Kau milikku!

Lisa baru menghabiskan pasta kejunya sebanyak dua sendok, padahal Yitian sudah hampir menghabiskan seluruh isi piringnya. Yitian menatap Lisa penuh tanda tanya. Sebagian dirinya merasa kurang nyaman sebab gadis itu sepertinya sangat tidak berminat pergi bersamanya.

Yitian berdeham keras, membuat perhatian Lisa teralih kepadanya. Gadis itu tersenyum kecil.

"Pastanya tidak enak, ya?"

Menyadari ekspresi kurang nyaman di wajah Yitian membuat Lisa tersadar.

"Oh, ini. Enak, kok. Hanya saja aku ... aku kurang menyukai makanan Italia," jawab Lisa setengah jujur. Yitian mengangguk paham.

"Kalau begitu, lain kali aku akan mengajakmu makan ke tempat yang kau sukai," tandas Yitian seraya tersenyum manis dan baik, tetapi ... ia tidak merasakan getaran aneh di dadanya.

"Tidak perlu, Yitian. Lain kali kau harus mengajak Mira dan Pira juga," tolak Lisa.

"Baiklah, terserah padamu saja. Bagiku, asalkan kau bersedia ikut denganku, aku sudah senang sekali."

Lisa cukup paham dengan gelagat yang ditunjukkan Yitian padanya. Pria itu sangat perhatian, membelikan makanan, atau menemaninya bekerja. Terkadang ia merasa tidak enak hati kepada dua rekan yang lain, tetapi sepertinya Yitian tidak bisa dilarang. Lagi pula, pria itu adalah bos mereka.

"Lisa, boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Yitian setelah meneguk minumannya. Lisa mengangguk singkat.

"Hm, sebenarnya ini bukan urusanku. Namun, aku ingin memberitahumu saja. Malam saat Rayhan menjemputmu dan esok harinya kau tidak masuk karena kau bilang kau sakit, sebenarnya aku sangat khawatir," jelas Yitian.

Lisa ingat, ia beralasan kepada Yitian kalau dirinya terkena demam selama dua hari. Oleh sebab itu tidak masuk kerja dan meminta maaf karena tidak memberikan kabar. Untung saja Yitian dan kedua rekannya percaya. Lalu sekarang, ia tidak tahu apa yang dikhawatirkan Yitian. Mungkin pria itu tahu tentang dua hari yang seperti neraka bagi Lisa tersebut.

"Apa yang membuatmu khawatir, Yitian?" tanya Lisa hati-hati.

"Kau," jawab pria itu lembut. Lisa menatapnya sendu. "Aku mengkhawatirkanmu Lisa. Aku rasa kau belum mengenal Rayhan lebih dekat. Dia adalah pemain wanita. Hatinya tidak pernah tulus pada wanita mana pun. Bukannya aku takut jika kalian dekat, sebab aku tahu kalian sekarang menjadi keluarga. Namun, aku hanya cemas jika dia memperlakukanmu seperti dia memperlakukan wanita-wanita yang disakitinya."

Lisa menurunkan pandangan ke piring yang masih terisi penuh pasta. Ia tidak ingin Yitian tahu kalau tebakannya benar. Apa yang dikhawatirkan pria itu telah terjadi padanya. Lisa tidak ingin menceritakan ini kepada siapa pun, termasuk Yitian. Ia bukanlah tipe yang suka membebankan orang lain dengan penderitaannya.

Kemudian, Lisa mengangkat kembali kepalanya dan tersenyum manis kepada Yitian. “Rayhan tidak akan menyakitiku, Yitian. Aku adalah adik ibu tirinya. Mustahil jika dia melakukan itu. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku."

Yitian menyengir lega. Tampak jelas jika pria itu sangat tenang mendengar perkataan Lisa.

"Kalau seperti itu, syukurlah."

Tidak jauh dari meja Yitian dan Lisa, ada dua pasang mata yang mengawasi mereka. Carissa dan Rizal. Mereka sama sekali tidak membuntuti Lisa, tetapi saat mereka sedang mengantre di depan kasir untuk memesan kopi untuk dibawa pulang, Carissa tidak sengaja melihat Lisa. Wanita segera memberitahu Rizal lalu keduanya mengawasi Lisa dan Yitian sejenak.

"Siapa pria yang bersama Lisa itu? Apa itu kekasihnya?" gumam Carissa sedikit tidak senang.

