Tidak ada reaksi

El baru saja membuka matanya, ia merasa sisi ranjang yang kosong di sebelahnya. Pria berusia empat puluh tahun itu masih terlihat tampan di usianya yang matang. Tangan El masih meraba ke seluruh sisi ranjang di sebelahnya. Aneh, El merasa ada seseorang yang sebelumnya terbaring di sana menemani dia tidur.

Seorang manusia hidup dan bernafas di sebelahnya. Begitu dekat, El jelas merasakan kulit mereka bersentuhan, dan El baik baik saja. Netra El melebar memikirkan hal itu. Dengan kasar El menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya.

Dengan cepat tangan kekarnya menanggalkan semua pakaiannya yang melekat pada tubuhnya. Jajaran roti sobek yang membuat kau hawa panas dingin, terpampang jelas di sana. Dengan tubuh polosnya El masuk kedalam kamar mandi.

Rintikan air menghantam tubuh kekar El. Mengalir, membasahi tiap lekuk otot tubuhnya. Tak ada tanda tanda kemerahan atau reaksi lain pada. Seulas senyum terukir di bibir tebal El. Sepertinya dia tidak akan menjadi jomblo sampai tua.

El membersihkan dirinya lebih cepat lima menit dari biasanya, ya setidaknya pagi ini El hanya membutuhkan waktu 55 menit untuk membersihkan dirinya. Itu sudah rekor tercepat El sampai saat ini.

Dengan hanya mengunakan handuk El keluar dari kamar mandi. Langkah lebar El mengantarkannya mendekati nakas, ia pun segera meraih ponsel dan tisu basah. Mengusap ulang benda pipih itu berulang kali sebelum memakainya. Mengunakan loud speaker El mengubungi seseorang.

"Cepat datang ke kamarku!" titah El setelah nada sambung di angkat.

Tok...tok..

Mendengar suara ketukan pintu, El pun segera membukanya. Tentu saja setelah menyemprot knop pintu dengan desinfektan. Seorang pria bertubuh tegap menunduk hormat saat melihat berdiri di depan pintu saat El membuka pintunya.

"Selamat pagi Tuan," sapa asisten Joe.

"Hem." El berbalik lalu berjalan kearah ranjang dan mendudukkan dirinya di tepi.

Asisten Joe pun mengekor di belakangnya, setelah menutup pintu Joe kembali berjalan mendekati Tuannya, lalu menyerahkan paper bag yang ia bawa. Sebuah baju baru di tempat langganan El. El hanya akan memakai baju sekali saja dan langsung membuangnya.

El langsung menanggalkan handuk yang melilit aset miliknya. Joe

segera membalikkan tubuhnya ke arah berlawanan. Ia sudah terbiasa dengan semua ini.

"Siapa yang masuk ke kamar ini Joe?" tanya El sembari memakai pengaman miliknya.

Joe mengerutkan keningnya, pasalnya tidak ada seorangpun yang di perbolehkan mendekati kamar ini dan semua karyawan di klub ini tau peraturan itu.

"Siapa Tuan?"

"Aku butuh jawaban. Bukan pertanyaan balik, Joe!"

"Maaf, Tuan."

"Cari tau tentang itu, aku yakin ada seseorang yang masuk ke dalam kamarku tadi malam. Periksa semua cctv aku ingin kau bisa menjawab pertanyaan ku saat makan siang nanti!" tegas El tak terbantahkan.

"Baik Tuan."

Setelah memberi peringatan El pun segera keluar dari kamar itu tentu dengan Joe di belakang.

Sementara di sebuah kamar kos kecil berukuran 2x3. Seorang gadis meringkuk dalam selimut tipisnya setelah membersihkan dirinya. Ia begitu lelah badannya menggigil. Matanya terpejam. Namun, ia tidak tidur. Pikirannya jauh menerawang ke sosok yang ia rindukan.

______

Seorang anak berusia 4 tahun menangis dibalik tumpukan kardus di bawah kolong jembatan.

"Mama," lirih anak itu di sela isaknya.

Sebuah tangan keriput terulur dengan senyum manis yang terpancar di wajah yang sudah termakan usia.

"Adek kenapa menangis? dimana Mama kamu?"

Karin kecil hanya menggelengkan kepalanya. Sudah sejak seminggu yang lalu dia berada di jalan raya kota Jakarta. Gadis kecil itu bahkan tidak tahu tempat keberadaannya sekarang.

