Pagi ini, di saat kebanyakan orang masih nyenyak dalam tidurnya, Lisa sudah bersiap-siap untuk keluar rumah. Ia menyapa semua penghuni rumah, kecuali Rayhan tentunya, kemudian siap berjalan kaki keluar komplek. Lastri telah memberinya denah sederhana menuju toko bunga yang perempuan itu maksud tadi malam.
Lisa menolak diantarkan oleh sopir pribadi Aksa. Ia beralasan sudah terbiasa berjalan kaki. Lagi pula, berjalan kaki di pagi hari sangat baik untuk kesehatan. Gadis itu berharap segera mendapatkan pekerjaan yang cocok baginya, agar ia mempunyai kesibukan di luar rumah.
Rayhan tidak akan membuatnya tenang di dalam rumah itu. Lisa sadar kalau dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, sekalipun Rana nantinya akan menjadi nyonya. Lisa tidak mengerti mengapa kakaknya tidak pernah menceritakan tentang calon suami serta anak tunggalnya. Jika dilihat dari sikap Rayhan, sepertinya laki-laki itu juga membenci Rana. Lalu, kenapa Rana mau bertahan di rumah itu? Ah, mungkin karena ia sangat mencintai Aksa, seperti itulah yang ada di pikiran Lisa.
Lisa termenung sambil terus melangkah di tepi jalan tersebut. Jika nanti kakaknya telah menikah, mungkin saja dirinya nanti akan sedikit terabaikan. Gadis itu mengembuskan napas berat. Meskipun begitu, ia yakin kakaknya akan tetap mencintai dan melindunginya.
Lisa menendang kerikil yang menghalangi jalannya. "Mungkin aku harus kembali ke Boyolali saja jika tidak mendapatkan pekerjaan di sini. Huft, hidup memang keras sekali."
Ternyata toko bunga yang dimaksud Lastri terletak tidak jauh dari gerbang komplek. Lisa tersenyum tatkala melihat seorang gadis yang lebih muda darinya keluar dari toko itu dan menggantungkan papan kecil yang bertuliskan 'open' di depan pintu.
Dengan langkah penuh semangat, Lisa mendekati toko yang diberi nama 'Yitian Flowers' tersebut.
"Tolong berkati aku, Tuhan," gumam Lisa kemudian mendorong pintu hingga terbuka.
Triiing ....
Terdengar bunyi bel saat pintu toko itu terbuka, menandakan ada pelanggan yang masuk. Lisa tersenyum gugup pada gadis yang tadi menggantungkan papan 'open'. Gadis berambut cokelat terang itu membalas senyuman Lisa dengan cengiran lebar.
"Selamat datang, Nona! Ada yang bisa kubantu?" tegur gadis itu ramah.
Lisa menganggukkan kepala dengan sopan. "Hai, perkenalkan namaku Lisa. Aku bermaksud untuk melamar pekerjaan di sini. Aku dengar, toko ini membutuhkan karyawan."
Mata gadis itu langsung membulat dengan ekspresi senang. Ia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Lisa.
"Hai! Namaku Miranti. Panggil saja aku Mira. Kami memang sedang mencari satu orang lagi karyawan, tapi aku bukan pemilik toko bunga ini. Bagaimana kalau Kakak menunggu dulu sebentar?"
"Baiklah. Mm, bolehkah aku menunggu di sini?" tanya Lisa seraya menunjuk kursi yang disediakan.
"Tentu saja, Kak!"
Lisa duduk di kursi tersebut, kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Toko itu tidak terlalu besar. Selain menjual bunga-bunga hias seperti lily, aster, mawar, anggrek, dan lain-lain, toko ini juga menjual tanaman-tanaman hias yang Lisa tebak harganya pasti mahal. Ia tidak begitu ahli dalam bidang tersebut, tetapi beruntung saat di desa ia senang merawat tanaman bunga kecilnya di depan rumah.
"Sebenarnya masih ada satu karyawan lagi. Dia memang sering terlambat, namanya Pira. Kakak pasti bingung saat melihatnya nanti," ujar Mira sedikit tergelak.
Lisa tertawa. "Memangnya kenapa?" tanyanya kepada gadis yang kini sibuk menyirami bunga.