Rizal menyipitkan mata. "Aku juga tidak tahu."

Carissa menarik tangan Rizal. "Baby, ayo ke sana."

"Hei, untuk apa? Jangan mengganggu mereka, Sayang."

Carissa menatap Rizal dan berdecak. "Aku ingin tahu apa hubungan mereka. Lisa tidak boleh bersama pria lain selain Rayhan Andira bodoh itu."

Rizal tergelak. "Baby, kenapa kau seolah fanatik dengan pasangan Lisa dan Rayhan? Lagi pula, Lisa tidak begitu mengenal kita. Kita baru bertemu sekali saat pesta pernikahan."

"Aku lihat Lisa adalah orang yang sangat baik. Aku yakin dia masih mengingat kita, cepat!" desak Carissa. Rizal menyerah, pria itu pasrah saat Carissa menariknya menuju meja Lisa.

Carissa belum pernah melihat pria yang bersama Lisa. Namun, dari cara bicara dan gestur tubuhnya, sepertinya dia menyukai Lisa. Carissa menyeringai, ia tidak akan membiarkannya. Bukannya membela Rayhan, tetapi mungkin pendapat Rizal ada benarnya. Ia mulai fanatik dengan Rayhan dan Lisa agar menjadi pasangan.

"Hai, Lisa," sapa Carissa saat dirinya dan Rizal berdiri di dekat meja Lisa. Otomatis kedua orang itu mendongak. Yitian mengernyit, merasa tidak mengenal dua orang yang menginterupsi obrolannya bersama Lisa.

Lain dengan Lisa, ia langsung mengenali Carissa dan Rizal. Mereka memang baru sekali bertemu di resepsi pernikahan Rana dan Aksa, itu pun hanya sekilas. Namun, gadis itu hafal wajah Carissa, sebab malam itu ia sempat mengagumi kecantikan sahabat Rayhan ini.

"Em, Nona Carissa?" tebak Lisa ragu. Carissa mengangguk semangat. Lisa tersenyum ramah kemudian berdiri. "Hai, Nona Carissa. Ehm, Tuan Rizal?"

"Panggil saja aku Rizal," tukas Rizal.

Lisa mengangguk.

"Senang sekali bertemu lagi denganmu, Lisa," ujar Carissa.

"Aku juga, Nona Carissa."

"Panggil aku, Carissa," ralat Carissa. Kemudian, wanita itu melirik Yitian dan mengangguk formal padanya. Melihat itu, Lisa baru menyadari kalau Yitian sebenarnya ingin diperkenalkan.

"Oh, maaf. Carissa, perkenalkan ini Bos di tempatku bekerja. Hu Yitian."

Rizal dan Carissa saling pandang sekilas, lalu tersenyum ramah pada Yitian. Pria tampan itu mengulurkan tangannya kepada kedua sahabat Rayhan itu.

"Hai, aku Yitian. Senang bertemu kalian."

"Kami juga," balas Rizal yang menyambut uluran tangan Yitian. Rizal tidak membiarkan Yitian menyentuh tangan kekasihnya dan Yitian mengerti itu. Jadi, pria itu kembali menarik uluran tangannya.

"Apa kalian ingin bergabung dengan kami?" tawar Lisa, lalu Yitian memberi tatapan seolah mengatakan ‘yang benar saja’.

"Tidak, Lisa. Kami hanya ingin menyapa. Sebenarnya aku ingin mengobrol lebih banyak sebab Rayhan tidak berhenti membicarakanmu. Sebagai sahabat tentu saja aku penasaran. Benar kan, Baby?"

"Benar sekali."

Wajah Lisa langsung berubah drastis ketika mendengar nama Rayhan. Kira-kira apa yang telah dibicarakan Rayhan pada Carissa dan Rizal? Namun, jika melihat dari cara Carissa menyampaikan, sepertinya Rayhan tidak membicarakan hal buruk.

"Lisa, boleh aku meminta nomor ponselmu? Kita bisa menjadi teman, bukan?"

Lisa tertawa canggung. "Te-tentu saja, Carissa."

Sementara itu, Yitian mengawasi mereka dengan sangat tidak senang hati.

***

Lisa terus memikirkan perkataan Carissa sampai ia pulang dari toko bunga. Gadis itu juga menolak tawaran Yitian untuk mengantarnya ke rumah. Ia ingin memikirkan masalahnya sendirian sambil berjalan pulang. Dengan begitu, ia bisa menenangkan pikirannya.

