Air Mata Ayanda
Ayanda Rashani
Seorang istri yang kuat, selalu memperjuangkan keutuhan rumah tangganya demi anak semata wayangnya meskipun nantinya banyak yang harus ia korbankan.
Rion Juanda
Seorang suami dan laki laki yang berkharisma memiliki beberapa usaha di bidang kuliner, dengan ketampanannya tidak salah juga dia memiliki banyak mantan pacar dan penggemar.
Elthasya Afani
Gadis ABG yang cantik dan imut wajahnya mirip sekali dengan mamahnya Ayanda Rashani, karena saking miripnya Echa (nama panggilannya) setiap hari selalu tidak akur dengan mamahnya, selalu membuat mamahnya darah tinggi dan ngomel-ngomel karena sikap anak semata wayangnya itu.
"Mahh!" teriak Echa di kamarnya.
"Apa sih pagi-pagi udah teriak-teriak aja," jawab Ayanda sambil menghampiri Echa di kamarnya.
"Mah, baju Echa dimana? Udah siang ini ntar Echa telat."
"Itu kan di .... "
"Yank!" panggil Rion.
"Astaghfirullah, ada apa sih yank?" timpal Ayanda sambil berjalan ke kamar mereka.
"Mah, baju aku dimana?" tanya Echa lagi.
"Itu di atas tempat tidur kamu dek, carinya pake mata jangan pake mulut," sahut Ayanda sedikit berteriak kepada Echa karena kesal.
Di kamar utama.
"Kenapa lagi?" tanyanya sambil menyilangkan tangan di atas dada sambil memandang ke arah suaminya.
"Baju aku dimana yank?"
"Anak sama bapak sebelas dua belas, itu apa di atas tempat tidur? Kalo jarum mah udah nyolok mata itu," balas Ayanda sambil ngedumel di depan suaminya.
"Ya aku kan gak liat yank, makanya aku nanya kamu," Rion menarik tangan Ayanda mendekat ke arahnya.
"Itu bukan nanya tapi teriak, bisa gak sih bedain? Lama-lama darah tinggi ini aku ngadepin tingkah kamu sama anak kamu," seru Ayanda kepada Rion.
"Iya maaf-maaf," Mengecup pipi kanan Ayanda.
"Apaan sih kamu, udah cepet kamu pake baju terus kita sarapan udah siang ini," kata Ayanda. Ia hendak keluar kamar, namun tangannya kembali di tarik Rion "cium dulu!" Sambil menunjuk bibirnya.
"Apaan sih? Udah cepetan pake baju kamu kasian Echa udah nungguin," timpalnya lagi. Sebenarnya Ayanda tau kalo Rion sedang menagih morning kiss karena pagi ini Ayanda bangun lebih awal dari Rion, dan biasanya Rion yang duluan memberikan morning kiss ketika Ayanda belum bangun.
Di ruang makan.
"Ayah, Mamah, cepetan donk Echa udah mau telat," teriak anak semata wayangnya.
Di kamar utama.
"Tuh kan, apa aku bilang udah cepetan sebelum si Tarzan kecil teriak lagi," ucapny dan berlalu meninggalkan Rion sambil tertawa.
Ya begitulah kehidupan rumah tangga Rion dan Ayanda setiap harinya, dipenuhi teriakan-teriakan dari anak semata wayangnya yang super duper ngeselin kalo kata mamahnya mah.
Di depan pintu rumah.
"Mah, Echa berangkat dulu ya," pamitnya seraya mencium tangan sang mamah dan memeluknya.
"Iya belajar yang bener kamu dek," ujar sang mamah. Echa pun berangkat ke sekolah diantar supir pribadi Ayanda yang khusus mengantarkan kemana pun ia pergi, karena Rion tidak mengizinkannya membawa mobil sendiri dengan alasan takut terjadi apa-apa dengan istrinya.
Setelah Echa berangkat sekolah sekarang giliran Rion yang hendak berangkat.
"Yank, aku berangkat ya," sambil mengecup kening Ayanda.
"Iya, hati hati jangan lupa makan," ucap Ayanda sambil memeluk Rion.
"Iya sayang," jawabnya seraya mengelus rambut Ayanda.
"Oiya kayanya nanti aku pulang malam ya yank, soalnya banyak urusan yang harus selesaikan, terus banyak yang minta ketemuan buat bekerja sama dengan usaha kita," katanya lagi sambil menatap Ayanda.
"Iya gak apa-apa yank, kerja keras kita selama 5 tahun ini Alhamdulillah membuahkan hasil seperti sekarang ini," ujar Ayanda sambil tersenyum.
Rion pun melepaskan pelukannya dan masuk ke dalam mobilnya dan langsung melajukan mobilnya untuk pergi ke kantor pusat.