Beberapa orang dewasa memaksanya untuk mengemis di jalan, jika tidak mau dia tidak akan mendapatkan jatah makanan.

Saat dia dan beberapa anak lain sedang mengemis. Tiba-tiba satpol PP datang dan merazia mereka, para pengemis dan tunawisma lainnya pun berhambur. Karina pun turut bersembunyi di tumpukan kardus meringkuk menyelipkan tubuhnya yang kecil dia antara kotak karton besar.

Melihat gadis kecil itu menangis sesenggukan sendiri membuat Heri merasa kasihan.

"Ikut Bapak pulang ya, Nak?"

Karina diam, wajahnya memancarkan rasa takut yang teramat sangat. Heri pen tersenyum dan mengelus pucuk rambutnya.

"Bapak bukan orang jahat, bapak akan bawa kamu pulang ke rumah. Di sana kita bisa makan dan tidur dengan nyaman, meskipun rumah Bapak tidak besar tapi cukup nyaman untuk kita berteduh," ujar Heri menjelaskan.

Karina pun mengangguk, ia meraih tangan tua yang terulur sejak tadi.

"Nama kamu siapa? lalu Bapak panggil saja Bapak Heri."

"Nama aku Karina," ucap gadis kecil itu.

"Mana yang cantik Nak," ucap Heri dengan senyum.

_____

"Karina apa kau di dalam?" sebuah suara memanggilnya dari luar kamar, membuyarkan lamunannya.

"Ya, buka saja," Sahut Karina dari balik selimut. Dia sudah hafal betul siapa yang datang mencarinya, hanya satu orang yang akan datang.

Tiwi teman sekelas Karina di sekolah, hanya dia yang satu satunya orang mau mau bersusah payah berteman dengan Karina saat semua orang menjauhinya, Karena Karina hanyalah seorang anak yatim-piatu dan seorang yang miskin.

Tiwi segera membuka pintu dan nyelonong masuk begitu saja. Melihat sahabatnya yang masih tergulung dalam selimut membuat Tiwi heran. Ia pun duduk di samping Karina dan menarik selimutnya dengan keras, sampai terlepas dari tubuh gadis itu.

"Ishh.... dingin tau," keluhnya pada Tiwi.

"Dingin? kamu sakit?" Tiwi menempel telapak tangannya di kening sahabatnya.

"Astaga Karin badan kamu panas banget, aku anterin ke dokter ya?" ujar Tiwi dengan cemas.

"Cuman meriang dikit aja, tolong izinin aku ya. Aku pengen istirahat hari ini." Karina mempererat pelukannya pada selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.

"Tapi badan kamu panas banget itu, mana kamu sendirian lagi. Aku anterin ke dokter." Tiwi menyibakkan selimut, dan menarik lengan kecil temannya.

Tubuh Karina terasa lemas. Namun, ia masih bisa memberontak. Gadis itu menatap menatap mata temannya dengan binar mata memelas. Tiwi pun hanya bisa berdecak kesal pada sahabatnya yang keras kepala itu.

"Ok, deh ntar aku bikin surat izin buat kamu. Tapi aku nggak tega liat kamu kayak gini, kamu sendirian."

"Tadi udah minum obat warung kok, bentar lagi juga reda demamnya. Udah kamu cepetan berangkat nanti di amuk sama Pak Septa."

"Emh...iya deh, cepat sembuh ya Say." Tiwi pun beranjak dari sisi Karina. Ia menoleh sejenak pada sahabatnya sebelum beranjak pergi.

Ia sungguh tidak tega melihat keadaan sahabat yang terkulai lemas seperti ini. Tiwi harus segera berangkat ke sekolah, karena memang waktunya yang sudah sangat mepet.

Karina terlelap sejenak. Sebelum riuh suara ponsel memaksanya untuk membuka matanya. Entah berapa kali ponsel itu berdering mengganggu tidurnya.

Dengan mata yang masih terpejam

Karina mengulurkan tangannya, meraba raba sisi sebelah bantalnya untuk menemukan ponsel. Karina langsung menggeser layar ponselnya tanpa melihat nama si penelepon yang tertera di layar.

"Halo."

"Halo Riz kenapa lama sekali mengangkat teleponnya?!" hardik seseorang di ujung telepon.