Tanpa sepengetahuan Lisa, ternyata orang yang dipikirkannya telah menunggu dengan tidak sabar di dekat gerbang rumah. Rayhan, ia bersembunyi di deretan pohon palem agar tidak terlihat oleh penjaga rumah. Pria itu tersenyum sinis ketika melihat gadis itu berjalan sambil melamun. Ia bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan Lisa, apakah tentang dirinya?

Rayhan mengutuk diri sendiri. Bodoh! Kenapa aku berharap dia memikirkanku?

Sampai waktunya tiba, Rayhan akhirnya melompat keluar, tepat di hadapan Lisa.

Gadis itu terkejut bukan main dan bersiap akan berteriak jika Rayhan tidak cepat-cepat membekap mulutnya. Pria itu menyeret tubuh Lisa kembali ke persembunyiannya. Ia menekan tubuh kurusnya ke dinding di balik pohon palem. Lisa melotot padanya.

"Selamat malam, Nona Lisa. Coba saja kalau kau berteriak, aku akan menciummu sampai kehabisan napas!" ancam Rayhan sebelum melepaskan tangannya dari mulut Lisa.

Lisa menatapnya dengan mata yang telah perih menahan air mata. Seketika ia meragukan ucapan Carissa kalau memang benar Rayhan menceritakan hal baik tentangnya. Atau siapa tahu Carissa hanya mengada-ngada, sebab pria seperti Rayhan tidak akan berubah menjadi baik. Ia benar-benar iblis.

Rayhan menarik kembali tangannya dan bisa melihat bibir Lisa bergetar. Pria itu terpaku. Ia ingat rasa bibir itu, sangat lembut dan manis.

"Apa maumu kali ini?!" desis Lisa, mengembalikan kesadaran Rayhan. Pria itu beralih menatap matanya.

"Ke mana saja kau dengan pria Tiongkok itu siang tadi?" tanya Rayhan protektif.

"Pria Tiongkok yang kau maksud mempunyai nama!" sindir Lisa sinis.

"Aku tidak peduli dengan namanya. Jawab pertanyaanku!"

Lisa terdiam sejenak. Haruskah ia menggunakan Yitian untuk membalaskan sakit hatinya kepada Rayhan? Namun, tentu saja tidak adil untuk atasannya itu.

"Jawab." Rayhan mati-matian menahan suaranya agar tidak membentak Lisa.

"Aku hanya makan siang bersamanya, Rayhan. Lepaskan aku! Kau menyakitiku!" Lisa berusaha memberontak. Rayhan tidak sadar kalau ia mencengkeram bahu Lisa terlalu keras, kemudian pria itu melonggarkan cengkeramannya dan menolak untuk melepaskannya.

"Apa kau lupa kalau aku sudah melarangmu bepergian dengan pria lain?" tanya Rayhan tepat di depan wajah Lisa.

"Aku tidak ingat telah menyetujuinya," bantah Lisa. Ia tidak takut lagi dengan ancaman Rayhan. Gadis itu hanya takut pembicaraan ini ketahuan oleh orang-orang di rumah.

"Jangan bermain api denganku, Lisa. Kau ... adalah milikku. Aku adalah pria pertama yang menidurimu. Kau tinggal di rumahku. Jadi kesimpulannya, kau tidak boleh membantah kata-kataku."

Lisa mendengkus. Ia berusaha melepas cengkeraman Rayhan, tetapi sia-sia. Tenaga pria itu dua kali lebih besar saat marah. Rayhan teringat sesuatu, Lisa terus saja membantah ucapannya dan kini ia ingin tahu apa gadis itu memakai kalung pemberiannya.

Dengan kasar tangan Rayhan beralih ke arah kemeja Lisa dan menanggalkan kancing paling atas tanpa bisa dicegah oleh gadis itu. Lisa memukul dada Rayhan, tetapi tidak mempengaruhi senyum penuh kemenangan pria tersebut. Pria itu tidak menyangka kalau Lisa benar-benar memakai kalung pemberiannya. Lantas, mengapa gadis itu masih membantahnya?

"Dasar munafik. Kau terus membantahku, tapi kau sebenarnya perhatian padaku. Buktinya kau memakai kalung pemberianku."

