Rayhan mengepalkan kedua tangan dengan kuat. Wajahnya merah padam dan urat-urat di wajahnya timbul karena amarahnya yang begitu besar. Laki-laki itu duduk di taman belakang rumah, menghabiskan waktu berjam-jam duduk di ayunan untuk menenangkan diri.
Pagi tadi, setelah mendapatkan kabar buruk di ruang kerja ayahnya, Rayhan langsung keluar dan membanting pintu. Ia tidak peduli Aksa akan tersinggung, sebab dirinya jauh lebih sakit hati. Bayangkan saja, wanita yang pernah dengan gamblang mengatakan kalau dia mencintai Rayhan, kini akan segera menikah dengan ayahnya. Rayhan syok bercampur geram. Ia tidak mengerti sama sekali apa tujuan wanita itu.
Jika Rana tergila-gila padanya, lalu apa tujuannya menikah dengan ayahnya? Rayhan memang tidak pernah mau tahu urusan asmara Aksa, tetapi tidak pernah terlintas di benaknya bahwa sang ayah akan menikahi wanita yang selama satu tahun ini menjadi sekretarisnya.
Rayhan tidak peduli jika Aksa mempunyai banyak wanita simpanan, tetapi ia sangat tidak setuju jika ayahnya menikah lagi. Harta kekayaan Aksa pasti akan terbagi kepada wanita itu. Rahang Rayhan mengeras membayangkan kalau sebenarnya Rana tidak mencintai ayahnya. Ia sangat yakin dengan hal itu.
Terdengar suara klakson mobil milik ayahnya. Rayhan pun mendongak dan melihat ke halaman. Mobil Aksa telah pergi dari rumah. Laki-laki itu menyeringai, ia bisa melihat dengan jelas kalau Rana kembali masuk ke rumah dengan senyum semringah di wajahnya. Mulai hari ini, wanita itu memang tinggal di rumah Aksano Andira.
"Aku akan membuat perhitungan dengannya," geram Rayhan, lalu masuk ke dalam rumahnya.
Langkahnya yang panjang dengan mudah mengejar Rana. Wanita itu hendak menaiki tangga menuju kamar yang telah disediakan oleh ayahnya. Namun, ia kalah cepat, Rayhan merenggut tangannya dengan kasar untuk turun kembali.
"Rayhan ...."
"Jangan sekali-sekali kau lancang menyebut namaku!" sembur Rayhan. Ia mencengkeram kedua pundak Rana dengan keras, sehingga membuat wanita tersebut meringis.
"Rayhan, kita bisa membicarakannya baik-baik."
"Kau ... iblis betina! Apa tujuanmu sebenarnya, hah?! Apa kau hanya menginginkan harta ayahku saja?! Kalau begitu, aku akan memberikan berapa pun yang kau inginkan asalkan kau pergi jauh-jauh dari kehidupan kami!" hardik Rayhan murka.
Mata Rana berkaca-kaca dalam pandangan Rayhan. "Apa kau belum juga paham dengan apa maksudku, Rayhan? Aku mencintaimu dan inilah jalan satu-satunya untukku agar bisa selalu ada di dekatmu."
Dada Rayhan bergemuruh. Cengkeraman tangannya semakin kuat dan Rana yakin kalau sekarang pundaknya kebas.
"Apa?"
"Aku selalu mencintaimu, Rayhan. Jika aku tidak bisa menjadi kekasihmu, hanya dengan cara ini aku bisa berdekatan denganmu. Menjadi istri dari ayahmu. Juga, ayahmu telah jatuh cinta padaku. Bukankah itu adil?"
Rayhan menggeram. Jika Rana laki-laki, ia sudah mematahkan lehernya dari tadi. Rayhan tidak pernah semarah ini. Wanita di hadapannya sengaja memanfaatkan ayahnya hanya untuk berdekatan dengannya. Rana memang wanita freak. Rayhan mendorong kasar tubuh Rana, hingga wanita itu terjerembab ke belakang. Laki-laki itu tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia ingin menunggu waktu yang tepat untuk membuka kedok Rana di depan ayahnya.
"Aku akan membuatmu keluar dari rumah ini!" Rayhan menghardik lagi, lalu melangkah pergi dengan amarah yang berkobar, sementara Rana menangis di lantai tempatnya jatuh.
