Pernikahan Aksa dan Rana berjalan lancar. Rana sangat lega karena akhirnya ia bisa mendapatkan apa yang dinginkannya. Selain berada dekat dengan sang pria pujaan, Rana juga mendapatkan kekayaannya Aksano Andira. Aksa tidak terlalu tua untuk menjadi suaminya. Rana pun tidak terlalu memedulikan hal itu. Ia kini menjadi seorang wanita yang merelakan apa saja demi mencapai keinginannya.
Rayhan terpaksa memeluk ayahnya untuk mengucapkan selamat atas pernikahan mereka. Para tamu telah berbaur satu sama lain di ruang tamu rumah yang telah disulap menjadi seperti aula. Di sisi ayahnya, Rayhan dapat melihat Rana berdiri, menunggu pelukan yang akan didapatkannya dari dirinya. Rayhan merasa kebenciannya pada wanita itu semakin menjadi.
"Selamat, Ayah."
"Terima kasih, Rayhan."
"Aku harap Ayah dan ... dan Nyonya baru Andira bahagia."
Aksa tertawa senang dan menepuk-nepuk pundak Rayhan. "Kami pasti akan berbahagia, Anakku. Hahaha!"
Rayhan tidak ikut tertawa. Kini ia beralih memandang ibu barunya. Cih, Rayhan sungguh muak harus hadir di tempat itu.
Rana merentangkan tangannya dan Rayhan terpaksa memeluk wanita itu. Pelukan pertama dengan wanita yang sangat dibencinya. Rana mendekap tubuh Rayhan erat.
"Akhirnya aku akan selalu mengawasimu, Rayhan. Kau pasti tidak tahu betapa bahagianya aku ini," bisik Rana di telinga Rayhan.
Rayhan melirik ayahnya yang hanya tersenyum kepada mereka, jelas-jelas tidak mendengar apa yang dibicarakan wanita itu. "Lepaskan aku wanita ular. Aku sebenarnya tidak sudi menyentuhmu. Jadi, jangan percaya diri terlebih dahulu."
Rayhan segera melepaskan pelukan mereka dan beranjak dari sana tanpa menoleh lagi pada ayahnya. Lebih baik ia bergabung dengan tamu lainnya di ruang tamu dan minum beberapa gelas wine. Di antara para tamu, Rayhan bisa melihat pasangan David-Sekar dan Rizal-Carissa. Rayhan segera menghampiri sahabat-sahabatnya itu.
"Hei, Rayhan! Selamat, kau mempunyai ibu baru yang cantik! Apa ia bersedia meninabobokanmu setiap malam?" goda Rizal. Rayhan hampir saja meninju wajah laki-laki itu jika David tidak menahan tubuhnya.
"Tutup mulutmu, Zal!" desis Sekar. "Sudahlah, Rayhan. Kau tidak perlu terpancing emosi hanya karena mulut usil Rizal."
Rayhan menyambar segelas wine dari atas nampan yang dibawa pelayan dan meneguknya sampai habis. Pelukannya dengan Rana tadi masih menyisakan kemarahan yang menyelubungi tubuhnya. Ia memandangi sekitar, rata-rata di sana terlihat wajah-wajah yang menunjukkan keceriaan. Rayhan mendengkus, mungkin hanya dirinya yang bermuka masam.
"Rayhan, apa dia gadis yang kau maksud? Gadis desa yang memenuhi pikiranmu akhir-akhir ini?" Carissa mengarahkan telunjuknya ke suatu titik di ruangan itu. Rayhan dan ketiga sahabatnya yang lain ikut menoleh.
Rayhan menatap gadis yang luar biasa cantik itu kini sedang berada di dekat Rana. Siapa lagi kalau bukan Lisa. Gadis itu memakai gaun indah sepanjang di bawah lutut dengan satu tali yang menggantung di pundaknya. Kulit Lisa sangat bercahaya, permukaannya pasti sangat lembut. Ditambah lagi rambut hitamnya yang ikal dan ada sedikit rambut yang dibiarkannya jatuh ke pundak. Sanggulnya tertata rapi serta riasan wajah yang tidak terlalu tebal.
Apa-apaan gadis itu? Rayhan mengumpat dalam hati. Bukankah saat acara pernikahan tadi Lisa menggunakan gaun tertutup? Kenapa saat resepsi kini ia berubah jadi bidadari? Rayhan menggeram ketika menyadari dirinya bergairah untuk gadis desa itu.
"Rayhan, adiknya tiga kali lebih cantik dari Rana. Apa kau sanggup mengabaikan gadis secantik itu di rumahmu? Kau benar-benar telah kehilangan pamor, Bro!" Rizal berkata.