Lisa ingin sekali meludahi wajah Rayhan sekarang.

"Aku jijik padamu, kau tahu? Aku tidak akan membiarkan diriku kau sentuh lagi. Oleh karena itu aku menuruti perintahmu untuk memakainya."

Rahang Rayhan berdenyut hebat. Ia menangkup wajah Lisa dengan posesif, membuat gadis itu terkukung dalam dekapannya. Pria itu mendekatkan wajah mereka. Seuntai senyum keji hadir di wajah tampannya.

"Kau tidak memberiku pilihan untuk tidak menyakitimu. Semakin kau membentakku, semakin aku menginginkanmu. Bagaimana kalau kita bermain lagi malam ini?"

Lisa tercekat. Ia tidak ingin malam itu terjadi lagi. Gadis itu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya, memberontak dari dekapan Rayhan. Pria itu tidak bisa mencium wajahnya sebab Lisa terus menggeleng, lalu akhirnya Rayhan menyesap lehernya dan meninggalkan tanda merah di sana. Lisa terus mendorong tubuh kekar Rayhan, tetapi percuma.

Sampai sebuah suara membuat jantung Lisa berhenti berdetak.

"Siapa di sana?"

Rana. Rayhan dengan enggan melepaskan pelukannya dan membiarkan Lisa merapikan rambutnya sendiri.

Lisa mengatur detak jantungnya yang benar-benar tidak normal saat ini. Ia mendorong tubuh Rayhan ke samping dan melompat keluar dari persembunyian mereka. Setelah itu, Rayhan menyusulnya dari belakang.

Rana terkesiap dengan apa yang dilihatnya. Rayhan dan Lisa bersembunyi di balik pohon palem pada malam hari? Seharusnya mereka masuk untuk makan malam sebab dirinya dan Aksa telah menunggu.

Rayhan tersenyum bangga pada Rana, sementara Lisa tidak sanggup menatap mata sang kakak. Ia berdiri di depan Rayhan.

"Apa yang kalian lakukan di sana? Lisa, apa yang Rayhan lakukan terhadapmu?" selidik Rana tajam. Sebenarnya Rana ingin menanyakan perihal foto yang ditunjukkan Rayhan saat di taman, tetapi ia ingin menunggu waktu yang tepat.

"Ka-kami … tidak me-melakukan apa-apa, Kak."

Rayhan tertawa kecil sambil melipat tangannya di dada. Ia ingin melihat kedua bersaudara ini bertengkar di hadapannya, dan tentu saja memperebutkan dirinya.

"Apa kau tidak berbohong?" tekan Rana. Lisa mengangguk kecil. Rana tidak pernah memarahi Lisa. Lisa adalah adik yang penurut dan tidak pernah berbohong padanya. Namun, Rayhan telah mempermainkan perasaannya terhadap adik kandungnya sendiri.

Karena Rayhan, ia mulai berpikir kalau adiknya senang berbohong, dan karena Rayhan, Rana mulai merasakan cemburu yang sebenarnya tidak pantas untuk ia rasakan. Akan tetapi begitulah perasaan, Rana tidak bisa mengingkari hatinya kalau dirinya sangat cemburu melihat foto Rayhan dan Lisa bercumbu.

"Kalau begitu, masuklah. Kalian telah ditunggu untuk makan malam."

Lisa langsung beranjak dari sana tanpa menoleh lagi pada Rayhan, sedangkan Rana masih berhadapan dengan Rayhan, pria yang dicintainya sekaligus dibencinya. Ia bahkan tidak tahu perasaan mana yang benar-benar untuk Rayhan.

"Rayhan, sebenarnya apa hubungan kalian?" tanya Rana.

Rayhan berjalan mendekatinya. "Aku kira kau telah menanyakan pada adikmu."

Rana menelan ludah dengan susah payah. Ia memejamkan mata ketika Rayhan berjalan melewatinya, mengikuti Lisa ke dalam rumah.

BERSAMBUNG ....

Terpopuler

Comments

Destiny

Destiny

ceritanya mirip banget drama Thailand sawan biang

2022-12-18

1

re

re

Kepergok rana

2022-04-03

0

Nur Rachmawati

Nur Rachmawati

Next Thor ,,,semakin pensaran
selain balas dendam
maunya apa Rayhan ini....wk wk wk
sehat n semangaddd Thor
tengkyuu..😍😍😍

2022-01-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!