Rencana Carissa

"Carissa, apakah kita harus melakukan ini? Bukankah kau sudah memiliki Rizal?"

Carissa terkekeh. Ia menyeruput jus strawberry-nya lalu mendesah nikmat. "Ya, itu benar. Kita kan hanya iseng saja. Memangnya hanya lelaki saja yang bisa nakal, hihihi."

Lisa hanya tersenyum kecut. Ia sedikit menyesali keputusannya menyetujui ajakan Carissa untuk melakukan kencan ini. Tidak tahu apa maksudnya, tetapi menurut Lisa ini adalah pengkhianatan terhadap kekasih wanita itu, Rizal. Lisa mengunyah lagi pie apel dan secangkir capuccino.

Sebenarnya Lisa ingin memesan makanan lebih banyak. Tidak tahu kenapa ia sangat kelaparan. Satu-satunya alasan jujur dirinya menerima ajakan Carissa tadi adalah karena wanita itu ingin mentraktirnya di restoran mewah, sambil menemaninya kencan tentunya.

Selera makan Lisa tidak seperti biasanya. Ia menghabiskan lebih dari setengah pie ukuran jumbo itu sendirian, tidak memberi kesempatan Carissa untuk mencicipinya.

Carissa yang tidak pernah makan dengan Lisa, merasa hal itu tidak apa-apa. Ia hanya berpikir mungkin Lisa adalah tukang makan.

"Pie ini enak. Kau benar tidak mau?" ujar Lisa.

Carissa tersenyum. "Tidak, terima kasih Lisa. Melihatmu makan dengan lahap saja sudah membuatku kenyang," komentar Carissa. Lisa tersenyum canggung.

"Sebenarnya aku pun heran, Rissa. Tidak biasanya aku selalu lapar seperti ini. Bolehkah aku jujur? Aku masih lapar." Suara Lisa semakin lama semakin kecil.

Carissa melebarkan matanya. "Ha? Apa kau serius? Hahaha ... kau seorang shik skin, ya?"

Lisa menggeleng seperti anak kecil. "Tidak, baru kali ini aku merasakannya. Mungkin perutku sedang mengalami keanehan."

Tawa Carissa tiba-tiba berhenti ketika melihat Lisa mengusap-usap perutnya. Ia terpana untuk beberapa detik. Sikap Lisa, selera makan serta usapan perut itu menyadarkannya.

Carissa menelan ludah.

"Rissa, kenapa kau diam? Apa aku salah bicara?" tanya Lisa segan. "Oh, kau tidak perlu memesankan makanan lebih banyak lagi. Aku bisa menahannya sampai rumah, hehehe ...."

"Bu-bukan itu maksudku, tapi--"

"Selamat siang, Ladies."

Carissa dan Lisa mendongak ketika sapaan dari dua orang pria yang berdiri di dekat meja mereka. Mereka telah datangㅡpria-pria teman kencan mereka. Carissa menyimpan rasa penasarannya terlebih dahulu dan menjalankan rencananya bersama Rizal ini.

"Hello, Boys! Silakan duduk."

Penampilan dari kedua pria asing ini jauh sekali dari kesan modis. Salah satu dari mereka bahkan sangat gemuk, sehingga Lisa mengira pria itu akan kesulitan untuk duduk. Pria yang lainnya cukup tampan dengan kumis dan jenggot yang lebat, membuat hampir seluruh wajahnya tertutupi rambut.

Ternyata Lisa mendapatkan pasangan pria yang gemuk. Pria itu kesulitan tersenyum sebab pipinya benar-benar gembul. Gadis itu balas tersenyum ramah. Ia tahu kencan ini tidak akan berhasil. Namun, demi menjaga perasaan Carissa, ia melakukannya untuk kesenangan saja.

"Oh, hai! Perkenalkan namaku Carissa. Usiaku 25 tahun, dan dia adalah temanku, Lisa Destia."

Mereka berempat saling berjabat tangan. Pria yang gemuk bernama Tom dan yang berambut banyak adalah Jeri.

Tom menggenggam tangan Lisa sedikit erat. Wanita itu tertawa canggung sambil berusaha menarik kembali tangan mungilnya. Tangan pria itu sangat berkeringat dan berdaging.

"Uhm, bisakah Anda melepaskan tanganku?" pinta Lisa pada pria yang duduk di hadapannya itu. Carissa menahan tawa di samping Lisa.

"Panggil saja aku mas," ucap Tom percaya diri.

"Em, Baiklah, M-as."

"Apakah kalian ingin memesan makanan?" Carissa menawarkan.

"Tentu saja!" tukas Tom cepat. "Perutku lapar sekali. Bolehkah aku meminta tiga porsi pie apel?"

