Rayhan pulang ke rumah, tetapi tidak menemukan siapa pun selain para pelayan dan penjaga rumahnya. Ia bertanya-tanya ke mana perginya sang ayah. Tidak mungkin ayahnya ke luar negeri di saat akhir pekan begini. Atau, apakah ayahnya sibuk mengurusi pernikahan konyol itu? Cih.
"Di mana ayahku?" tanya Rayhan pada salah satu pelayan.
"Tuan Aksa berangkat menuju bandara satu jam yang lalu, Tuan Muda. Tuan Aksa akan mengurus sesuatu di Thailand selama dua hari sebelum hari pernikahannya."
Rayhan mendengkus. Baguslah kalau ayahnya sendiri yang berangkat ke Thailand. Sebab laki-laki itu sedang malas bepergian ke mana-mana untuk urusan bisnis. Ia lebih nyaman kembali ke kantor besok pagi. Di saat Rayhan ingin bertanya suatu hal lagi, ia melihat Lisa melintas di dapur tidak tahu sedang mengerjakan apa. Rayhan memperhatikannya selama beberapa detik, lalu kembali menghadap pelayan yang masih setia berdiri di depannya.
"Apa wanita itu juga ikut dengan ayahku?" tanya Rayhan dingin.
"Jika maksud Anda Nona Rana Destia, iya. Dia juga ikut dengan Tuan Aksa."
Laki-laki itu mengangguk. "Lalu, apa yang dilakukan gadis itu di dapur?" Rayhan menunjuk ke arah dapur. Pelayan itu mengikuti arah telunjuk Rayhan, kemudian tersenyum tipis.
"Nona Lisa Destia bersikeras untuk memasak makan malam. Ia menolak bantuan juru masak Nima, Tuan Muda."
Rayhan mengernyit. Dasar gadis kampungan! Pasti ingin mencari perhatian di rumah ini, batinnya.
Laki-laki itu berdecak, lalu menaiki tangga menuju kamarnya sambil mengabaikan suara tawa renyah yang terdengar di telinganya. Suara tawa Lisa.
***
Akhirnya Lisa telah berhasil membuat makan malam. Sebenarnya ia telah terbiasa memasak saat tinggal sendirian di desanya. Juru masak yang bekerja di rumah Aksa, Nima, memuji masakan yang dibuat gadis itu. Selain cantik, ternyata Lisa pandai memasak. Tutur katanya sopan serta pakaiannya juga tertutup. Menurut pelayan yang tadi berbicara dengan Rayhan, Sati dan juru masak Nima, Lisa adalah gadis idaman. Bukan idaman tuan muda mereka tentunya.
"Lastri, tolong panggilkan Tuan Muda. Sudah saatnya makan malam!" seru Bi Sati kepada pelayan yang bernama Lastri.
Lastri membungkuk hormat kepada kepala pelayan itu, kemudian menaiki tangga untuk ke kamar Rayhan. Lisa menggigit bibirnya, ia khawatir Rayhan tidak ingin mencicipi masakannya."
"Ngg ... Bi Nima, apakah Rayhan akan mencicipi masakanku?" tanya Lisa ragu.
Bi Nima tersenyum menenangkan. "Tuan Muda pasti menyukainya," ujarnya yakin.
Sementara itu, Rayhan telah keluar dari kamarnya dan mengikuti Lastri menuju ruang makan. Mata elangnya mengawasi Lisa dari jauh.
Gadis itu takut-takut berada di dekat Rayhan. Meskipun ia baru mengenal Rayhan, tetapi hatinya berkata kalau laki-laki itu tidak menyukai keberadaannya.
Lantas, apakah Rayhan mengingat apa yang telah dilakukannya malam itu? Malam di mana laki-laki itu menciumnya dengan tidak hormat. Lisa tidak ingin mengingat-ingat kejadian itu lagi. Ia merasa dilecehkan. Namun, apa yang bisa diperbuatnya? Ia hanya menumpang di rumah ini, walaupun sebentar lagi kakaknya akan menjadi tuan rumah.
