Ayanda Rashani
Seorang istri yang kuat, selalu memperjuangkan keutuhan rumah tangganya demi anak semata wayangnya meskipun nantinya banyak yang harus ia korbankan.
Rion Juanda
Seorang suami dan laki laki yang berkharisma memiliki beberapa usaha di bidang kuliner, dengan ketampanannya tidak salah juga dia memiliki banyak mantan pacar dan penggemar.
Elthasya Afani
Gadis ABG yang cantik dan imut wajahnya mirip sekali dengan mamahnya Ayanda Rashani, karena saking miripnya Echa (nama panggilannya) setiap hari selalu tidak akur dengan mamahnya, selalu membuat mamahnya darah tinggi dan ngomel-ngomel karena sikap anak semata wayangnya itu.
"Mahh!" teriak Echa di kamarnya.
"Apa sih pagi-pagi udah teriak-teriak aja," jawab Ayanda sambil menghampiri Echa di kamarnya.
"Mah, baju Echa dimana? Udah siang ini ntar Echa telat."
"Itu kan di .... "
"Yank!" panggil Rion.
"Astaghfirullah, ada apa sih yank?" timpal Ayanda sambil berjalan ke kamar mereka.
"Mah, baju aku dimana?" tanya Echa lagi.
"Itu di atas tempat tidur kamu dek, carinya pake mata jangan pake mulut," sahut Ayanda sedikit berteriak kepada Echa karena kesal.
Di kamar utama.
"Kenapa lagi?" tanyanya sambil menyilangkan tangan di atas dada sambil memandang ke arah suaminya.
"Baju aku dimana yank?"
"Anak sama bapak sebelas dua belas, itu apa di atas tempat tidur? Kalo jarum mah udah nyolok mata itu," balas Ayanda sambil ngedumel di depan suaminya.
"Ya aku kan gak liat yank, makanya aku nanya kamu," Rion menarik tangan Ayanda mendekat ke arahnya.
"Itu bukan nanya tapi teriak, bisa gak sih bedain? Lama-lama darah tinggi ini aku ngadepin tingkah kamu sama anak kamu," seru Ayanda kepada Rion.
"Iya maaf-maaf," Mengecup pipi kanan Ayanda.
"Apaan sih kamu, udah cepet kamu pake baju terus kita sarapan udah siang ini," kata Ayanda. Ia hendak keluar kamar, namun tangannya kembali di tarik Rion "cium dulu!" Sambil menunjuk bibirnya.
"Apaan sih? Udah cepetan pake baju kamu kasian Echa udah nungguin," timpalnya lagi. Sebenarnya Ayanda tau kalo Rion sedang menagih morning kiss karena pagi ini Ayanda bangun lebih awal dari Rion, dan biasanya Rion yang duluan memberikan morning kiss ketika Ayanda belum bangun.
Di ruang makan.
"Ayah, Mamah, cepetan donk Echa udah mau telat," teriak anak semata wayangnya.
Di kamar utama.
"Tuh kan, apa aku bilang udah cepetan sebelum si Tarzan kecil teriak lagi," ucapny dan berlalu meninggalkan Rion sambil tertawa.
Ya begitulah kehidupan rumah tangga Rion dan Ayanda setiap harinya, dipenuhi teriakan-teriakan dari anak semata wayangnya yang super duper ngeselin kalo kata mamahnya mah.
Di depan pintu rumah.
"Mah, Echa berangkat dulu ya," pamitnya seraya mencium tangan sang mamah dan memeluknya.
"Iya belajar yang bener kamu dek," ujar sang mamah. Echa pun berangkat ke sekolah diantar supir pribadi Ayanda yang khusus mengantarkan kemana pun ia pergi, karena Rion tidak mengizinkannya membawa mobil sendiri dengan alasan takut terjadi apa-apa dengan istrinya.
Setelah Echa berangkat sekolah sekarang giliran Rion yang hendak berangkat.
"Yank, aku berangkat ya," sambil mengecup kening Ayanda.
"Iya, hati hati jangan lupa makan," ucap Ayanda sambil memeluk Rion.
"Iya sayang," jawabnya seraya mengelus rambut Ayanda.
"Oiya kayanya nanti aku pulang malam ya yank, soalnya banyak urusan yang harus selesaikan, terus banyak yang minta ketemuan buat bekerja sama dengan usaha kita," katanya lagi sambil menatap Ayanda.