"Karena aku sendiri masih bingung, apakah Pira itu perempuan atau laki-laki. Ahaha!"
Lisa tertawa. Sekarang ia mengerti maksud Mira. Ia mendapati gadis yang baru dikenalnya itu sangat menyenangkan dan ramah. Lisa memutuskan untuk menghampiri Mira dan bermaksud untuk membantunya menyirami bunga, gadis itu tidak suka duduk berdiam diri seperti seorang tamu penting.
"Bolehkah aku membantumu?"
"Tidak, Kakak duduk saja. Kakak, ‘kan belum sah menjadi karyawan tokoh ini. Jadi, biarkan aku saja yang melakukannya," tolak Mira ramah. Kemudian, ia menyeringai jahil pada Lisa. "Lagi pula, jika Bos melihatnya pasti akan memarahiku. Namun, bos selalu tampan meskipun dia sedang marah. Hihihi!"
Lisa melihat pipi Mira yang bersemu merah. "Wajahmu memerah, Mira."
"Benarkah?" Mira menaruh penyiraman bunganya lalu mengusap kedua pipinya yang merona. "Ah, memalukan sekali."
Lisa hanya menggeleng. Semangatnya semakin kuat untuk bekerja di toko ini. Bukan karena ketampanan bos seperti yang dikatakan Mira, tetapi suasana yang membuatnya nyaman. Semoga saja 'bos tampan' yang dimaksud Mira juga orang yang baik hati.
"Apa yang memalukan?"
Sontak kedua gadis itu terlonjak kaget ketika mendengar suara bel, lalu dilanjutkan oleh suara berat seorang laki-laki.
Lisa mengerjap kagum. Siapa pun laki-laki yang berdiri di hadapannya ini, gadis itu mengakui kalau dia adalah laki-laki paling imut yang pernah dilihatnya.
Untuk beberapa detik, Lisa dan laki-laki itu saling pandang. Sama halnya dengan Lisa, laki-laki bertubuh tinggi tegap itu juga terpana melihat gadis asing di dalam tokonya.
Mira bergeser ke depan, mendekati laki-laki itu. "Uhm, Bos. Selamat pagi."
Lisa menaikkan kedua alisnya pada Mira.
"Selamat pagi, Mira," balas laki-laki tersebut. "Siapa gadis itu?" Kali ini dia berbisik.
"Ehm, dia Lisa Destia. Dia bermaksud ingin melamar pekerjaan di sini."
Kemudian, laki-laki itu tersenyum. "Benarkah?"
Menyadari kondisi mereka yang sedikit canggung, Lisa segera mendekati Mira dan bos tampannya. Gadis itu berharap, penampilannya saat ini cukup sempurna agar laki-laki itu bersedia menerimanya bekerja di sini.
Lisa membungkuk hormat padanya. "Hai, Tuan. Aku Lisa Destia. Aku dengar toko ini membutuhkan karyawan baru. Jadi, aku ingin mengajukan lamaran dan memenuhi persyaratan yang dibutuhkan."
Laki-laki itu, Hao Yitian, seorang pemuda asal Tiongkok sekaligus pemilik toko bunga terkesima saat itu juga. Sebenarnya, ia sudah terkesima saat pertama kali beradu pandang dengan Lisa. Terlebih lagi setelah mendengar suara lembut itu, Yitian merasakan degupan liar di dadanya, membuatnya tersenyum seperti orang konyol di hadapan gadis itu.
Terang saja, reaksi Yitian mengundang keheranan Mira dan tak terkecuali Lisa. Yitian mengulurkan tangannya dan tersenyum penuh percaya diri.
"Panggil saja aku Yitian, agar kita lebih akrab. Tentu saja kau diterima di toko ini, Lisa. Welcome."
***
"Jadi, apa semuanya sudah kau persiapkan?"
“Tentu saja, Tuan. Anda hanya tinggal menikmati tanpa kekurangan apa pun."
Rayhan tersenyum miring. Ada kilatan licik di kedua matanya. Sebentar lagi rencananya akan terealisasi tanpa diketahui siapa pun, termasuk ayahnya. Ia memutuskan sambungan telepon dan kembali menghadap laptopnya.