"Diamlah, Baby. Kau ingin Rayhan mengamuk di sini?" desis Carissa kesal. Rizal buru-buru menutup mulutnya.
Rayhan masih memandangi Lisa saat seorang laki-laki menarik perhatiannya. Rayhan menyipitkan mata melihat ke arah pintu masuk. Sepertinya ia mengenal siapa pria yang baru saja memasuki ruang tamu rumahnya itu. Yitian, si pemilik toko bunga yang ada di depan komplek? Rayhan mengenalnya karena ia sering membeli bunga untuk teman kencannya di sana.
"Tunggu sebentar!" ucap Rayhan kepada empat sahabatnya yang kini sedang mencicipi kue-kue yang disediakan.
Rayhan mengarahkan langkahnya ke tempat Yitian berdiri. Pria tampan itu sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan ada dua orang lagi di belakangnya. Rayhan juga mengenal kedua orang itu, yakni Mira dan Pira, karyawannya. Namun, siapa yang mengundang ketiga orang itu ke pesta ini?
"Hai!" tegur Rayhan. Nada suaranya tidak ramah sedikit pun. Yitian menoleh padanya dan tersenyum lebar.
"Hai, Rayhan! Selamat atas pernikahan ayahmu dan Nona Rana Destia," ucap Yitian seraya menjabat tangan Rayhan. Rayhan hanya tersenyum kecil.
"Terima kasih," ujar Rayhan. Ia melirik kedua karyawan Yitian dengan ekspresi meremehkan, kemudian beralih pada pria itu lagi. "Hm, apakah Rana yang mengundang kalian? Atau ... ayahku?"
Ekspresi Yitian langsung berubah segan. "Oh, bukan. Lisa yang mengundang kami."
Kening Rayhan mengernyit. Lisa? Lisa Destia?
"Maksudmu, Lisa Destia?" Rayhan kembali meyakinkan.
Yitian mengangguk diikuti oleh kedua karyawannya. Melihat itu Rayhan mendadak resah. Demi Tuhan, bagaimana Lisa mengenal Hu Yitian?
"Kau mengenal Lisa?" Rayhan terdengar tidak sabar.
"Tentu saja. Lisa adalah karyawan di toko bunga milikku, Rayhan. Apa kau tidak tahu kalau dia bekerja denganku?"
Rayhan terperangah kaget. Ia tidak tahu kalau Lisa bekerja. Dirinya juga tidak tahu kalau Lisa bekerja untuk Yitian, pria baik-baik serta ramah. Juga poin terpentingnya adalah, pria Tiongkok itu luar biasa tampan, walaupun dia tidak sekaya Rayhan. Menyadari kelebihan-kelebihan Yitian membuat Rayhan khawatir. Dilihat dari senyum semringah Yitian saat memasuki ruangan tadi, Rayhan mencurigai kalau pria itu tertarik pada adik ibu tirinya.
"Aku tidak taㅡ"
"Hai Yitian, Mira, Pira!"
Rayhan menutup mulutnya rapat-rapat setelah mendengar suara ceria Lisa di belakangnya. Ia membalikkan badan dan melihat Lisa menghampiri ketiga tamunya. Rayhan bergeming di tempat. Laki-laki itu ingin melihat seberapa akrab Lisa dan Yitian.
"Terima kasih telah datang. Mari, aku ingin memperkenalkan kalian pada kakakku,” ajak Lisa.
Rayhan menggeram. Gadis itu berbicara seolah-olah tidak melihat keberadaannya di sana.
"Baiklah."
Yitian, Mira, dan Pira mengangguk sopan pada Rayhan dan mengikuti Lisa menuju pasangan pengantin. Rayhan termangu di tempatnya sambil terus mengawasi Lisa. Gadis itu benar-benar telah menguji kesabarannya. Ia akan memastikan, setelah pesta pernikahan ini, gadis itu akan menyesal telah memasuki keluarganya.
***
"Aku semua villa dan paviliun dikosongkan malam ini juga. Apa kau mengerti?"
"Tidak usah khawatir, Tuan. Kami telah mengosongkannya sejak tadi pagi. Kami juga telah menyediakan segala keperluan seperti yang telah Tuan minta tempo hari."
"Bagus. Karena aku akan ke sana malam ini juga."
Klik!
Rayhan memacu mobilnya sangat kencang menuju toko bunga milik Yitian. Ia akan menjemput Lisa di sana. Suka tidak suka, gadis itu harus ikut dengannya. Saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk menjalankan rencananya. Ayahnya dan Rana pergi ke London selama tiga hari. Setahu Rayhan untuk berbulan madu. Cih, ia jijik untuk membayangkannya.
