Rayhan memasuki ruang makan dengan penampilan seadanya. Ia hanya mencuci wajah dengan air dingin dan persetan dengan penampilan berantakannya pagi ini. Laki-laki itu tidak ingin lagi tampil penuh wibawa di hadapan Aksa. Keputusan ayahnya untuk menikahi Rana telah menorehkan dendam di hati Rayhan. Jadi, ia tidak peduli lagi dengan semua orang di rumah itu.
Saat Rayhan bergabung di meja makan, tiga orang yang duduk di sana hampir menyelesaikan sarapan mereka. Laki-laki itu menarik salah satu kursi di meja makan itu tanpa menoleh kepada Aksa sedikit pun. Ia bersikap seperti tidak ada siapa-siapa di sana.
Aksa hanya menggeleng-geleng heran. "Rayhan, ucapkan salam pada calon ibumu dan adiknya!" seru Aksa tegas.
Mendengar Aksa mengatakan 'adiknya', otomatis Rayhan mengangkat wajahnya. Apa? Rana dan adiknya?
Rayhan memandang liar ke setiap orang yang ada di sana. Benar, ada wajah baru yang dilihatnya. Seorang gadis berambut hitam yang duduk di samping Rana. Rahangnya berdenyut keras. Tentu saja ia melupakan kejadian semalam.
Lisa menunduk menatap piring sarapannya, tidak berani sama sekali bertemu pandang dengan Rayhan.
"Kau siapa?!" tanya Rayhan dingin kepada Lisa.
"Rayhan, jaga nada bicaramu!" Aksa memperingatkan, membuat putranya itu menggeram.
"Dia adalah adikku, Rayhan. Mulai hari ini dia tinggal di sini bersamaku," jawab Rana.
Rayhan kehabisan kata-kata. Rana benar-benar tidak tahu malu. Dengan kehadirannya saja sudah membuat Rayhan muak, kini ditambah dengan adiknya. Ingin sekali rasanya Rayhan membalikkan meja makan di depan wanita itu.
Rayhan menatap tajam ke arah Lisa sekali lagi. Entah apa yang dirasakannya, seperti ia pernah melihat wajah itu. Wajah yang sangat familier di dalam benaknya. Namun, ketika menyadari Lisa adik Rana, Rayhan bergegas membuang pandangan. Laki-laki itu tidak sudi!
Suasana sarapan pagi itu pun menjadi sangat membosankan bagi Rayhan. Ia tidak menghabiskan makanannya dan kembali ke kamar sesegera mungkin. Laki-laki itu ingin pergi ke apartemen Rizal saja. Berada di dalam rumah lebih lama lagi akan membuat kepalanya meledak. Untuk saat ini, Rayhan akan membiarkan Rana merasakan kemenangannya terlebih dahulu. Lalu setelahnya, ia akan membuat wanita iblis itu menyesal seumur hidup.
***
"Kakak?" panggil Lisa ketika menghampiri Rana yang akan memasuki kamarnya.
Rana tersenyum. "Ada apa, Lisa? Apa kau memerlukan sesuatu?"
Otomatis Lisa menggeleng. "Ng ... tidak. Aku hanya ingin bertanya."
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
Lisa terdiam sejenak, kejadian tadi malam terus saja mengganggu pikirannya. Gadis itu tidak akan mengadukan Rayhan, sebab ia sendiri pun merasa malu. Ia hanya ingin menanyakan beberapa hal tentang Rayhan.
"Kak, sepertinya Rayhan membenciku. Apakah … keberadaanku membuatnya terganggu?" tanya Lisa pada akhirnya. Suaranya pelan sekali.
"Kenapa kau menanyakan hal itu? Lisa, dia memang selalu begitu. Lama-kelamaan kau juga akan terbiasa. Rayhan memang sulit menerima orang baru di rumah ini, termasuk aku. Namun, yang penting rumah ini milik ayahnya, calon suamiku. Jadi, kau tidak perlu khawatir, ya?"
Lisa tidak menjawabnya. Melihat kegusaran di wajah sang adik, Rana maju untuk memeluknya. Ia sangat menyayangi Lisa dan tidak ingin adiknya itu merasa tidak nyaman. Sebentar lagi Rana adalah seorang nyonya di rumah ini, jadi Lisa tidak perlu mencemaskan Rayhan.
"Kak, bagaimana kalau aku mencari kerja? Aku tidak ingin hanya duduk saja di dalam rumah megah ini," ujar Lisa tiba-tiba. Ia memang tidak terbiasa berdiam diri sepanjang waktu karena dirinya adalah tipe pekerja keras.
"Kau ingin bekerja? Baiklah, akan kubicarakan dengan Aksa, siapa tahu dia bersedia menempatkanmu di perusahaan," balas Rana ringan.
