"Rico.. tolong besok tanyakan ke sekolah Asya... siapa yang sudah menyiram baju Asya dengan lumpur..!! Kamu khan mengajar disana juga" perintah Dan Wira.
"Ijin.. Yang di maksud Mbak Asya itu saya"
"Ya Tuhan.. memangnya ada apa sampai kamu siram putri saya??" tanya Dan Wira tak habis pikir.
Bang Rico terdiam seolah menjawab segalanya bahwa putri dari Komandan lah yang sudah membuat ulah.
"Oke.. saya paham. Kemungkinan putri saya yang berulah" kata Dan Wira.
"Berhubung kamu satu sekolah dengan putri saya.. Saya minta tolong sama kamu untuk sekalian mengawasi putri saya Asya.
"Siap laksanakan Dan" jawab Bang Rico.
***
Bang Rico merokok dan menjauh dari ruangan karena tidak ingin memberi contoh yang buruk pada murid-muridnya. Ia bersandar mengingat kisah hidupnya. Mulai tahun ini dirinya sudah beranjak tenang sejak beberapa bulan yang lalu kehilangan sosok wanita yang begitu ia cintai.
Saat sedang asyiknya menghembuskan asap rokok, ia melihat Asya bersandar dan berjongkok di samping toilet sambil terburu-buru membuka sesuatu yang ia ambil dari saku bajunya. Gelagatnya begitu aneh.
Asya merokok? Tapi sejak dua Minggu ini aku melihatnya.. dia memang sedikit aneh. Tingkahnya random sekali. Sepertinya Papa dan Mamanya tidak pernah kurang memberinya kasih sayang, tapi kenapa Asya jadi begitu?.
Asya terus menghembuskan asap dari bibirnya. Bang Rico membuang puntung rokoknya dan menghampiri Asya.
"Beraninya kamu merokok di sekolah. Ayo ikut saya..!!" tegur Bang Rico.
"Apa merokok itu berdosa?" tanya Asya.
"Merokok tidak dosa, tapi alangkah lebih santun kalau perempuan tidak mendekati dan mengkonsumsi rokok" jawab Bang Rico.
"Wanita santun tidak di lihat dari rokoknya Pak ganteng" Asya terus menghisap rokok dan menghembuskan dengan kasar.
"Kamu punya paru-paru, punya jantung, punya rahim. Jaga aset berharga mu. Masa depanmu masih panjang..!! Jadilah orang yang banyak bersyukur" ucap Pak Rico.
"Harus bersyukur karena apa? Karena ternyata Bang Manan membohongi ku?" tanya Asya.
Kening Bang Rico berkerut. Nanti malam adalah acara pertunangan Asya dengan Manan tapi sekarang Asya terpuruk sendirian.
"Bohong apa?" tanya Bang Rico.
"Dia bukan pemilik perusahaan, tapi hanya sopir pemilik perusahaan. Hutangnya dimana-mana. Tabunganku senilai enam puluh juta di ambil.. dan........."
"Apalagi??" tanya Bang Rico.
"Pokoknya aku nggak bisa bilang ke Papa. Papa pasti malu dan marah sekali" jawab Asya frustasi.
"Nanti saya bantu bilang ke Pak Wira" kata Bang Rico.
...
Siang hari rumah Asya sudah penuh dengan hiasan bunga. Asya langsung menangis masuk ke dalam kamar.
"Kenapa Asya?" tanya Papa Wira langsung pada sopirnya.
"Siap.. tidak tau Dan"
"Ijin Komandan, apa komandan berkenan kalau saya minta waktu sebentar?" tanya Bang Rico.
"Ayo..!!"
:
"Apa benar begitu? Darimana kamu tau??"
"Ijin Dan.. saya mendengarnya sendiri dari Mbak Asya" jawab Bang Rico.
Kepala Pak Wira rasanya pening berputar-putar. Bagaimana bisa dirinya kecolongan soal identitas dan jati diri Manan. Pengusaha yang begitu ia inginkan karena tidak ingin memiliki menantu seorang tentara sama seperti dirinya.
"Asyaaaaa...!!!!!!!" panggil Pak Wira dengan wajah meradang.
~
"Kenapa kamu bisa bertemu pria bejat seperti Manan????" bentak Pak Wira.
"Ini semua karena Papa. Aku suka sama Bang Nando. Tapi Papa melarangnya"
"Nando itu Abangmu.. Asya. Dan lagi Nando sudah punya pilihannya sendiri." kata Pak Wira.
"Abang yang tidak ada pertalian darah. Papa hanya ingin menantu pengusaha atau apapun asalkan tidak tentara"
"Kamu tidak tau rasanya hidup dalam lingkup tentara. Berat sekali Asya. Papa nggak mau kamu terbebani dengan semua itu. Hidup dengan mereka tidak lurus-lurus saja. Kamu lihat mama mu itu. Sering sekali depresi karena sering tidak tahan berada di lingkungan kita" kata Pak Wira.
"Itu semua karena Papa. Papa yang buat Mama sering nangis karena Papa sering teringat mantan Papa"
"Cukup Asya..!!!! Jangan lancang kamu..!! Mantan yang kamu tuduh itu adalah istri pertama Papa" jawab Pak Wira.
"Saya mohon Ijin keluar Dan" Bang Rico merasa tidak enak dalam perdebatan ayah dan anak ini.
Baru saja Bang Rico akan melangkah pergi. Pak Wira melepas ikat pinggang nya dan bersiap mencambuk gadis cantik itu.
"Papa sudah memberimu kebebasan untuk memilih dan Papa juga setuju kamu meminta pertunangan ini Asya. Tapi kamu buat malu Papa. Apa kata orang kalau tau ternyata calon menantu Papa seorang maling"
Melihat cambuk itu berayun.. Rasanya hati Bang Rico tak tega melihatnya. Ia berlari dan mendekap erat tubuh Asya hingga cambukan itu mengenai tubuhnya.
"Rico.. apa-apaan kamu????" bentak Dan Wira.
"Ijin Dan. Jika komandan berkenan. Ijinkan saya menggantikan Manan."
"Gila kamu Rico"
"Saya akan membalas semua hutang budi saya pada Komandan" jawab Bang Rico.
"Saya tidak pernah meminta balasan apapun dari kamu, termasuk hal seperti ini Rico. Saya bantu kamu itu tulus, tanpa ingin kamu balas dalam bentuk apapun"
"Saya juga tulus komandan. Di dunia ini tidak ada yang saya cari lagi. Segala apa yang saya miliki tidak ada artinya lagi. Tuhan pun tau, mungkin hanya hela nafas dan satu nyawa yang saya punya untuk pertaruhan tindakan saya ini. Tapi saya janji.. hanya ada satu hati untuk putri Komandan. Asya.. Naresha Irania Rintis Biru"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Lho salahnya Asya di mana?? Dia juga baru tau kalo Manan itu selama ini berbohong..
2023-07-13
0
🍀 chichi illa 🍒
cakep nama nya kak nara
2022-02-27
1
Rahmi Ahmad
susah move on dari karya nya mba nara.. selalu di tunggu semangat ya k nar
2022-02-13
1