hubungannya sama kamu?"
Asya diam menunduk tak berani menatap wajah Bang Rico.
"Sekarang kamu sudah paham keadaan nya. Kita memang sudah menikah, masih kah kamu tidak mau cerita apapun tentang mu di depan suami mu sendiri?" tanya Bang Rico.
"Asya.. belum siap Bang"
"Kenapa? Apapun yang terjadi sama kamu, itu semua tanggung jawab Abang. Kamu mau minta tolong sama siapa kalau ada apa-apa? Kita sudah terikat satu sama lain. Kamu butuh Abang, Abang juga pasti sangat butuh kamu" kata Bang Rico.
"Ucapan laki-laki kalau ingin mendapatkan sesuatu selalu semanis madu, tapi kalau sudah mendapatkan apa yang di mau, tak pernah dia sadar itu semua sudah menyakiti hati pasangannya atau tidak"
Kening Bang Rico berkerut bingung tak memahami apa yang Asya bicarakan.
"Maksudmu Abang hanya sekedar merayu?"
"Apalagi? Belum lagi kalau Abang tidak bisa melupakan mantan kekasih Abang dulu"
"Mantan ya mantan.. tidak ada lagi di dalam hidup. Yang ada sekarang hanya kamu dan Abang." jawab Bang Rico.
"Seberapa besar Abang mencintai dia?"
"Kamu ini kenapa? Kenapa juga harus ada bahan untuk kita ribut. Mantan Abang tidak kurang ajar seperti mantanmu" ucap Bang Rico.
"Kalau dia sebaik itu, kenapa kalian berpisah? Abang selingkuh??" tanya Asya.
"Semakin bertambah umur, ide bodoh seperti itu sudah tidak terlintas lagi dalam pikiran Abang. Yang ada hanya kerja, kerja dan negara" Jawab Bang Rico yang memang sudah tidak terpikir lagi untuk bermain cinta.
"Asya mau tau alasannya..!!"
"Dia sudah menikah dengan pria lain. Sudahlah.. kamu ini memang niat bikin kita ribut ya..!!" tegur Bang Rico.
Asya terdiam teringat peristiwa tentang Papa dan Mamanya yang membuat ia sangat takut menikah dengan seorang tentara. Hukum tak boleh mendua, nyatanya sang Papa terkadang belum bisa melupakan Mama kandungnya. Bibir papanya memang tak pernah sekali pun mengucap, tapi saat mengigau.. nama Mama Adinda selalu di sebutnya hingga membuat Mama Dinda sangat sedih karena nya.
"Bang.. Asya tidak mau di duakan"
"Begitu pula dengan Abang. Istri Abang hanya milik Abang dan satu-satunya yang ada di hati. Tak rela kamu memiliki hati untuk yang lain" ucap Bang Rico tidak main-main.
Asya diam karena masih tak percaya dengan ucapan Bang Rico.
"Kalau sudah enak badannya, kita pulang sekarang?" ajak Bang Rico meskipun saat ini dirinya masih tidak mengerti apa yang terjadi pada Asya.
Banyak hal yang Abang belum tau tentang mu dek. Kita harus lebih banyak mengenal lagi, dan yang lebih penting.. harus lebih ada keterikatan batin antara kita berdua.
...
"Abaang.. mampir ke supermarket dulu. Ada yang mau Asya beli..!!" pinta Asya saat mereka berdua hampir sampai asrama.
"Bisa di tunda nggak? Mau hujan" kata Bang Rico.
"Nggak bisa."
"Mau beli apa? Nanti Abang belikan" tanya Bang Rico.
"Permen karet"
"Haaahh.. karet?? Karet apa dek?" tanya Bang Rico membayangkan karet apa yang di minta Asya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Aku konfius nih dua istri tp kenapa cari yg nama sama..
2023-07-13
0
🍀 chichi illa 🍒
kasian asya trauma mendalam ...
2022-02-28
1
Iis Cah Solo
iya mba asya tunangan apa dah nikah sih..kok serumah
2022-02-11
1