"Iya gak apa-apa yank, kerja keras kita selama 5 tahun ini Alhamdulillah membuahkan hasil seperti sekarang ini," ujar Ayanda sambil tersenyum.
Rion pun melepaskan pelukannya dan masuk ke dalam mobilnya dan langsung melajukan mobilnya untuk pergi ke kantor pusat.
*****
#flashback on tentang Ayanda Rashani.
Sebelum usahanya maju seperti ini Ayanda dan Rion bukanlah siapa-siapa, Ayanda adalah anak pertama dari seorang buruh pabrik dan ia memiliki seorang adik perempuan yang usianya berjarak 11 tahun dari dirinya. Ya, mungkin namanya anak sulung jadi harus bisa mandiri dari kecil, karena Ayanda adalah wanita yang pintar, tidak banyak bicara dan semua masalah apapun selalu ia pendam sendiri. Akan tetapi, ia selalu dibedakan dengan adiknya, adiknya selalu menjadi prioritas sedangkan Ayanda hanya di anak tirikan. Meskipun begitu, Ayanda tetap berusaha tidak iri terhadap Zia (adiknya) karena selagi ia mampu membeli apapun yang diinginkannya dengan usaha sendiri itu sudah sangat cukup bagi Ayanda. Ia merupakan anak yang benar benar mandiri dan kuat tapi sebenarnya hatinya sangat rapuh.
Hingga pada satu hari ada kejadian dimana Ayanda benar benar kesal dan muak dengan semuanya, adiknya selalu mengadu kepada ibunya tentang Ayanda yang selalu menyuruh nyuruh dirinya. Kenyataannya tidak begitu, ia hanya mengajarkan kepada adiknya agar tidak selalu mengandalkan ibu dalam urusan rumah dan seharusnya adiknya lah yang membantu ibu di rumah.
Di rumah Ayanda.
"Ay, kamu kenapa nyuruh nyuruh Zia nyuci baju? Ibu aja gak pernah nyuruh adikmu kenapa kamu berani sekali menyuruhnya?" tanya ibu.
"Bu, Aya cuma mengajarkan kepada Zia agar tidak selalu merepotkan Ibu, ibu kan udah tua udah harusnya Ibu istirahat gak usah terlalu capek." jawabnya lembut.
"Ibu gak terima kamu nyuruh nyuruh adikmu apa pun, dia itu anaknya gampang sakit, nanti kalo kecapean siapa yang mau bantu pengobatan adik kamu, ibu juga yang repot." Semprot Ibu kepada Ayanda.
"Aya hanya kasihan kepada ibu, ibu memiliki anak gadis tapi tidak bisa membantu ibu apa-apa meskipun itu hanya pekerjaan rumah, mau sampai kapan Ibu memanjakan Zia? Zia udah dewasa Bu," jawab Ayanda.
Ibu mengangkat tangannya menampar Ayanda.
Plak!
"Sudah berani kamu ya menasihati Ibumu sendiri, setelah kamu menikah dengan Rion kamu semakin kurang ajar pada Ibu dan adik kamu," teriak Ibu kepada Ayanda.
Ayanda memegang pipinya yang terkena tamparan Ibu sambil menangis.
"Segitu hinanya Bu nasehat Aya untuk adik Aya sendiri, sampe Ibu murka seperti ini," sahutnya sambil menahan tangisnya.
"Selama ini Ibu dan Bapak mendidik Aya menjadi anak yang mandiri, apa pun yang Aya ingini harus melalui kerja keras dulu. Sampai detik ini Aya masih memakai teori itu sampai Aya bisa berdiri seperti ini diatas kaki Aya sendiri. Sebenarnya selama ini ada sedikit rasa sedih dan kecewa di hati Aya bu, Ibu selalu membeda bedakan Aya dan memperlakukan Aya tidak adil dengan Zia, Ibu selalu memberikan alasan karena Zia anaknya diam, takutnya Zia kenapa-kenapa kalo kemauannya tidak dituruti. Selama ini juga Aya diam kalo ingin apa apa karena Aya tidak mau merepotkan Ibu dan Bapak, karena bagi Aya selagi Aya masih bisa usaha pasti Aya bisa membeli apa yang Aya ingini," jawab Ayanda sambil terus terisak dan langsung meninggalkan Ibunya yang sedang mematung mendengarkan isi hati anak sulungnya selama ini terpendam. Ternyata banyak yang Ayanda pendam sendiri selama ini.