"Maafkan aku, Rayhan. Aku benar-benar mencintaimu. Hanya dengan cara ini aku bisa melihatmu sepanjang waktu, dan tidak mungkin aku katakan padamu kalau aku ingin kehidupan yang lebih sejahtera. Aku lelah hidup melarat."
***
Lisa telah sampai di rumah Aksano Andira. Ia langsung disambut pelukan hangat oleh kakaknya, Rana. Gadis itu sedikit terkejut ketika melihat ternyata calon suami Rana adalah seorang pria tua yang seusia dengan ayah mereka jika beliau masih hidup. Namun, Lisa lebih suka menyimpan pendapatnya. Ia tidak ingin mencampuri urusan Rana, terlebih lagi bagi Aksano Andira ternyata adalah atasan Rana selama satu tahun ini.
Aksa memberinya kamar di lantai atas, tepat di sebelah kamar Rayhan. Lisa membungkuk tanda hormat dan mengucapkan terima kasih, lalu setelah itu Aksano meninggalkannya berdua saja dengan Rana. Lisa memandangi kamar barunya dengan tatapan kagum. Ukuran kamar itu lima kali lebih besar dari kamarnya di desa.
Rana menatap adiknya dengan mata berbinar-binar. Inilah tujuan hidupnya, yaitu membuat hidup mereka sejahtera. Selain itu Rana juga bisa menjalankan tujuan utamanya, yakni di dekat Rayhan. Sekali mengayuh dan tiga pula terlampaui.
"Apa kau senang?" Pertanyaan Rana membuat Lisa tersenyum simpul. Senyuman yang sangat manis dan cantik menurut kakaknya.
"Aku senang sekali, Kak. Aku juga ikut senang untukmu. Selamat Kak, akhirnya Kakak menemukan pria yang baik sebagai calon suami. Aku berharap kalian selalu bahagia," ungkap Lisa tulus.
Rana memeluk Lisa, lalu mengusap-usap rambut hitam tebal itu. "Terima kasih, Lisa. Aku ingin kau ikut merasakan kebahagiaan ini."
Lisa tersenyum haru, kemudian mengangguk. Ia merasa beruntung mempunyai kakak seperti Rana.
***
"Ayolah, Sayang. Aku sangat merindukanmu," rengek seorang wanita muda di dalam pelukan Rayhan. Namun, laki-laki itu tidak tidak mendengarkan apalagi menatap wajahnya. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri, sambil terus meneguk bir yang ada di tangannya.
Carissa dan Rizal saling pandang. Tidak biasanya Rayhan mengabaikan gadis cantik yang merengek minta dimanja olehnya. Setidaknya, setiap wanita memang minta ditiduri Rayhan. Namun, laki-laki itu sangat berbeda malam ini. Wanita cantik yang selama empat hari menjadi teman dekatnya. Mauryn terus saja meraba-raba dada Rayhan, berharap laki-laki itu akan tergoda.
"Ya! Singkirkan tanganmu dariku! Aku sedang tidak mood!" bentak Rayhan murka.
Carissa menggigit bibir bawahnya ketika melihat Mauryn gemetar ketakutan.
"Ta-tapi … a-aku, ‘kan kekasihmu, Sayang. Kenapa kau membentakku?" rengek Mauryn lagi.
Rizal menepuk keningnya, ia tahu apa yang akan selanjutnya terjadi.
"Kalau begitu, mulai saat ini kau bukan kekasihku lagi! Aku sama sekali tidak menyukaimu! Aku minta kau pergi sekarang juga!" raung Rayhan.
Carissa dan Rizal yang sejak tadi duduk di hadapan mereka, serentak seraya menggeleng. Satu lagi korban Rayhan malam ini. Adegan selanjutnya adalah wanita itu menangis tersedu-sedu dan berlari keluar kelab, sedangkan Rayhan menyeringai puas di tempatnya.
"Kau belum mendapatkan karma saja, Rayhan! Kau pikir menyakiti hati wanita tidak akan mendapatkan balasannya?!" tukas Carissa dingin.
Rayhan mendengkus tanda meremehkan. "Karma hanya berlaku untuk orang lemah!"
Rizal mengusap-usap pundak Carissa, memberi isyarat agar wanita itu tetap diam. Berdebat dengan Rayhan sama saja berdebat dengan orang gila. Hasilnya pasti akan membuat sakit hati.
Rayhan telah menghabiskan dua botol bir. Laki-laki itu sudah cukup mabuk untuk pulang ke rumah.
