Terik matahari begitu menyengat siang ini. Sebenarnya Karina sudah tidak betah menggunakan semua atribut lelakinya. Namun, ia merasa enggan untuk kembali ke kosannya. Ia pun berakhir di sebuah kedai kopi kecil tak jauh dari sana. Karina meletakkan kepala di atas meja yang berada di pojokan kedai. Hatinya retak, patah seperti ponselnya.
"Ada apa denganmu?" ( pake nada ya)
Tanya seorang laki-laki paruh baya yang tak lain adalah bang Toyib, pemilik kedai itu. Ia meletakkan semangkuk mie instan rasa soto yang masih mengepul panas di hadapan Karina, setelah itu ia pun duduk di bangku plastik.
Karina perlahan mengangkat kepalanya, susut bibirnya mulai terangkat keatas melihat kuah kental berwarna kuning dengan aroma yang menggiurkan. Taburan irisan cabe rawit dan telur rebus di atasnya membuat mie soto itu perfecto. Inilah obat hati yang ia butuhkan sekarang.
Karina menatap Bang Toyib dengan menyengir memamerkan jajaran giginya.
"Udah makan aja, sengaja aku masakin buat kamu," ucap Bang Toyib.
"Bang ... makasih ya," ucap Karina sambil mewek.
"Iya, udah cepetan makan. Enggak usah mewek kayak gitu, geli Abang lihatnya. Apalagi kamu pake seragam kayak gini hii." Bang Toyib mengidikan bahunya.
Bang Toyib salah satu orang yang tahu penyamaran Karina. Karena dia dan istrinyalah yang menyelamatkan Karina dari kejaran antek-antek Mami Iren.
"Ada apa sih sebenarnya, tumben banget kamu udah jadi Rizky jam segini. Matahari masih tinggi lho, masih mentereng di atas langit."
Karina menghela nafasnya, ia meletakkan lagi sendok yang ia gunakan untuk makan mie.
"Aku tadi di panggil ke club Bang, aku di pecat." Karina menundukkan kepalanya lesu.
"Apa?! kamu di pecat, bukannya kamu baik-baik saja kerja di sana. Bahkan kemarin kamu di promosikan jadi pelayan ruang VIP kan?" cerca Bang Toyib.
"Aku di fitnah Bang."
"Di fitnah gimana maksud kamu?"
"Ya gitu deh Bang pokoknya." Karina kembali meraih sendok, lalu kembali memakan mie yang mulai agak dingin.
Ia sungguh malas untuk menceritakan hal yang membuatnya kesal. Bang Toyib pun tidak memaksa Karina untuk bercerita. Ia paham sifat Karina yang lebih suka memendam perasaannya.
Karina pun menikmati mienya dengan lahap, maklum saja sedari pagi ia belum makan apapun. Lagi pula semua kejadian pagi ini juga cukup menyita tenaganya.
Bang Toyib tersenyum melihat Karina yang makan dengan lahapnya. Tangannya terulur lalu menepuk pelan kepala Karina. Bagi Bang Toyib Karina sudah seperti adiknya sendiri. Sebenarnya Bang Toyib selalu meminta Karina berkerja di kedai kopinya saja dan sekalian tinggal di rumahnya. Namun, Karina selalu menolak, dengan alasan tidak ingin merepotkan Bang Toyib dan istrinya. Bang Toyib pun tidak memaksanya, ia pun membiarkannya untuk menyewa kost sendiri.
"Makan yang banyak, biar nggak kerempeng kayak gini."
Karina hanya mengangguk. Bang Toyib pun beranjak dari duduknya, ia berjalan ke depan. Menyambut para pelanggan yang datang.
.
.
.
. PT. De Luce
Dengan langkah lebar Joe berjalan masuk ke gedung kantor. Setelah melewati resepsionis tanya menyapa ia pun segera mengunakan lift khusus yang hanya boleh di gunakan untuk predir dan dirinya. Setelah beberapa saat akhirnya lift khusus untuk berhenti di lantai yang ia tuju. Sepi, karena Lantai itu hanya di gunakan untuk ruang El dan dirinya saja.
Joe mengatur nafasnya sebelum membuka pintu ruang Tuannya. Setelah tenang Joe mulai mendorong perlahan pintu besar yang ada di hadapannya. Joe masuk dan melangkah mendekat, tapi tetap memberikan jarak dua langkah dari meja El.
"Tuan, " sapanya sambil menunduk hormat.
"Bagaimana, apa kau sudah bisa menjawab pertanyaanku?" tanya El sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya.
"Sudah Tuan, ini." Joe menyodorkan map dan flash yang ia bawa.
El menyemprotkan disinfektan pada map dan flash disk itu sebelum menerimanya. Setelah ia anggap bersih barulah El menerimanya. Perlahan El membuka map itu dengan ujung telunjuk dan jempolnya.