Aya pergi ke satu tempat dimana ia bisa menenangkan hati dan pikirannya.
*****
Happy reading,,
Di sinilah sekarang Ayanda berada di taman terbuka, di tempat inilah Ayanda selalu menghabiskan kesedihannya yang selama ini ia pendam sendiri, tempat inilah yang menjadi saksi akan kerapuhan seorang Ayanda.
Ayanda duduk seorang diri di sebuah kursi taman dengan menundukkan kepalanya sangat dalam, dari belakang terlihat jika punggungnya bergetar karena isak tangisnya. Tak terasa sudah setengah jam ia berada di taman menghabiskan kesedihannya sendiri. Tiba tiba ponsel Ayanda berdering tanda ada chat yang masuk.
Suamiku : Yank, kamu dimana? Aku udah di rumah tapi kami gak ada.
Me : Aku lagi di taman.
Suamiku : Ada apa yank?
Suamiku : Kamu kenapa yank?
Tidak ada jawaban dari Ayanda.
Rion sangat tau sekarang Ayanda sedang dalam kondisi tidak baik, karena Rion hafal taman adalah tempat Ayanda menumpahkan segala kesedihannya dalam kesendirian. Tidak berfikir panjang lagi Rion langsung melajukan motornya ke taman terbuka .
Sesampainya di taman, Rion tampak mencari Ayanda. Karena keadaan tidak terlalu ramai dan bukan weekend jadi Rion tidak terlalu kesulitan untuk mencari Ayanda.
Rion menyusuri jalan di taman, ia berhenti ketika melihat seorang wanita sedang duduk di kursi taman dalam keadaan menunduk dalam dan terlihat punggungnya bergetar. Rion sangat merasakan kesedihan yang ada pada wanita yang sangat ia cintai itu. Walaupun ia tidak tau apa masalahnya.
Rion menghampiri Ayanda duduk disampingnya dan langsung memeluknya. Membaringkan kepala Ayanda di dadanya, dada Rion mulai terasa basah karena air mata istrinya. Rion membiarkannya larut dalam kesedihan yang ia rasakan dalam dekapannya. Ayanda membalas pelukan Rion dengan sangat erat dan Rion pun tau Ayanda sedang mencoba menyalurkan kesedihannya.
Selang 15 menit, Ayanda pun mulai mengendorkan pelukannya dan berarti ia sudah mulai sedikit tenang. Rion menatap Ayanda dalam dan menghapus air matanya yang jatuh di pipi chubbynya.
"Ada apa yank?" tanyanya lembut.
Seketika Ayanda menundukkan kepalanya lagi, dan Rion pun langsung memegang erat tangan istrinya.
"Cerita sama aku yank, aku tau kamu lagi gak baik baik aja," ucap Rion kembali.
Ayanda hanya terdiam, dan bulir air matanya jatuh lagi. Dengan cepat Rion langsung memeluknya dan mengecup ujung kepala Ayanda.
"Ibu yank," ucapnya dalam tangisnya.
"Kenapa dengan Ibu?" tanya Rion tanpa melepaskan Ayanda dipelukannya.
Ayanda pun akhirnya menceritakan semuanya kepada Rion dengan masih terisak. Ia hanya mengambil nafas panjang dan mengelus punggung dan juga mengecup ujung kepala Ayanda.
Ia pun perlahan lahan melepaskan pelukan Ayanda lalu mencium kening Ayanda sangat dalam.
"Yank, kamu cukup temenin aku untuk meraih mimpi kita. Ketika mimpi kita terwujud aku janji aku akan bawa kamu pergi jauh dari sini," ijarnya dan menatap wajah Ayanda dan mengecup kening sang istri.
"Aku akan temenin kamu sampai sukses nanti," sambil memeluk erat suaminya. Mulai saat ini Ayanda sadar bahwa tidak ada lagi tempat untuknya bersandar dan mengadu kecuali kepada dirinya sendiri dan juga suaminya.
Mereka pun terus berpelukan sambil menikmati suasana hening dan damainya taman terbuka.
Waktu menunjukkan pukul 23.00 wib, akhirnya Rion dan Ayanda pun memutuskan untuk pulang. Udara malam tidak baik untuk kesehatan mereka.
Sesampainya di rumah, Rion membaringkan tubuh Ayanda di tempat tidur karena tubuhnya yang sudah terlihat lelah karena menangis.