Rayhan duduk di salah satu kursi meja makan dan memandangi satu persatu makanan yang dihidangkan di hadapannya, sedangkan Lisa masih bersembunyi di dapur. Ia memilih untuk makan di dapur saja bersama pelayan lain.
"Lastri," panggil Lisa seraya merapikan piring-piring serta alat-alat dapur yang kotor setelah memasak.
"Ya?"
"Aku ingin mencari pekerjaan. Apa kau pernah melihat lowongan pekerjaan di dekat sini?" tanya Lisa.
Lastri tampak berpikir. "Lowongan pekerjaan, ya? Hm, coba kuingat-ingat dulu."
Lisa bersyukur mempunyai teman sebaya seperti Lastri. Lastri merupakan pelayan junior di rumah ini. Ia baru bekerja satu tahun dan Lastri merasa nyaman sebab semua pelayan baik padanya. Hanya saja Lastri tidak nyaman jika ada Rayhan. Sebenarnya bukan Lastri saja yang merasa demikian, tetapi semua pelayan dan penjaga rumah juga merasakannya.
"Ah, iya, Lisa. Aku rasa aku pernah melihat lowongan pekerjaan di toko bunga yang berada di luar komplek ini. Toko itu dimiliki oleh seorang warga Tiongkok yang baik hati. Coba saja kau tanyakan ke sana."
Lisa tersenyum lebar. "Benarkah? Baik, besok aku akan melihatnya. Terima kasih, Lastri."
Prang!
Senyuman yang hadir di wajah Lisa dan Lastri seketika menghilang. Mereka terlonjak kaget mendengar suara keras yang berasal dari ruang makan. Lastri bergegas menyerbu ke sana bersama dengan pelayan lainnya.
Perasaan Lisa tidak nyaman. Ia pun berjalan perlahan menuju pintu dapur, ikut penasaran dengan apa yang terjadi. Tepat ketika Lisa berdiri di pintu dapur, ia mendengar Rayhan berteriak murka.
"Makanan apa ini?! Sial!"
Lisa menelan ludah. Ia melihat semua pelayan berkumpul di dekat meja makan menundukkan kepala, sedangkan Rayhan berdiri tegap di dekat kursinya, wajahnya merah padam dan matanya pun begitu. Tampak laki-laki itu benar-benar marah. Lisa tidak mampu bergerak, apa yang ditakutkannya terjadi. Rayhan tidak menyukai masakannya.
"Siapa yang memasak makanan sampah ini?! Bi Nima, pekerjaanmu tidak becus sama sekali! Dasar bodoh!"
Lisa mencengkeram tepi bajunya. Bi Nima tidak bersalah. Akan tetapi, wanita itu menerima saja cacian yang dilontarkan oleh Rayhan. Lisa memberanikan diri untuk menghampiri mereka. Keberadaannya mengundang perhatian Rayhan. Laki-laki itu itu menyeringai melihat kedatangan Lisa. Ini yang ditunggu-tunggu olehnya.
"Ma-maafkan a-aku, Rayhan. A-aku yang me-memasaknya. Bi Nima ti-tidak bersalah," ucap Lisa terbata-bata.
Rayhan mendengkus jijik. Kakinya melangkah mendekati Lisa dengan derap yang berbahaya.
Gadis itu gemetar di tempatnya berdiri. Ia meremas jari-jari tangannya sendiri sementara Rayhan mendekat. Tubuh laki-laki itu dua kali lebih besar darinya. Saat Rayhan berdiri di hadapan gadis mungil itu, terang saja tingginya mendominasi. Lisa menundukkan kepala, tidak berani bertatap dengan mata itu.
"Jadi, kau yang memasak semua itu?" tanya Rayhan dengan suara berat dan terkesan mencemooh. Lisa mengangguk ragu-ragu.
