Kau gila!

Lisa merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Tulangnya terasa remuk dan kulitnya panas. Bagian pangkal pahanya sungguh nyeri dan perih. Gadis itu menggigit bibir menahan perih yang dirasakannya saat ia mencoba untuk duduk. Di luar hujan lebat, tetapi sepertinya malam telah berganti pagi.

Kedua kakinya kaku, sulit untuk digerakkan. Lisa menyingkap selimut dan terisak pelan saat melihat bercak darah di seprei berwarna putih itu. Rayhan telah merenggut keperawanannya semalam.

Lisa terpuruk. Ia merasa tidak berguna lagi sebagai seorang perempuan. Keperawanan  adalah satu-satunya harta berharga bagi perempuan, dan Rayhan telah merenggut hal itu darinya. Lisa tidak menyangka cobaan berat yang melanda hidupnya saat ini. Ia telah kotor.

Lisa mendengkus. Jijik pada dirinya sendiri.

Lisa mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan dengan matanya yang bengkak. Ia melihat celananya tergeletak di lantai, sementara bajunya telah robek. Gadis itu mengarahkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk turun dari ranjang.

"Ahh ...," Rintihan Lisa menahan sakit yang tidak bisa diungkapkannya dengan kata-kata. Ketika kakinya menyentuh lantai, tubuhnya langsung ambruk. Apa yang dilakukan Rayhan padanya?

Lisa tidak bisa lagi menangis, hanya terisak sampai air mata. Dadanya nyeri, merasakan dentuman jantungnya yang liar. Gadis itu merangkak untuk menggapai celananya. Ia tidak melihat Rayhan di kamar ini, jadi ini kesempatannya untuk berpakaian.

Lisa melihat kemeja Rayhan tergeletak tidak jauh darinya. Tidak ada pilihan lain, Lisa pun memakainya. Ia harus kabur dari Villa ini, atau jika tidak ia akan dimangsa Rayhan entah sampai kapan.

Lisa tiba-tiba teringat dengan perkataan Rayhan tadi malam. Laki-laki itu memanfaatkannya untuk membalas perbuatan Rana.

Lisa mempercayai kakaknya. Ia tidak percaya sedikit pun dengan kata-kata Rayhan. Tidak mungkin Rana menikahi Aksa tanpa rasa cinta. Lisa mengenal Rana lebih dari siapa pun. Rana tidak pernah memanfaatkan orang lain demi mencapai tujuannya.

Lagi pula, Rana pasti tidak mencintai Rayhan. Rayhan adalah laki-laki paling bejat yang pasti akan dibenci oleh kakaknya. Rayhan saja yang terlalu percaya diri.

Lisa berdiri dengan memegang tiang ranjang sebagai penopang tubuhnya. Ia frustrasi. Berdiri saja sulit, apalagi kabur dari sini. Namun, di mana pria itu sekarang?

Ceklek.

Lisa membeku ketika pintu bergerak terbuka. Ia belum siap menghadapi Rayhan lagi dan tidak akan pernah siap, setelah apa yang dilakukan laki-laki itu padanya. Wajahnya semakin pucat saat Rayhan masuk.

Rayhan membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. Laki-laki itu terkejut melihat Lisa yang berdiri di dekat ranjang. Ia mengira Lisa tidak bisa bergerak untuk beberapa hari ke depan. Rayhan tahu, perbuatannya semalam sangat menyiksa Lisa. Baik lahir maupun batin.

"Wah, kau memakai kemejaku. Apa kau sudah merindukanku?" goda Rayhan seraya berjalan mendekat.

Lisa berjalan mundur, melihat Rayhan bagaikan melihat singa lapar baginya.

Rayhan meletakkan nampan tersebut di atas ranjang, dan tersenyum lebar pada Lisa. Ia tersenyum seolah-olah tidak pernah menyakiti gadis itu. Lisa menatapnya dalam diam, matanya bergerak menyiratkan kelelahan dan kesengsaraan.

"Duduk dan makanlah. Aku tahu kau pasti lapar," ujar Rayhan ringan, ia duduk di tepi ranjang.