Mata El melebar saat membaca isi dari map itu, raut wajah kesal dan kecewa jelas tersirat di wajahnya yang tampan. Joe hanya bisa menahan nafasnya menanti reaksi Tuannya.
Tuhan, aku mohon hari ini saja selamatkan diriku.
"Apa kau yakin dengan ini Joe." Eldric menutup map itu dan melemparkannya sembarangan.
"Yakin Tuan, di flash disk itu juga terdapat rekaman cctv-nya sebagai buktinya," jawab Joe yang masih berusaha setenang mungkin.
Eldric pun langsung memasangkan flashdisk pada laptop miliknya. Setelah video cctv itu tertayang di layar laptopnya. Wajah El terlihat makin kecewa dan kesal. Joe tidak salah, pria yang fotonya ada di map itu memang orang yang ia tarik masuk kedalam kamarnya.
Eldric mendesah lemah, ia mendongakkan kepalanya sambil mengurut batang hidungnya. Kecewa jelas sangat terlihat jelas di guratan wajahnya. Eldric salah, dia berharap terlalu tinggi mengira orang yang tidur di sampingnya adalah wanita. Harapannya runtuh seketika saat kenyataan itu datang dan menamparnya.
"Tuan, Anda tidak apa-apa?" tanya Joe cemas melihat wajah Tuannya yang terlihat frustasi.
"Aku baik, memangnya kenapa kau bertanya seperti itu."
"Saya hanya khawatir," jawab Joe jujur.
Mendengar jawaban Joe membuat Eldric tersenyum kecut. Bahkan yang khawatir padanya sekarang juga seorang laki-laki.
"Lalu bagaimana Tuan? apa saya hanya mencari keberadaan orang itu dan membawanya kemari?"
"Keluar dan kerjakan perkerjaanmu Joe!" perkataan yang tidak menjawab pertanyaan dari Joe sama sekali.
Eldric sendiri sedang bimbang. Namun, untuk menjadikan laki-laki itu pasangan. Tidak, Eldric masih cukup waras untuk itu. Dia tidak berminat pada sesama terong meskipun timun miliknya belum menunjukkan reaksi pada lawan jenis sampai saat ini.
"Baik, Tuan. Saya permisi."
Joe membungkuk hormat lalu keluar dari ruangan itu. Joe bersyukur Eldric tidak mengamuk setelah tahu kebenaran bahwa orang yang ia seret masuk ke dalam kamarnya malam itu adalah seorang laki-laki. Joe tersenyum tipis lalu sedikit menoleh ke pintu besar yang telah ia tutup.
Joe bukannya tidak faham bagaimana Eldric tersiksa dalam kesendirian. Namun, ia juga tidak bisa bersentuhan dengan orang lain karena myshopobia yang di deritanya. Berbagai macam cara sudah mereka coba lakukan termasuk kemarin malam di club, cara yang paling ekstrim dan menjijikkan.
Eldric melihat langsung bagaimana seorang wanita merayu laki-laki, bagaimana mereka saling mematuk, menjilat dengan harapan ada sedikit reaksi pada tubuhnya. Namun, nihil. Tubuh Eldric tetap dingin. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan ruangan VIP, meninggalkan makhluk Tuhan yang berbeda jenis saling memberikan kenikmatan.
Dalam ruangannya, Eldric memutar kembali video yang ada di laptopnya. Berapa kalipun ia melihat, orang itu tetaplah laki-laki. Hanya saja tubuhnya sangat kecil dan tipis seperti papan triplek. Sudut bibir El terangkat.
"Apa dia tidak pernah makan? bagaimana dia bisa berjalan saat angin kencang, tubuh kerempengnya pasti ikut terbang." tanpa sadar Eldric bergumam lalu tersenyum membayangkan kemungkinan itu.
Eldric masih berharap orang yang ia dekap semalam adalah seorang wanita. Sungguh besar harapannya tentang hal itu, Eldric tidak ingin berakhir seperti daddy-nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
D'kurnia Sharma
iya El yg divideo itu emang kerempeng dan dia bukan cowok tapi cewek tulen, semoga kalian cepat ketemu lagi ya
2024-04-19
0
D'kurnia Sharma
makasih bang Toyib untuk menolong Karina dari kerasnya kehidupan dikota sambil dikasih makan mie, makanan sejuta umat orang Indonesia.
sabar ya Karina semoga kamu cepat dapat pekerjaan lagi
2024-04-19
1
D'kurnia Sharma
Owh ternyata El punya penyakit mysopobia ya, btw itu penyakit apaan ya masih berhubungan dengan wanita kah.
kayaknya El tipe cowok yg sulit buat dekat dengan seorang wanita
2024-04-19
0