Lisa kembali menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu seperti itu, Kak. Aku akan mencari pekerjaan sendiri. Lagi pula, aku tidak terbiasa bekerja di perusahaan bonafide seperti Andira Group," tolak Lisa lembut. Ia tidak ingin terlalu bergantung pada Aksano Andira.
"Apa kau yakin? Sebenarnya kau tidak perlu bekerja lagi, Lisa."
Lisa tersenyum penuh arti. "Aish, jangan memanjakanku, Kak. Aku tidak tahan jika menganggur saja. Kalau begitu, besok aku akan mulai mencari pekerjaan, hehehe ...."
Rana menghela napas. Ia mengerti dengan sifat keras kepala adiknya. Sejak dulu, Lisa tidak pernah meminta bantuan orang lain, tetapi akan menerima apa saja yang diberikan kakaknya.
Benar-benar adik yang baik, batin Rana bangga.
Tanpa mereka sadari, ada orang yang memperhatikan mereka dari jauh, yang tidak lain adalah Rayhan Andira.
Rayhan memperhatikan gerak-gerik Rana dan Lisa. Dari sana, ia dapat menyimpulkan bahwa Rana amat menyayangi adiknya. Laki-laki itu menyeringai. Seorang iblis seperti Rayhan Andira dengan mudahnya mencari cara-cara licik untuk menghancurkan hidup seseorang, terutama seorang gadis.
***
Tanpa disuruh masuk terlebih dahulu, Rayhan dengan seenaknya menerobos pintu apartemennya Rizal. Ia mempunyai kunci serta mengetahui password apartemen sahabatnya.
Rayhan langsung menuju dapur untuk mencari sebotol bir. Laki-laki itu bertanya-tanya apakah Rizal berada di apartemennya atau tidak.
"Hei, Zal! Apa kau di sini?!" teriak Rayhan sambil berjalan ke ruang tengah. Ia menyalakan televisi di sana dan menyelonjorkan kaki di atas sofa.
Tidak lama kemudian, terdengar pintu kamar terbuka dan Rayhan pun menoleh ke sana. Laki-laki itu tergelak ketika melihat Rizal keluar dengan hanya mengenakan celana boxer-nya saja. Tubuhnya berkeringat dan rambutnya berantakan.
Rayhan melihat kembali ke arah televisi, sedangkan Rizal menatap penuh dendam padanya. "Aish, dasar pengganggu! Kenapa tidak bilang dulu mau ke sini!" bentak Rizal sambil bertolak pinggang.
Lalu, selang beberapa detik muncul seorang gadis dari dalam kamar Rizal. Siapa lagi kalau bukan Carissa, ia hanya memakai celana pendek dan kemeja Rizal. Ekspresi wajahnya tidak kalah dongkol dari Rizal.
"Tidak tahukah kalian kalau aku sedang kalut! Jadi, sekarang temani aku minum!" seru Rayhan marah.
Carissa dan Rizal saling pandang, kemudian mereka berdecak sebal. Carissa duduk sisi sofa lain, sementara Rizal mengambilkan dua botol bir untuk dirinya dan coke untuk sang kekasih. Carissa menatap Rayhan lamat, lalu melipat kaki rampingnya sebelum melontarkan pertanyaan pada Rayhan.
"Sekarang apa lagi? Minggu depan adalah pernikahan Rana dan ayahmu. Jadi, kenapa kau masih kalut? Biarkan saja mereka bahagia."
Rayhan menguliti Carissa dengan pandangannya. "Kau menyuruhku bahagia? Hei Rissa, kau ingin mati muda, ya?" tanya Rayhan. Ia tahu Carissa tadi mencemoohnya.
"Jangan coba-coba membunuh kekasihku kalau kau masih sayang dengan nyawamu!" tukas Rizal yang baru saja bergabung dengan mereka. Dia menaruh sekaleng coke untuk Carissa, sedangkan ia sendiri memegang botol bir di tangannya.
"Baby, jangan biarkan Rayhan menyakitiku," rengek Carissa manja.
"Aku tidak akan membiarkanmu disentuh oleh siapa pun, Princess."
Ingin rasanya Rayhan menendang mereka berdua karena sengaja bermesraan di depannya saat ini, tetapi laki-laki itu lebih memilih untuk menonton televisi.
Rizal menyenggol kaki Rayhan. Ia tahu kalau sahabatnya itu sedang butuh teman untuk bicara, tadi ia hanya bermaksud untuk menggoda Rayhan saja.
"Hei, ada apa lagi sekarang? Apa pernikahannya dipercepat, oleh sebab itu kau kalut?" tanya Rizal serius..