Rumah? Rayhan jijik mendengarnya. Ia bahkan membenci rumahnya sendiri saat ini. Rumah yang dihuni oleh wanita yang kini paling dibencinya. Rayhan tetap tidak rela kalau wanita itu menjadi ibu tirinya. Bagaimanapun caranya, Rayhan akan membalas permainan licik Rana.
"Rayhan, mungkin selama ini Rana hanya membual. Tidak mungkin jika dia mencintaimu, tetapi menikahi ayahmu," komentar Rizal.
Rayhan tersedak minumannya, lalu tertawa seperti orang konyol. "Tidak! Dia tidak membual. Wanita sialan itu memanfaatkan ayahku untuk mendekatiku. Dia wanita psycho, Zal!"
Carissa menatap Rayhan prihatin. "Hei, kau mulai meracau tak jelas."
"Biarkan saja. Dia, ‘kan sedang mabuk," bisik Rizal pada Carissa. "Baby, lebih baik kita antarkan Rayhan pulang. Dia tidak bisa menyetir dalam keadaan seperti ini."
***
Lisa mengerjap-ngerjapkan mata, lalu sesekali menukar posisi tidurnya. Huft, ia mendesah lagi, entah sudah yang ke berapa kali. Mungkin karena tidur di kamar baru, jadi belum terbiasa.
Lisa melirik jam dinding di kamar itu dan baru menunjukkan pukul 02.00 pagi. Gadis itu pun duduk dari tidurnya dan memandang sekeliling. Tadi, ia telah menghabiskan waktu dua jam untuk menyusun pakaian serta barang-barangnya dan tetap saja belum mengantuk.
Lisa turun dari ranjang dan memakai sandal. Ia pikir jurus pamungkasnya saat ini adalah susu hangat. Gadis itu tahu kalau pada semua orang di rumah telah tertidur. Jadi, ia harus berjalan mengendap-endap agar tidak menimbulkan kebisingan.
Akhirnya, gadis itu pun keluar kamar, kemudian menutup pintu kamar dengan sangat perlahan. Meskipun kamar Aksano dan kamar Rana berada di lantai tiga, Lisa takut penghuni kamar di sebelahnya akan terganggu. Tadi saat makan malam, calon kakak iparnya sempat mengatakan kalau dia mempunyai seorang putra bernama Rayhan Andira. Lisa juga telah melihat foto Rayhan yang terpampang besar di lantai bawah.
Menurutnya, Rayhan benar-benar seperti seorang pangeran dan yang pasti, pangeran itu tidak akan menyukai gadis desa sepertinya.
Lisa sengaja tidak menyalakan lampu di lantai bawah. Dengan penerangan seadanya dari lampu teras, ia bisa menemukan jalannya menuju dapur. Gadis itu berjalan dengan hati-hati agar tidak menyenggol guci-guci antik milik Aksano. Rumah yang begitu besar membuatnya tidak sabar untuk cepat-cepat sampai ke dapur.
"Mudah-mudahan aku bisa tidur nyenyak setelah ini," gumam Lisa untuk diri sendiri.
Ia menyeduh susu bubuk di konter dapur dengan penerangan redup dari cahaya kulkas yang sengaja ia biarkan terbuka. Sekali lagi, Lisa tidak ingin membuat dirinya terlihat di tengah malam begini.
Gadis itu mengaduk susu putih hangat sambil bergumam merdu. Ia akan meminum susu ini dalam sepuluh menit, kemudian akan kembali ke kamar.
Tepat ketika Lisa ingin meniup susunya, ia mendengar derap langkah dan embusan napas kasar di belakangnya. Kontan saja gadis itu membalikkan badannya dengan cepat.
Gadis itu terkesiap, seolah-olah jatuh dari gedung paling atas. Tubuhnya limbung ke belakang dan begitu sepasang tangan mendorongnya agar bersandar di kulkas, ruangan dapur semakin gelap. Hanya ada lampu di lemari persediaan makanan yang menerangi dapur tersebut.
Lisa hendak berteriak, tetapi mulutnya langsung tertutup oleh telapak tangan yang lebar. Matanya melebar sempurna tatkala beradu pandang dengan sepasang mata tajam seperti elang, tepat di depan wajahnya. Lisa mengernyit, ketika mencium bau alkohol dari embusan napas laki-laki itu.