Lapar? Lisa bahkan tidak bisa merasakan kakinya saat ini, apalagi memikirkan lapar.

Lisa menggeleng pelan. "Aku ingin pulang, Rayhan. Aku mohon antarkan aku pulang." Lisa memohon. Rayhan menatapnya tajam, ia sedang tidak ingin berdebat saat ini.

"Duduk dan makanlah!" Rayhan mengulangi perintahnya.

Lisa tetap bergeming. Mereka saling pandang untuk beberapa saat. Gadis itu dapat melihat mata Rayhan berkilat menahan amarah.

"Ternyata kau ingin dipaksa lagi rupanya," desis Rayhan. Laki-laki itu berdiri dan menghampiri Lisa.

Lisa gemetar ketakutan dan tidak melakukan perlawanan saat Rayhan membopongnya ke atas ranjang. "Cepat habiskan!" bentak Rayhan.

Gadis itu tidak ingin menyentuh makanannya. Ia melipat kakinya ke atas dan menumpukkan kepala di lutut. Lisa lebih baik menahan rasa laparnya daripada memakan masakan yang dibuat oleh tangan laki-laki yang telah menyakitinya. Ia membenci Rayhan di setiap helaan napasnya.

"Kenapa kau selalu membangkang?! Makanan ini berguna untuk tenagamu!" seru Rayhan seraya bertolak pinggang.

Lisa mengangkat kepalanya dan memandang Rayhan. "Apa tujuanmu sebenarnya?"

Rayhan terdiam sejenak, lalu ia berkata, "Apa maksudmu?"

"Apa kau menggunakan diriku untuk membalas dendam pada kakakku? Apa kau begitu membencinya? Kenapa kau tidak mengusir kami dari rumahmu? Kau pikir dirimu lelaki sejati dengan memperlakukan aku seperti ini? Bagiku, kau tidak lebih dari pengecut dan penjahat kelamin," ungkap Lisa dengan suara bergetar. Bukan karena takut, tetapi kalimat-kalimat itu keluar begitu saja. Dadanya semakin sakit jika ia memendamnya.

Rayhan tidak langsung membalas ucapan Lisa. Ia memikirkan kata-kata berani gadis itu. Terang saja dirinya tersinggung! Apa maksudnya dengan penjahat kelamin?

Laki-laki itu berjalan mendekat. Aura dirinya sangat berbahaya dan panas. Lisa menahan napas, ia pasrah dengan apa yang akan terjadi.

"Kau … tidak tahu dengan akibat perkataanmu?" geram Rayhan seraya mencengkeram lengan Lisa. "Makan bubur ini, dan tutup mulutmu!"

Rayhan berjuang mati-matian menahan hasratnya yang mulai bangkit kembali karena kekeraskepalaan Lisa. Sebagai laki-laki normal emosi dan gairahnya mudah sekali tersulut, sikap yang ditunjukkan Lisa sama sekali tidak membantu.

"Kau membuatku membencimu, Rayhan."

Rayhan mendengkus. "Memangnya siapa yang menyuruhmu menyukaiku?"

Cairan bening itu kembali menumpuk di pelupuk mata Lisa. "Kau benar-benar pria jahat. Jahat dari hatimu. Hatimu sangat busuk, Tuan Muda Andira!"

Rayhan menggila, ia menendang nampan hingga isinya hancur berserakan di lantai. Lisa terlonjak kaget. Belum habis keterkejutannya, Rayhan telah merengkuh tubuhnya dan menindihnya di ranjang. Kemarahan telah membuat kekuatan Rayhan meningkatkan dua kali lipat. Ia tidak peduli kalau sekujur tubuh Lisa masih kesakitan. Gadis itu sendiri yang telah menyulutkan api dalam dirinya.

"Aku akan membenarkan tuduhanmu, Destia. Kau bilang aku penjahat kelamin, benar bukan? Tapi akan aku buktikan kalau aku bukan pengecut! Setelah menodaimu, aku akan menunjukkannya dan memberikan bukti pada ayahku serta kakakmu tentunya."

"Kau gila!"

