Hujan lebat seperti tidak akan berhenti sampai nanti malam. Rayhan telah membersihkan dirinya, berendam selama satu jam di kamar mandi. Kini ia berdiri di dekat jendela, memandangi kaca jendela di hadapannya yang berembun diterpa air hujan. Tubuhnya kini terasa segar sekali.
Rayhan mendengar suara berisik dari dalam kamar mandi. Laki-laki itu bergegas ke sana. Lima menit yang lalu, Lisa masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Gadis itu menolak berbicara, bahkan melihat wajahnya. Oleh karena itu, ia membiarkan Lisa untuk masuk ke kamar mandi sendirian. Meskipun Rayhan tahu, gadis itu berjalan tertatih-tatih, ia ingin melihat gadis itu sadar akan kesalahannya melawan dirinya.
Sampai di pintu kamar mandi, ia melihat Lisa duduk di bawah shower. Gadis itu sepertinya terpeleset karena posisinya yang duduk menyamping. Rayhan menelan ludah melihat gadis itu bersusah payah untuk berdiri.
Rayhan menghampirinya. "Kenapa mandi dengan berpakaian lengkap?" tanya Rayhan dingin. Gadis itu tidak terkejut melihatnya, ia tidak malu lagi sebab Rayhan sudah melihat semuanya. Tatapan laki-laki itu turun ke seluruh tubuh Lisa. Kemeja yang dipakai gadis itu melekat basah di tubuhnya, memperlihatkan lekuk tubuh indahnya itu.
Rayhan membiarkan tubuhnya ikut basah terkena siraman air. Ia tidak melepaskan pegangannya di lengan Lisa, padahal gadis itu sudah bisa menyeimbangkan dirinya.
"Aku ingin mandi. Tolong keluarlah!" pinta Lisa seraya menepis tangan Rayhan.
"Jangan terpeleset lagi." Rayhan memperingatkan.
Lisa diam saja.
Rayhan terkadang heran dengan sikapnya terhadap Lisa. Ada sisi di dalam dirinya yang tidak tega melihat kepedihan di mata gadis itu, padahal dirinyalah yang menyebabkan penderitaannya.
Rayhan berbalik dan melangkah kecil keluar dari bilik kamar mandi.
Lisa menatap punggung Rayhan. Ia telah menyiapkan besi aluminium yang berguna untuk menggantungkan pakaian di kamar mandi itu.
Ia melangkah tanpa suara menyusul Rayhan. Inilah rencananya. Mengundang Rayhan ke dalam kamar mandi dan berniat memukul laki-laki itu di saat ia lengah.
Ketika Rayhan melangkah keluar melewati pintu kamar mandi, Lisa mengayunkan besi di tangannya. Ia harus memukul sekuat tenaga agar laki-laki itu tumbang dan ia bisa menggunakan kesempatan tersebut untuk kabur.
Bug!
"Aaaaaaaaah!"
Terdengar pekikan mengerikan dari mulut Rayhan ketika besi itu menghantam kepalanya. Laki-laki itu terjerembap ke lantai sambil memegangi kepalanya yang berdenyut. Sakitnya luar biasa. Wajahnya memerah dan puncak kepalanya itu mengeluarkan darah segar.
Dalam pandangan yang samar-samar dan denyut hebat di kepalanya, Rayhan tetap bisa melihat tubuh kurus Lisa menginjak tubuhnya dan berlari kencang keluar.
Rayhan menggertakkan gigi menahan sakit yang amat sangat sembari berusaha menegakkan tubuhnya kembali.
Sial!
Rayhan mengumpat dalam hati. Berani sekali gadis itu melukai dirinya. Laki-laki itu memiliki kekuatan baru untuk menyakiti Lisa lagi. Bagaimanapun cara gadis itu keluar dari sini, Rayhan tidak akan membiarkannya.
***
Lisa tidak merasakan apa pun di dalam tubuhnya saat ini. Ia baru saja menghantam kepala Rayhan dengan besi sekuat tenaga dan bisa saja menyebabkan kematian pada laki-laki itu. Namun, Lisa tidak peduli, ia harus kabur dari tempat terkutuk ini.
Lisa berlari keluar menembus derasnya hujan. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, kemudian berdecak frustrasi. Pagar kayu yang mengelilingi villa itu sangat tinggi.
Dalam kepanikannya yang terasa mendesak, Lisa melihat ada sebatang pohon yang dahannya mencapai tinggi pagar. Ia bisa memanjat pohon. Pohon tersebut terletak tidak jauh dari kolam renang di samping villa.
Lisa tidak menoleh lagi ke belakang dan berlari menuju kolam renang.
Rayhan masih memegangi kepalanya yang kesakitan. Ia bersandar pada pintu utama yang tadi dibuka Lisa untuk kabur. Laki-laki itu mengedarkan pandangan dengan mata elangnya. Gadis itu mudah sekali untuk ditemukan.