Sekali lagi Rayhan tersenyum. Laki-laki itu sudah tidak sabar untuk melaksanakan rencana yang telah tersusun rapi di otaknya. Ia yakin dengan cara ini dirinya akan menghancurkan kehidupan orang-orang yang dibencinya. Akan tetapi, Rayhan mengingatkan dirinya sendiri agar menunggu waktu yang benar-benar tepat, yaitu pernikahan ayahnya dengan wanita desa itu.
Hari bahagia ayahnya adalah besok. Di saat semua orang sibuk di rumahnya untuk resepsi pernikahan besok, Rayhan malah menyibukkan diri di kantor. Laki-laki itu bahkan bersedia untuk tidak menghadiri pernikahan sang ayah jika saja ayahnya tidak akan murka.
Terdengar ketukan di pintu ruangan kerjanya. Rayhan berseru, "Masuk!"
Pintu itu terbuka dan muncullah seorang wanita yang merupakan sekretarisnya. Ia membawa beberapa helai gaun serta pakaian wanita lainnya. Rayhan mengisyaratkan pada sekretarisnya untuk menaruh pakaian-pakaian itu di atas sofa.
Rayhan tersenyum puas, membayangkan akan betapa manisnya gadis yang ada di dalam benaknya saat ini mengenakan pakaian seksi yang terletak di atas sofa itu.
"Lisa, sebentar lagi kau akan berada dalam genggamanku."
•••
Rayhan pulang pukul sepuluh malam. Tidak seperti biasanya, kali ini laki-laki itu langsung pulang ke rumahnya. Selain lelah karena pekerjaannya hari ini lebih banyak, besok ia harus bangun pagi untuk menghadiri pernikahan sialan itu.
Rayhan sampai di rumah dalam keadaan setengah mengantuk dan masih saja melihat keramaian di ruang tengah rumahnya. Entah mengapa ayahnya ingin membuat pesta pernikahan di rumah ini, membuatnya terganggu saja. Pun, kenapa ayahnya tidak menyewa hotel saja, lagi pula istri barunya itu pasti ingin sekali menikah dengan cara yang mewah.
Rayhan mendengkus jijik melihat ruang tamu rumahnya disulap seperti sebuah kastel kerajaan yang akan mengadakan pesta dansa. Laki-laki itu menendang apa pun itu—balon, karangan bunga, dll—yang menghalangi jalannya. Sambil terus menerus mengumpat, Rayhan akhirnya sampai di tangga menuju kamarnya. Di ruang tamu rumahnya, setidaknya ada lebih dari lima belas orang yang masih tinggal untuk menyelesaikan dekorasi pesta pernikahan besok.
Di antara para pekerja itu, Rayhan melihat Lisa. Langkahnya otomatis terhenti di tengah tangga pualam rumahnya itu dan mengawasi apa yang dikerjakan oleh Lisa. Gadis itu ikut membantu para pelayan untuk mengantarkan minuman serta makanan ringan untuk semua orang. Sesekali ia ikut membetulkan letak karangan-karangan bunga yang disusun tidak pas.
Rayhan tidak bisa memungkiri hatinya yang memuji keanggunan gadis itu. Kecantikan yang dimiliki Lisa tidak seperti kebanyakan wanita yang pernah bergaul dengannya. Lisa mempunyai aura kebaikan yang terpancar di dalam dirinya. Rayhan buru-buru mengalihkan pandangan. Apa yang telah dipikirkannya? Apa baru saja dirinya memuji gadis desa itu? Cih!
Di tempatnya berdiri, Lisa sadar kalau Rayhan memperhatikannya sebelum kembali naik ke lantai dua. Gadis itu terus mengawasi Rayhan, sampai akhirnya laki-laki itu membanting pintu kamarnya, membuatnya berdecak seraya menggeleng. Akhir-akhir ini ia jarang bertemu dengan Rayhan karena kesibukan laki-laki itu di kantor dan kesibukannya sendiri di toko bunga.
Lisa menghela napas. Semoga setelah pernikahan Aksa dan kakaknya, Rayhan berangsur-angsur menerimanya di dalam keluarga ini.
BERSAMBUNG ****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Qeisha A.F Ladyjane
ditunggu bucin nya
2022-09-12
1
Nur Rachmawati
next thor
biasanya klo benci lama2 jadi bener2 cinta yak...
2022-01-19
3