Rayhan menempelkan tubuhnya pada Lisa, sehingga gadis itu tidak dapat berkutik. Laki-laki itu menatap Lisa lekat-lekat. Meskipun ia dalam keadaan mabuk, tetapi Rayhan tahu kalau gadis ini orang asing di rumahnya.
Selama tiga puluh detik mereka hanya saling melempar pandangan heran dan ketakutan, setelah itu Rayhan menyeringai.
Saat itu, Lisa pun sadar kalau laki-laki yang kini tengah menekannya ke pintu kulkas adalah Rayhan Andira. Ia ingat seringaian laki-laki itu di dalam foto, tetapi kini Rayhan dalam keadaan mabuk. Lisa mencemaskan dirinya kalau ini adalah keadaan yang mungkin akan berbahaya.
"Kau siapa? Apa kau pencuri?" tanya Rayhan.
Lisa berdengung-dengung dalam dekapan tangan Rayhan. Merasa kalau laki-laki itu tidak akan melepaskan tangannya dalam waktu dekat, akhirnya Lisa hanya menggeleng.
"Jika kau bukan pencuri, apa yang kau lakukan di dapurku? Apa kau ... hantu?" Rayhan terkekeh.
Jika dalam keadaan normal, Lisa akan menganggap seringaian lebar Rayhan adalah yang paling menawan yang pernah dilihatnya seumur hidup.
Perlahan tangan Rayhan lepas dari mulut Lisa. Gadis itu menghirup udara dan berusaha mengabaikan bau alkohol dari mulut Rayhan.
Laki-laki itu menelengkan kepalanya, menatap wajah cantik gadis ini. Ia tidak bisa berpikir jernih saat ini, tetapi masih bisa memuji kecantikan gadis di hadapannya dalam hati.
"Ma-maafkan aku, Rayhan. Aku telah lancang memasuki dapurmu. A-aku hanya ingin membuat segelas susu," jawab Lisa takut.
Rayhan mendengkus. Sebelah tangannya mengelus sisi wajah Lisa dan mengagumi kelembutan wajah itu. "Aku tahu, kau pasti sulit tidur. Apa kau ... memerlukan bantuan untuk tidur nyenyak?" bisik Rayhan dengan suara parau.
Lisa menelan air liurnya kasar. "A-apa?"
Seringaian Rayhan semakin menjadi. Kini tangannya menangkup wajah Lisa dan memegangnya erat. Jantung Lisa berdegup liar. Ia belum pernah disentuh laki-laki mana pun seintim ini. Seumur hidupnya, ia tidak pernah mempunyai kekasih. Hanya yang sering terjadi padanya adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Rayhan menarik wajah Lisa dengan kelembutan teramat sangat, kemudian mendekatkan bibir mereka. Lisa mematung seperti terkena sihir atau hipnotis dan semacamnya. Ia terpaku pada bibir Rayhan yang merekah dan mulai bersentuhan dengan bibirnya sendiri.
Shhh ... Lisa merasa ada ribuan sengatan yang menyiksa tubuhnya saat bibir mereka bertemu. Ini adalah ciuman pertamanya dengan pria asing dan mabuk. Bodohnya, ia hanya diam saja seperti sebuah patung pajangan.
Rayhan mencium Lisa seperti ia mencium wanita-wanitanya, rakus dan kasar. Lisa menahan tubuh Rayhan dengan kedua tangan kurusnya, tetapi tidak kuasa melawan. Laki-laki itu menciumnya tanpa rasa hormat, penuh serta mendesak. Lisa kesulitan bernapas dan menolak membuka mulutnya. Pada awalnya Lisa merasa tersihir, tetapi sekarang ia merasa dilecehkan oleh laki-laki itu.
Lisa menginjak kaki Rayhan sekuat tenaga, dan pada saat itulah mulutnya terbebas. Gadis itu menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ia merasa nyeri di bibirnya akibat ciuman paksa Rayhan. Lisa menutup mulutnya, menahan tangisan yang mungkin saja akan meledak sebentar lagi.
Rayhan menyenderkan tubuhnya di konter dapur, lalu tersenyum puas seperti seorang bajingan. Lisa pun segera meninggalkan dapur.
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Nia
kalau Rana nikah sama bapanya Rayhan nnti kalau Lisa nikah sama Rayhan nanti panggilanya bagi mana yah
2022-01-28
0
Nur Rachmawati
waduhhhh Rayhannn...
2022-01-19
1