***

Rayhan menyetir dengan kecepatan di atas rata-rata. Bagaimanapun, ia harus membawa Lisa pulang. Carissa selalu membawa ide-ide gila dan anehnya kenapa Rizal tetap tahan dengannya. Pria itu mengumumkan sumpah serapah yang tidak tahu ditunjukkan untuk siapa.  Ia kesal dengan Carissa, Rizal, Lisa bahkan dengan dirinya sendiri.

Saat ini, Rayhan hanya bisa mengerti bahwa dirinya tidak ingin melihat Lisa bersama orang lain. Ia adalah pemilik Lisa seutuhnya sebab dirinya adalah orang pertama bagi wanita itu. Rayhan tidak peduli dengan perseteruannya dengan Rana. Bahkan, ia mulai melupakan bahwa Lisa adalah umpannya.

Sampai di kafe yang dimaksud Rizal, Rayhan langsung saja menyerbu ke dalam. Sorot matanya yang tajam beredar ke seluruh ruangan seperti seekor elang yang mencari mangsanya, dan di sanalah ia menemukan Carissa dan Lisa. Mereka bersama dua orang pria yang menurut Rayhan seperti manusia idiot.

Rahangnya mengeras ketika melihat Lisa tertawa lepas saat berbicara dengan pria bertubuh gemuk di hadapannya. Mengapa wanita itu selalu tampak bahagia saat bersama orang lain, sedangkan ia tidak pernah mendapatkan satu senyum sekalipun. Kedua tangan Rayhan mengepal dan melangkah lambat ke arah meja mereka. Ia harus memberi pelajaran kepada pria-pria itu.

"Hoho, apa aku mengganggu kalian?"

Bagai disengat listrik, Lisa tersentak kaget ketika mendengar sapaan Rayhan. Ia mematung di tempatnya sementara Carissa menatap Rayhan dingin, dan kedua teman kencan Lisa dan Carissa terdiam bingung.

"Ra-Rayhan?" gumam Lisa.

"Apa yang kau lakukan di sini, Rayhan?!" tanya Carissa sinis.

"Hei, Rissa! Kau pikir apa yang kau lakukan, ha? Kau sudah mempunyai Rizal, kenapa masih melakukan kencan dengan orang-orang idiot ini?" Rayhan membalas tidak kalah dingin.

Mendengar pernyataan Rayhan, Jeri berdiri dari kursinya. Tersinggung.

"Jaga ucapanmu, Bung!" tukasnya.

Rayhan memandangi Tom dan Jeri dengan pandangan mencemooh.

"Hahaha, benarkah! Kalian pikir penampilan kalian sudah sangat keren? Lihat wajahmu itu, seperti hutan rimba. Jika kau ingin menarik perhatian wanita, bersihkan dulu dirimu!" cemooh Rayhan pada Jeri. "Dan kau, gendut! Kau makan sebanyak ini, seperti orang yang tidak pernah makan tiga bulan. Wanita bisa kehilangan minat padamu."

"Cukup, Rayhan!" bentak Lisa seraya berdiri. Rayhan menatapnya.

"Kau, Lisa. Siapa yang mengizinkanmu keluar rumah untuk melakukan hal bodoh ini? Sekarang pulang denganku!" desis Rayhan.

"Siapa kau sebenarnya? Seenaknya saja kau menghina kami dan membawa pulang teman kencanku!" Kali ini pria gemuk itu angkat bicara. Dia berdiri dengan susah payah.

Rayhan mendekati Tom dengan sangat agresif sampai hidung mereka hampir bersentuhan. Ia menatap keji pada pria tersebut.

"Jika aku memberitahu siapa aku sebenarnya padamu, kau mungkin akan lari terbirit-birit pulang ke rumah dan mungkin takut untuk melihat dunia luar. Namun yang jelas, aku adalah calon suami dari teman kencanmu. Mengerti?!" ujar Rayhan.

"Apa?!" pekik Lisa.

Rayhan menyambar lengan Lisa dan menariknya dengan kasar, lalu tanpa menoleh lagi pada Carissa apalagi kedua pria itu, Rayhan membawa Lisa keluar dari kafe tersebut. Lisa tidak punya pilihan lain---seperti biasa---selain mengikuti Rayhan.

Di tempat duduknya, Carissa tersenyum puas. Ia sudah dapat memastikan bagaimana perasaan Rayhan sebenarnya. Dasar pria bodoh, batin Carissa.

Memang benar kata pepatah, sekeras apa pun seorang pria atau seberapa jahat pun mereka, jika tersentuh oleh cinta, mereka pasti akan bertindak diluar akal sehat mereka sendiri.

Sambil menyalakan rokoknya, Carissa tersenyum manis pada dua pria di hadapannya.

"Terima kasih atas kerja sama kalian. Silakan makan lagi, aku akan membayar semuanya."

BERSAMBUNG ....

Terpopuler

Comments

Nur Rachmawati

Nur Rachmawati

hahaha Rayhan kena tipenggg....
jebakan rissa boleh jugaaa yaaakkk
next thor
semangadddd
tengkyuuu

2022-01-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!