"Pak Jimmy, maafkan saya Pak,Saya sedang tidak enak badan," Karina membelalakkan matanya mendengar suara si bos yang membentaknya.

"Cepat ke Club sekarang juga!"

"Tapi Pak sa-

"Tidak ada tapi, aku tunggu sekarang."

Jimmy langsung mematikan sambungan ponselnya. Karina pun mendesah menghela nafasnya. Ia menyibakkan selimut dan berusaha bangkit dari kasur lantai tempat ia berbaring. Ia meraup rambutnya yang menjuntai sedikit melebihi bahunya mengikatnya sembarangan dengan karet gelang.

"Jam berapa ini, kenapa tiba-tiba menyuruh aku ke club," gerutu Karina dengan mulut mungilnya.

Ia sedikit berjalan ke depan agar bisa memerhatikan dirinya di pantulan cermin yang menggantung di tembok kamar mandinya dengan baik. Ia mulai meraih wig rambut yang ada di atas lemari plastik usang miliknya lalu memakai rambut palsu itu dengan perlahan, mengepaskannya dengan sedikit menarik dan menata helaian rambutnya.

Setelah itu ia melilitkan kain panjang di area dada sampai perutnya. Setelah itu ia segera memakai kaos dalam double sebelum merangkapnya lagi dengan kaos oblong dan kemeja lengan panjang. Karina pun sedikit memoles wajahnya agar terlihat sedikit lebih gelap di beberapa bagian.

Dengan nafasnya terasa panas Karina menghentakkan nafasnya kasar. Merapikan lagi baju dan rambut palsu yang ia kenakan.

"Oke Riz saatnya kau tampil lagi." Karina mengambil tas selempang yang tergantung di sisi cermin.

Ia mengambil obat sakit kepala dan memasukkannya kedalam mulutnya, dengan dorongan air mineral dari botol ia memasukkan obat itu kedalam lambungnya. Karina pun melangkah keluar kamar kosnya lalu segera pergi ke club.

Terpopuler

Comments

Torabika Torabika

Torabika Torabika

oh Karina itu Riz yg di kmrn sm cowok kekar kena first kiss? dan cowok itu El yg gk sadar klo dia yg udah narik tangan Riz hehehe.. hmm..dia nyamar toh jd cowok, mungkin biar aman kali ya kerja di club, eh tp ttp aja tuh mlh kena sun sun 😁
dan Karina ini anak kecil yg di tumpukan kardus itu trs di angkat anak sm pak Heru.