Rayhan menyeringai keji. Ia melihat Lisa sedang kesulitan memanjat pohon yang akan membantunya melompati pagar.
"Kau tidak akan bisa lari ke mana-mana, Manis!" teriak Rayhan. Darah menetes dari kepala sampai bahunya. Saat ini, laki-laki itu berjalan cepat melintasi kolam renang dan tertawa mencemooh ketika melihat Lisa kesulitan memanjat. Tentu saja ia kesulitan, sebab air hujan telah membuat batangnya licin.
"Gotcha!"
Lisa berteriak histeris ketika Rayhan mengangkat tubuhnya dengan mudah dan melemparkannya ke bahunya yang bidang. Gadis itu meronta-ronta di bahu Rayhan, membuat laki-laki itu semakin gemas.
Lalu, tanpa berpikir panjang, ia dengan sangat tidak berperasaan menceburkan tubuh Lisa ke dalam kolam.
Lisa bergidik. Tubuhnya terasa beku oleh dinginnya air. Kakinya menendang ke segala arah dan tangannya menggapai-gapai ke permukaan air. Gadis itu tidak bisa berenang, sama sekali. Tubuhnya seperti tertarik ke dasar kolam dan air telah masuk dari telinga, hidung, dan mulutnya.
Rayhan tertawa bagaikan setan di tepi kolam.
"To-tolong ... uhm ... tolong!" Lisa berusaha berteriak. Ia berada di tengah-tengah kolam yang dalamnya lebih dari dua meter, dan Rayhan malah berdiri menertawakannya.
"Aku ... ti-tidak... bisa ... uhmmpp!"
Tawa Rayhan berhenti saat mengamati Lisa. Gadis itu menggapai-gapai sambil berteriak. Laki-laki itu menatapnya sebentar.
"Aku tidak bisa ... berenang ... uhmp ... tolooong...!"
Sedetik kemudian, laki-laki itu tidak melihat Lisa menggerakkan tubuhnya lagi. Rayhan membatu. Tubuh gadis itu lama-kelamaan tenggelam dan melayang-layang di dasar kolam.
Melihat itu, insting waspadanya langsung bergerak cepat. Ia melompat ke dalam kolam dan berenang cepat ke arah Lisa. Ia menggapai tubuh gadis itu dan mengangkatnya ke permukaan.
Lisa tidak sadarkan diri. Entah kenapa Rayhan merasa jantungnya berdentum sangat kencang membuat telinganya berdengung.
Rayhan mengangkat tubuh Lisa ke tepi kolam dan selanjutnya ia pun keluar dari kolam itu. laki-laki itu membaringkan tubuh Lisa dan menyadari kalau wajah gadis itu kini sepucat kertas. Air hujan terus menerpa tubuh mereka.
"Lisa, bangun! Hei! Buka matamu!" teriak Rayhan. Namun, gadis itu tidak bergerak sedikit pun.
Rayhan menekan dada Lisa berulang kali. Mungkin air kolam telah memenuhi jalur pernapasannya. Ia terus saja memompa, tetapi tidak juga berhasil. Gadis itu diam seperti mayat hidup.
Rayhan bernapas kasar. Sebelah tangannya membuka mulut Lisa dan tangan lainnya menutup hidung gadis itu. Ia memberikan napas bantuan, meskipun dirinya belum mempunyai pengalaman memberikan napas bantuan, tetapi Rayhan paham caranya. Laki-laki itu mengembuskan napas di rongga mulut Lisa secara perlahan.
Ia tidak bisa melihat gadis itu mati sekarang. Bukan seperti ini yang diinginkan Rayhan. Mungkin dirinya telah bertindak terlalu jauh pada gadis yang tidak mempunyai dosa padanya ini. Namun, gadis itu harus baik-baik saja sekarang.
"Ugh ... uhuk ... ough ... uhuk!"
Rayhan menarik wajahnya menjauhi Lisa saat ia berhasil mengeluarkan air dari mulut gadis itu. Kini, Lisa terbatuk-batuk. Dadanya perih dan hidungnya terasa sakit.
Rayhan bernapas lega. Laki-laki itu menarik Lisa ke dalam pelukannya. Entah apa yang dirasakannya, tetapi ia bersyukur telah melihat Lisa selamat.
***
Rayhan memandangi tiga helai pakaian yang hendak ia berikan pada Lisa. Pakaian yang dibelikan oleh sekretarisnya itu tampak sangat tidak pantas jika gadis itu mengenakannya. Terlebih lagi cuaca begitu dingin. Gadis itu tetap akan kedinginan kalau ia mengenakan pakaian tersebut. Lagi pula, Rayhan tidak berniat mengerjai gadis itu lagi. Setelah kejadian di kolam renang, dirinya kini tidak terlalu memikirkan dendamnya kepada Rana.