"Kau tahu, rasanya sangat menjijikkan. Aku membayangkan itu adalah makanan untuk tikus desa jika kau membuatnya. Apa kau tidak mempunyai pekerjaan lain selain memasak makan malam untukku? Kau pikir aku terbiasa dengan masakan orang lain? Terlebih lagi tangan seorang gadis desa yang membuatnya. Cih, selera makanku langsung lenyap."
Lisa memejamkan mata. Ya Tuhan, apa pria di hadapanku ini manusia atau iblis? Kata-katanya sangat menyakiti hatiku, batin Lisa. Air matanya mendesak keluar, sedangkan matanya menolak untuk dibuka. Hatinya benar-benar perih mendengar hinaan itu. Ia tidak yakin apakah Rayhan sadar akan hal itu. Jelas, secara sadar laki-laki itu menghinanya.
"Buang semua makanan itu! Aku ingin makan malam di luar saja! Dasar kalian semua bodoh!" teriak Rayhan, kemudian beranjak dari sana dengan seringaian puas di wajahnya.
Sampai kapan pun, ia tidak akan mengakui kalau makanan yang dihinanya tadi adalah makanan terenak yang pernah dicicipinya seumur hidup.
***
Lisa menangis tersedu-sedu di tepi jendela kamarnya. Ia tidak menyangka akan mendapat hinaan seperti itu dari Rayhan. Apa laki-laki itu selalu menghina orang lain dengan kata-kata kasar? Sangat disayangkan karena dirinya dan ayahnya adalah orang terpandang di Indonesia ini. Lisa sadar kalau ia adalah orang desa, tetapi Rayhan tidak berhak menghina apa yang diperbuatnya.
Pintu kamar Lisa diketuk dari luar dan terdengar panggilan pelan dari Lastri. Gadis itu mempersilakannya masuk, lagi pula ia membutuhkan seseorang untuk mendengar keluh kesahnya saat ini. Peristiwa di ruang makan tadi benar-benar membuatnya seperti orang bodoh dan tidak berguna.
Lastri memeluk Lisa, mengusap-usap pelan punggungnya. Lisa menangis di bahu Lastri. Ia membutuhkan kakaknya sekarang ini, tetapi hanya ada Lastri yang menemaninya.
Lastri tidak tega melihat Lisa menangis seperti itu. Walau bagaimanapun, Rayhan seharusnya tidak menghina kerja keras Lisa. Lagi pula, hanya Rayhan yang mengatakan kalau masakan Lisa tidak enak.
"Seharusnya tadi aku tidak memasak, Lastri. Aku tidak tahu kalau Rayhan akan bersikap begitu," ujar Lisa sembari menghapus air matanya.
"Shut, sudahlah. Jangan menangis lagi, Lisa. Jika kau akan tinggal di sini untuk waktu yang lama, kau harus terbiasa dengan sikapnya. Tuan Muda memang kasar dan tidak mempunyai perasaan. Dia hanya bersikap lumayan baik jika Tuan Aksa di rumah," jelas Lastri.
Lisa mengangguk paham. Dirinya tinggal di rumah Rayhan, jadi ia yang harus mengalah.
"Tenang saja, masakan yang kau buat tadi sangat enak, Lisa. Dalam lima menit masakanmu telah habis oleh kami, hehehe," lanjut Lastri.
Lisa tertawa haru. "Benarkah? Terima kasih. Aku kira masakanku benar-benar tidak enak," ujar Lisa.
"Lidah Rayhan saja yang bermasalah, atau dia ingin membuat masalah denganmu."
Lisa membenarkan dalam hati. Mungkin benar, Rayhan ingin membuat masalah dengannya. Pasti itu karena laki-laki itu sangat membencinya. Huft, Lisa pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia hanya berharap Rana dan Aksa segera kembali ke rumah dan melindunginya dari Rayhan.
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
🟡𓆉︎ᵐᵈˡ 𝐀⃝🥀sthe⏤͟͟͞R🔰¢ᖱ'D⃤
gengsinya gede
2022-10-23
1
Yuni Wati
kasar sekali kataktanya
2022-05-11
1