Rayhan sampai di toko bunga tersebut tepat ketika Lisa dan kedua karyawan lainnya keluar. Ternyata toko sudah ditutup. Laki-laki itu menyeringai puas, dengan begini ia semakin mudah untuk membawa Lisa.
"Lisa!" panggil Rayhan.
Lisa terkejut setengah mati mendengar suara Rayhan. Lantas ia menghentikan langkahnya, begitu pula dengan Mira dan Pira. Kebetulan malam ini tidak ada Yitian bersama mereka. Rayhan mengeluarkan senyuman termanisnya kepada Lisa, kemudian berjalan mendekat. Terang saja Lisa keheranan, Rayhan tidak pernah begitu ramah padanya.
"Ra-Rayhan?"
"Ayo, kita pulang!"
Tanpa ragu Rayhan mengamit tangan Lisa dan menariknya lembut. Gadis itu tersentak kaget. Untuk melindungi dirinya, Lisa segera menepis tangan Rayhan. Rayhan sudah bisa menerka reaksi Lisa yang seperti ini, tetapi tidak akan menyurutkan niatnya sedikit pun.
"A-aku bisa pulang sendiri."
Rayhan menghela napasnya, sementara Pira dan Mira diam memandangi mereka.
"Kau pulang dengan apa?" Laki-laki itu sengaja melembutkan suaranya.
"Jalan kaki," jawab Lisa polos. Memang itu yang rutin dilakukannya saat pergi dan pulang kerja.
"Tidak baik gadis secantik dirimu berjalan kaki seorang diri memasuki komplek. Ayo, kau harus pulang denganku!" Rayhan kembali menarik tangan Lisa.
Lisa tidak dapat membantah Rayhan karena cengkeraman laki-laki itu sangat kuat di tangannya. Langkahnya seperti diseret menuju mobil Rayhan.
Mira dan Pira yang terperangah di tempat mereka berdiri. Mereka setengah takjub dan kesal melihat Rayhan. Semua orang tahu bagaimana karakter Rayhan, kasar, temperamen, tidak sopan, dan playboy. Jelas-jelas sikap manisnya tadi membuat kedua orang itu terpana.
"Apa kau yakin Rayhan tulus mengajak Lisa pulang?" bisik Pira dengan gaya kemayu sembari terus mengawasi mobil Rayhan yang kini beranjak pergi.
"Sudahlah, mereka sekarang adalah keluarga. Tidak mungkin Rayhan bersikap kurang ajar seperti sikapnya kepada kebanyakan wanita. Ayo, kita pulang," tukas Mira.
"Uh, kalau saja Rayhan Andira bersikap seperti seorang pangeran, aku bersedia menjadi permaisurinya," tutur Pira seraya memainkan ujung rambutnya. Mira menatap Pira dengan kejengkelan yang tidak dibuat-buat.
"Kau menjijikkan sekali, Pira."
***
Lisa menengok ke kanan dan ke kiri dengan panik. Mobil Rayhan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti, bahkan semakin lama semakin cepat. Gadis itu melempar pandangan penuh pertanyaan kepada laki-laki yang kini menyetir dengan seringaian jahat di wajahnya.
"Rayhan, kamu bilang kita akan pulang ke rumah."
Rayhan tertawa kecil. "Siapa bilang kita akan ke rumah? Aku tidak ingat kalau tadi aku mengatakan kalau kita akan ke rumah."
Lisa mulai berkeringat dingin. Ia mencengkeram hendel pintu mobil dengan erat. Seharusnya tadi ia tidak ikut dengan laki-laki itu.
"Rayhan, aku ingin pulang ke rumah. Aku mohon."
Lisa memohon dengan mata berkaca-kaca. Rayhan menoleh kepadanya sekilas lalu tersenyum misterius. "Pulang ke rumahmu? Itu artinya di desa, bukan? Kalau yang kau maksud adalah rumahku, kau salah besar."
Lisa menundukkan kepala. Rayhan benar. Rumah itu bukan rumahnya, melainkan rumah Rayhan dan ayahnya.
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
🟡𓆉︎ᵐᵈˡ 𝐀⃝🥀sthe⏤͟͟͞R🔰¢ᖱ'D⃤
wah rayhan bales dendamnya ke lisa
2022-10-23
0
Nur Rachmawati
lanjut Thor
semakin penasarannnnnn
hatur nuhun ...🙏🙏✌✌
2022-01-20
0