Jadi, Rayhan memutuskan untuk menyimpan pakaian-pakaian seksi itu lagi dan mengambil sweter serta celana trainingnya. Ia berharap pakaiannya tidak terlalu kebesaran di tubuh Lisa.
Ia membuka pintu kamar. Lisa bergelung di bawah selimut tebal tanpa memakai apa pun. Tadi Rayhan telah menghangatkan tubuhnya dengan menyalakan perapian di dalam kamar tersebut, tetapi sepertinya itu tidak cukup.
Pemuda itu berdecak ,kemudian melangkah ke ranjang. Ia bisa melihat tunuh Lisa gemetaran di bawah sana.
"Ya! Pakai ini kalau tidak kau akan mati kedinginan!" seru Rayhan seraya melemparkan pakaiannya ke arah Lisa. Gadis itu masih gemetaran dengan mata tertutup, bibirnya membiru dan wajahnya pucat pasi.
"Sudah kedinginan seperti itu masih saja tidak mendengarkan perintahku!" geram Rayhan. Ia meringis merasakan sakit di kepalanya saat akan mengomel lagi. "Kau telah membuat kepalaku terluka. Seharusnya aku menghukummu, kau tahu?! Cepat kenakan baju itu!"
"I-Ibu ... Ibu ...."
Rayhan tertegun. Lisa mengigau di ranjang dan dirinya hanya berdiri mematung. Ibu?
"I-Ibu ... Ibu ... aku ikut denganmu ... jangan tinggalkan aku."
Rayhan duduk di tepi ranjang menatap wajah Lisa. Bulir-bulir keringat muncul di kening gadis itu sementara bibirnya terus meracau memanggil ibunya. Rayhan tahu kalau Lisa adalah anak yatim piatu, sama seperti dirinya yang sudah tidak mempunyai ibu. Namun, mungkin cinta yang membedakan hubungan mereka berdua dengan ibu masing-masing.
Didengar dari igauan Lisa, sepertinya gadis itu sangat dekat dengan ibunya. Berbeda dengan Rayhan yang sama sekali tidak merindukan ibunya. Pemuda itu terlalu benci untuk merasakan rindu.
Perlahan Rayhan menyingkirkan rambut yang menutupi kening Lisa. Tanpa sengaja ia menyentuh kening gadis itu. Ia tercekat, tubuh Lisa panas sekali.
Rayhan menempelkan telapak tangannya di kening Lisa serta pipinya. Pemuda itu juga menyentuh lengan Lisa. Ia menelan ludah, gadis di sampingnya demam tinggi.
"Dia demam. Apa yang harus kulakukan?" gumam Rayhan. Ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang panik.
Lisa terus saja mengigau menyebut nama ibunya. Rayhan tidak bisa membiarkan gadis itu jatuh sakit. Semua orang di rumah pasti akan menudingnya jika nanti mereka pulang.
"Tunggu sebentar, aku akan mengambil handuk dan air dingin untuk mengompres tubuhmu."
Rayhan sedikit berlari ke sana kemari untuk mencari sehelai handuk dan air dingin. Pertolongan pertama memang memberikan kompres secara teratur. Rayhan mengutuk dalam hati. Kenapa ia menjadi pria super peduli seperti ini? Biasanya ia tidak akan tersentuh dengan apa pun atau siapa pun. Rayhan bisa saja meninggalkan Lisa sendirian di villa ini dan kembali pulang serta mengurus perusahaannya. Apalagi gadis itu melukai kepalanya yang kini sudah dibebat perban putih.
Namun, entah kenapa Rayhan tidak melakukannya. Ia tidak ingin meninggalkan Lisa. Rencananya untuk menyakiti dan menodai gadis itu telah berjalan lancar, tetapi akibat dari perbuatannya sekarang telah membuatnya berbalik 180 derajat.
Akhirnya, Rayhan mendapatkan air dingin dan sehelai handuk. Ia bergegas ke kamar dan duduk di samping Lisa. Pria itu meluruskan posisi tubuh gadis itu dan menyelimutinya sampai bahu. Rayhan memeras handuk yang telah direndamnya di air dingin, kemudian meletakkannya di kening Lisa.
"Ibu ...."
Rayhan menatap gerak bibir Lisa. Gadis itu masih saja mengigau tidak jelas.
"Kau benar-benar merepotkan," gumam Rayhan, "Andai saja kau bukan adik wanita jahat itu, aku tidak akan menyakitimu seperti ini. Maaf jika aku memanfaatkanmu. Akan tetapi, aku tidak akan membiarkan kakakmu mengambil harta serta perhatian ayahku."
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
reecka
kasian lisaa
2022-12-22
0
Sifana Cahaya Exstrada
bagus banget ceritanya thour
2022-04-11
1
Mariya Gustina
Hadeuh,, rayhan masih aja keukeuh sama pendiriannya, jatuh cinta baru tau rasa kamu ray
2022-01-21
1