*****
#flashback on tentang Ayanda Rashani.
Sebelum usahanya maju seperti ini Ayanda dan Rion bukanlah siapa-siapa, Ayanda adalah anak pertama dari seorang buruh pabrik dan ia memiliki seorang adik perempuan yang usianya berjarak 11 tahun dari dirinya. Ya, mungkin namanya anak sulung jadi harus bisa mandiri dari kecil, karena Ayanda adalah wanita yang pintar, tidak banyak bicara dan semua masalah apapun selalu ia pendam sendiri. Akan tetapi, ia selalu dibedakan dengan adiknya, adiknya selalu menjadi prioritas sedangkan Ayanda hanya di anak tirikan. Meskipun begitu, Ayanda tetap berusaha tidak iri terhadap Zia (adiknya) karena selagi ia mampu membeli apapun yang diinginkannya dengan usaha sendiri itu sudah sangat cukup bagi Ayanda. Ia merupakan anak yang benar benar mandiri dan kuat tapi sebenarnya hatinya sangat rapuh.
Hingga pada satu hari ada kejadian dimana Ayanda benar benar kesal dan muak dengan semuanya, adiknya selalu mengadu kepada ibunya tentang Ayanda yang selalu menyuruh nyuruh dirinya. Kenyataannya tidak begitu, ia hanya mengajarkan kepada adiknya agar tidak selalu mengandalkan ibu dalam urusan rumah dan seharusnya adiknya lah yang membantu ibu di rumah.
Di rumah Ayanda.
"Ay, kamu kenapa nyuruh nyuruh Zia nyuci baju? Ibu aja gak pernah nyuruh adikmu kenapa kamu berani sekali menyuruhnya?" tanya ibu.
"Bu, Aya cuma mengajarkan kepada Zia agar tidak selalu merepotkan Ibu, ibu kan udah tua udah harusnya Ibu istirahat gak usah terlalu capek." jawabnya lembut.
"Ibu gak terima kamu nyuruh nyuruh adikmu apa pun, dia itu anaknya gampang sakit, nanti kalo kecapean siapa yang mau bantu pengobatan adik kamu, ibu juga yang repot." Semprot Ibu kepada Ayanda.
"Aya hanya kasihan kepada ibu, ibu memiliki anak gadis tapi tidak bisa membantu ibu apa-apa meskipun itu hanya pekerjaan rumah, mau sampai kapan Ibu memanjakan Zia? Zia udah dewasa Bu," jawab Ayanda.
Ibu mengangkat tangannya menampar Ayanda.
Plak!
"Sudah berani kamu ya menasihati Ibumu sendiri, setelah kamu menikah dengan Rion kamu semakin kurang ajar pada Ibu dan adik kamu," teriak Ibu kepada Ayanda.
Ayanda memegang pipinya yang terkena tamparan Ibu sambil menangis.
"Segitu hinanya Bu nasehat Aya untuk adik Aya sendiri, sampe Ibu murka seperti ini," sahutnya sambil menahan tangisnya.
"Selama ini Ibu dan Bapak mendidik Aya menjadi anak yang mandiri, apa pun yang Aya ingini harus melalui kerja keras dulu. Sampai detik ini Aya masih memakai teori itu sampai Aya bisa berdiri seperti ini diatas kaki Aya sendiri. Sebenarnya selama ini ada sedikit rasa sedih dan kecewa di hati Aya bu, Ibu selalu membeda bedakan Aya dan memperlakukan Aya tidak adil dengan Zia, Ibu selalu memberikan alasan karena Zia anaknya diam, takutnya Zia kenapa-kenapa kalo kemauannya tidak dituruti. Selama ini juga Aya diam kalo ingin apa apa karena Aya tidak mau merepotkan Ibu dan Bapak, karena bagi Aya selagi Aya masih bisa usaha pasti Aya bisa membeli apa yang Aya ingini," jawab Ayanda sambil terus terisak dan langsung meninggalkan Ibunya yang sedang mematung mendengarkan isi hati anak sulungnya selama ini terpendam. Ternyata banyak yang Ayanda pendam sendiri selama ini.
Aya pergi ke satu tempat dimana ia bisa menenangkan hati dan pikirannya.
*****
Happy reading,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Umi Salamah
haiii Thor salam kenal 👋☺️
2022-12-13
0
Andrean Brima
ko' nama panggilan sama dgn adik ipar aku Aya, tp nama lengkapnya aja yg beda adik ipar aku nama lengkapnya Suayah, tp keponakannya namanya Hani, gk tau nama lengkapnya siapa...😊😊😊
2021-10-12
0
Novie Gwen Naura
sebelum BCA apa td yg tersakiti mampir disini dlw ja biar tau alurnya dr awal...
2021-10-11
0