Rayhan menggeleng lemah. Ia meneguk birnya untuk ke sekian kalinya. "Tidak, bukan begitu. Kali ini ada masalah baru," ucap Rayhan, lalu mendesah.
"Masalah baru?" Carissa mengangkat kedua alisnya. "Apalagi memangnya?"
Rayhan melirik Rizal dan Carissa bergantian. "Rana Destia membawa serta adiknya yang datang dari desa untuk tinggal bersama kami dan dia bertindak seolah-olah yang memiliki rumah itu!"
"Benarkah?" tanya Carissa. "Wah, Rana sudah keterlaluan. Adiknya laki-laki atau perempuan?"
"Perempuan."
"Lalu, apa ia juga genit seperti kakaknya?" Rizal bertanya.
Rayhan mengangkat bahu. "Mana aku tahu. Aku bertemu dengannya pagi ini. Namun aneh sekali, sepertinya aku pernah melihat wajah gadis itu, tetapi aku tidak ingat di mana."
Rizal dan Carissa kembali saling pandang.
"Apakah dia cantik?" tanya Carissa. Ada seringaian jahil di wajah cantiknya.
Rayhan menatap Carissa sambil mengerjap ragu. "A-apa?" tanya Rayhan.
"Apakah adiknya Rana itu cantik?" Carissa memperjelas pertanyaannya.
Rayhan berdeham. "Ngg ... aku tidak tahu!" jawabnya ketus, lalu meneguk minumannya lagi.
Rizal menyeringai. "Jangan bilang kau kalut karena kehadiran gadis cantik di rumahmu. Hahaha!"
Hati Rayhan mencelos. Ia menatap Rizal tajam seakan-akan ingin melipat tubuh sahabatnya itu menjadi empat bagian. Carissa ikut tertawa di samping Rizal. Rayhan mendengkus jijik, mana mungkin dirinya kalut hanya karena kehadiran Lisa?
"Jangan mengada-ngada, Zal! Aku kalut karena rumahku kini seperti penampungan orang desa! Gadis itu sangat tidak modis dan ... dan tidak seksi. Tidak ada yang menarik darinya. Kalau bisa aku akan menendangnya keluar rumah sekarang juga tanpa sepengetahuan ayahku, aku akan melakukannya!"
"Baiklah, aku percaya padamu. Jadi, kau sepertinya membenci nona kecil Destia itu?" Rizal bertanya lagi.
"Tentu saja. Aku membencinya dari pertama melihatnya!" tegas Rayhan.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan keluar dari rumah itu?" Ada nada menantang dari suara Carissa.
"Apa kau gila? Tentu saja bukan aku yang harus keluar, melainkan kedua perempuan desa itu! Aku akan melakukan segala macam cara untuk mengusir mereka. Aku hanya perlu menunggu waktu yang tepat," ujar Rayhan sinis.
"Hei, Rayhan. Memangnya apa rencanamu?" tanya Rizal waspada. Ia sangat mengenal Rayhan. Jika sahabatnya itu mempunyai niat yang tidak baik untuk korbannya, Rizal dapat memastikan kalau korbannya tersebut bisa menderita seumur hidup.
Pernah dulu, saat Rayhan berkencan dengan seorang gadis saat mereka masih duduk di bangku kuliah, pemuda yang ternyata kekasih gadis yang menjadi teman kencannya tersebut mengetahui hubungan gelap mereka. Pemuda itu menantang Rayhan sekaligus memperingatkan agar menjauhi gadisnya. Rayhan paling tidak senang jika ada seseorang yang menantangnya, maka laki-laki itu melakukan hal yang benar-benar kejam kepada pemuda tersebut. Rayhan mengikat tubuh pemuda itu dan menyeretnya dengan mobil mengelilingi lapangan bola, sampai pemuda itu cacat seumur hidup karena mengalami patah tulang yang serius di sekujur tubuhnya, dan nasib gadis itu sama menderitanya dengan si pemuda. Rayhan membayar beberapa orang berandalan untuk memperkosa gadis itu.
"Rayhan, apa yang kau rencanakan?" tanya Rizal lagi. Kali ini dengan nada yang lebih serius.
Rayhan menyeringai. Ia tidak akan mengeluarkan rencana biadab di kepalanya saat ini. Laki-laki itu tidak ingin siapa pun mengetahuinya karena dirinya ingin semuanya berjalan lancar.
"Kalian lihat saja nanti."
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
🟡𓆉︎ᵐᵈˡ 𝐀⃝🥀sthe⏤͟͟͞R🔰¢ᖱ'D⃤
wah reyhan ternyata sadis
2022-10-23
1
Qeisha A.F Ladyjane
haaa pasti sesuatu yg beja# tapi kau kelabakan sendiri nantinya
2022-09-12
1