Sekali lagi Rayhan melakukan hal terkutuk itu pada Lisa. Tangisan dan jeritan gadis itu  adalah nyanyian kemenangan di telinganya.

Rayhan menikmatinya, dan Lisa menginginkan hidupnya berakhir saat itu juga.

***

Yitian berulang kali menghubungi ponsel Lisa, tetapi hasilnya tetap saja. Ponsel gadis itu tidak aktif sejak tadi pagi. Hari ini Lisa tidak masuk kerja.

Yitian termenung di meja kasir. Jika Lisa sakit, ia pasti akan mendapat kabar. Setidaknya, gadis itu pasti mengabari dua karyawannya yang lain.

Pria tampan itu menghela napas. Entah mengapa ia ingin melihat Lisa setiap saat. Ia mulai merindukan gadis itu di saat-saat sepinya. Sejak Lisa bekerja di tokonya, Yitian tidak pernah beranjak dari sana. Biasanya ia sering keluar untuk refreshing bersama teman-temannya dan kembali saat toko akan tutup, dan karena kemarin dirinya tidak sempat kembali saat toko tutup sebab harus menemani ibunya keluar kota, jadi Yitian merasa seperti sudah lama sekali tidak bertemu Lisa. Berlebihan mungkin, tetapi itu karena ia menyukai gadis itu.

Yitian tertawa kecil seperti orang konyol. Ya, ia menyukai Lisa sejak pertama kali melihatnya. Pria itu sudah lama putus dengan kekasihnya, Lana. Lana meninggalkannya untuk pria lain dua tahun yang lalu. Yitian tidak ingin mengingat-ingatnya lagi.

"Hei, Pira! Kenapa Lisa tidak masuk hari ini? Apa dia menghubungimu?" tanya Yitian pada Pira yang kebetulan melintas di depannya.

"Lisa? Tidak, aku tidak mendapat telepon ataupun pesan darinya, Bos."

Yitian mengangguk. "Mira!" Ia memanggil Mira yang baru saja selesai melayani seorang pelanggan. Mira segera menghampiri Yitian.

"Ada apa, Bos?"

"Apa Lisa memberitahumu kenapa dia tidak masuk hari ini?" tanya Yitian serius. Tidak masalah baginya jika kedua karyawannya tahu kalau dirinya sedang dimabuk cinta.

"Lisa tidak memberitahuku, Bos. Aku kira dia telah menghubungimu. Apa mungkin dia sakit?"

Yitian menggeleng. Ekspresi wajahnya terlihat khawatir. Mira dan Pira  saling sikut. Mereka tidak pernah melihat sang atasan mengkhawatirkan karyawannya seperti ini. Mira berdeham.

"Hm, kalau Lisa sakit, aku rasa tidak. Sebab kemarin dia sehat dan masih segar. Ya, kecuali saat Rayhan memaksa pulang bersamanya. Ia langsung berubah pucat danㅡ"

"Siapa?" Yitian menyela ucapan Mira. "Siapa yang memaksanya pulang? Rayhan?"

Mira dan Pira mengangguk serentak.

Yitian terdiam sejenak. Mendengar nama Rayhan membuat hatinya mencelos. Ia tahu siapa Rayhan, tepatnya bagaimana predikat laki-laki itu. Tuan Muda Andira itu terkenal sebagai pemain wanita dan berperilaku tidak baik. Dia tidak pernah menghormati wanita yang telah puas dikencaninya.

"Entah mengapa perasaanku tidak enak jika mendengar nama Rayhan," gumam Yitian. Ia melirik Mira dan Pira, lalu tersenyum. "Ya sudah, kembali bekerja."

BERSAMBUNG ....

Terpopuler

Comments

🟡𓆉︎ᵐᵈˡ 𝐀⃝🥀sthe⏤͟͟͞R🔰¢ᖱ'D⃤

🟡𓆉︎ᵐᵈˡ 𝐀⃝🥀sthe⏤͟͟͞R🔰¢ᖱ'D⃤

ayo bos cari lisa

2022-10-23

0

Nur Rachmawati

Nur Rachmawati

eng ing eng ...
Pa Bos gercep dong cari Lisa...
next Thor Tq

2022-01-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!