2024-03-31

1

Uci Umami

Uci Umami

nama bukan mana

2024-05-09

0

Realrf

Realrf

surprise 🤣🤣🤣🤣

2024-04-19

0

lihat semua
Episodes
1 Malam pertama
2 Tidak ada reaksi
3 Fitnah
4 Orang aneh
5 Cleo ( C&N)
6 ( C&N) Senjata makan tuan.
7 Pupus
8 Pertanyaan sulit
9 Bingung
10 (C&N) Baju lucu
11 ( C&N) Penjelasan
12 Keputusan El
13 Perdebatan
14 Penculikan
15 Mansion
16 Vas
17 Rindu
18 Lancang
19 Menikah?
20 (C&N) Pesta
21 ( C&N) Tanggung jawab
22 Cemburu?
23 Cacing?
24 Canggung
25 Vas kedua
26 Siapa kamu
27 Kecurigaan Berto
28 Pertanyaan jebakan.
29 Ukuran
30 Mencoba
31 Tersepona
32 Kontrak baru
33 Wedding
34 Tahan nafas
35 Cari gaya
36 Lubang cacing
37 Pinguin
38 Hari yang cerah
39 Makan siang
40 Malu
41 Istri yang baik
42 Perhatian kecil
43 Rencana Karina
44 Kecewa
45 Menggoda
46 Menyesal
47 Primadona baru
48 Seperti sugar baby
49 Nyinyir
50 Jeritan tengah malam
51 Scandal
52 Sidang
53 Keputusan
54 Nakal
55 Cemas
56 Cucu?
57 Dia Suamiku.
58 Stay with me
59 Jahat!
60 Sabun
61 Lapar
62 Memilih
63 Kenapa aku?
64 Panggilan baru
65 Ada aku
66 Drama Helena
67 Menyenangkan suami
68 Kunjungan mertua
69 Kostum
70 Janji
71 Masa lalu Karina
72 Monyet
73 Jus
74 Merajuk
75 Es campur
76 Berat
77 Rencana Helena 1
78 Sakit
79 Koma
80 Menghukum
81 Firasat
82 Ke rumah sakit
83 Kita lalui bersama
84 Kita bersaudara
85 Bertemu
86 Masa lalu
87 Menjenguk Berto
88 Mertua
89 Kepergok Mertua
90 Garis takdir
91 Gelisah.
92 Ke Jakarta.
93 I need you
94 I love you
95 With you
96 Bertahan
97 Saatnya
98 Bucin
99 Pembalasan Mirah
100 Operasi
101 Janji
102 Selamat malam Zack
103 Pandangan yang manis
104 Menjadi biksu
105 Curhatan Naoki
106 Bertemu zoe
107 Pulang
108 Daddy siaga
109 Bayi besar
110 Merasa aneh
111 Tangisan memilukan
112 Karina
113 Memulai
114 Aku juga mau
115 Curhatan ipar
116 Bertanya
117 Rencana
118 Rencana 2
119 Perjuangan Eldric
120 Kebun stroberi
121 Mengunjungi zack
122 Negosiasi
123 Kisah cinta Joe
124 Datang
125 Pengorbanan cinta 1
126 Pengorbanan cinta 2
127 Joe & Levina
128 Ending
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Malam pertama
2
Tidak ada reaksi
3
Fitnah
4
Orang aneh
5
Cleo ( C&N)
6
( C&N) Senjata makan tuan.
7
Pupus
8
Pertanyaan sulit
9
Bingung
10
(C&N) Baju lucu
11
( C&N) Penjelasan
12
Keputusan El
13
Perdebatan
14
Penculikan
15
Mansion
16
Vas
17
Rindu
18
Lancang
19
Menikah?
20
(C&N) Pesta
21
( C&N) Tanggung jawab
22
Cemburu?
23
Cacing?
24
Canggung
25
Vas kedua
26
Siapa kamu
27
Kecurigaan Berto
28
Pertanyaan jebakan.
29
Ukuran
30
Mencoba
31
Tersepona
32
Kontrak baru
33
Wedding
34
Tahan nafas
35
Cari gaya
36
Lubang cacing
37
Pinguin
38
Hari yang cerah
39
Makan siang
40
Malu
41
Istri yang baik
42
Perhatian kecil
43
Rencana Karina
44
Kecewa
45
Menggoda
46
Menyesal
47
Primadona baru
48
Seperti sugar baby
49
Nyinyir
50
Jeritan tengah malam
51
Scandal
52
Sidang
53
Keputusan
54
Nakal
55
Cemas
56
Cucu?
57
Dia Suamiku.
58
Stay with me
59
Jahat!
60
Sabun
61
Lapar
62
Memilih
63
Kenapa aku?
64
Panggilan baru
65
Ada aku
66
Drama Helena
67
Menyenangkan suami
68
Kunjungan mertua
69
Kostum
70
Janji
71
Masa lalu Karina
72
Monyet
73
Jus
74
Merajuk
75
Es campur
76
Berat
77
Rencana Helena 1
78
Sakit
79
Koma
80
Menghukum
81
Firasat
82
Ke rumah sakit
83
Kita lalui bersama
84
Kita bersaudara
85
Bertemu
86
Masa lalu
87
Menjenguk Berto
88
Mertua
89
Kepergok Mertua
90
Garis takdir
91
Gelisah.
92
Ke Jakarta.
93
I need you
94
I love you
95
With you
96
Bertahan
97
Saatnya
98
Bucin
99
Pembalasan Mirah
100
Operasi
101
Janji
102
Selamat malam Zack
103
Pandangan yang manis
104
Menjadi biksu
105
Curhatan Naoki
106
Bertemu zoe
107
Pulang
108
Daddy siaga
109
Bayi besar
110
Merasa aneh
111
Tangisan memilukan
112
Karina
113
Memulai
114
Aku juga mau
115
Curhatan ipar
116
Bertanya
117
Rencana
118
Rencana 2
119
Perjuangan Eldric
120
Kebun stroberi
121
Mengunjungi zack
122
Negosiasi
123
Kisah cinta Joe
124
Datang
125
Pengorbanan cinta 1
126
Pengorbanan cinta 2
127
Joe & Levina
128
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!