"Jangan pernah menangis lagi ya yank, aku sangat sedih melihat kamu menangis kayak tadi," kata Rion
Lalu ia mencium lembut kening istrinya. Ayanda hanya mengangguk pelan.
#flashback off
*****
Ketika anak dan suaminya pergi sekolah dan kerja disinilah Ayanda berada. Di kamar atas tempat ia menyelesaikan pekerjaannya.
Walaupun di rumah, Ayanda bisa menghasilkan uang dari hasil jualan online dan juga ia mengurus beberapa usaha yang diserahkan Rion kepadanya. Hanya dengan mengecek secara online, tidak perlu repot-repot datang ke tempat usahanya karena Rion ingin ketika pergi dan pulang kerja istrinya menyambutnya.
Tok tok tok
"Iya mbak, ada apa? Masuk aja," jawab Ayanda dari dalam kamar atas.
Mbak Ina pun masuk ke dalam ruangan majikannya.
"Ibu mau dibuatin kopi?" tanya Mbak Ina.
"Boleh mbak, langsung bawa sini aja ya soalnya banyak yang harus saya urus," sahutnya.
"Baik bu," Mbak Ina pun langsung turun menuju dapur untuk membuatkan kopi majikannya.
Ayanda sedang sibuk dengan segala urusan usahanya tiba tiba hp pribadinya berdering. Dilihat Id nya Maya.
Ayanda : Ada apa May?
Maya : Kangen lu nyongg.
Ayanda : Ya udah sih lu kesini aja.
Maya : Boleh nih gua ke rumah lu.
Ayanda : Ya bolehlah , kapan juga sih gua ngelarang, tapi ntar ya agak sorean lu kesini ya soalnya gua masih beresin kerjaan gua dulu nih.
Maya : Yaelah udah jadi ibu boss juga masih aja lu kerja, jadi ibu boss mah kerjaannya ngabisin duit nyong jangan kerja mulu, lama lama bulukan lu di rumah mulu.
Ayanda : Ngomong lagi, pala lu ntar gua seleding nih, lu kira nyari duit gampang apa? Nyarinya setengah mati ngabisinnya setengah sadar. Apalagi kalo belanja sama temen modelan kayak lu, pulang-pulang dompet gua tinggal laler doank isinya.
Maya : Hahahaaa, lu kagak berubah ya Ay, tetep aja galak.
Ayanda : Gimana gua gak galak coba punya temen sengklek kayak lu, udahan dulu ya gua masih banyak kerjaan yang belum kelar nih.
Maya : Iya iya ibu boss garang, ya udah gua tutup ya ntar sorean gua ke rumah lu, bye.
Panggilan pun berakhir.
Ayanda dan Maya itu berteman dari anak anak mereka SD, dari pertemanan wali murid sampe sekarang ini udah hampir 7 tahun.
Maya adalah sosok wanita yang rapuh, ketika dia terjatuh dirinya diselamatkan oleh Ayanda. Hingga Maya sukses seperti sekarang ini karena ada sedikit jasa licik Ayanda. Makanya, Maya akan selalu jadi orang pertama yang akan menolong Ayanda di situasi sulit. Ayanda pun sama, Ayanda merasa nyaman berada di dekat Maya meskipun umur mereka cukup jauh, tapi Ayanda yang selalu menempatkan diri untuk menjadi teman seumuran. Mungkin bagi sebagian orang itu gam sopan bilang gua-lu ke orang yang lebih tua, tapi itulah pertemanan Ayanda dan Maya seperti film kartun negeri sebrang Upin dan Ipin. Dimana ada si Ayanda pasti ada si Maya.
Waktu seakan cepat berputar, jam sudah menunjukkan pukul 15.25 wib. Ayanda tak sadar akan hal itu. Karena jika sudah menyangkut pekerjaan Ayanda lupa segalanya. Inilah yang membuat Rion kadang marah kepadanya karena selalu melupakan dan melewatkan jam makan siang. Seperti sekarang ini.
Hp bergetar.
Suamiku : Yank, udah makan blm?
Me : Belum sempet aku yank, masih banyak yang diurus.
Suamiku : Kan aku udah bilang sesibuk apapun kamu kerja jangan lupa marah. (sedikit emosi)
Me : Iya sayang, nanti aku makan ya.
Suamiku : Klo kamu begitu terus semuanya aku handle, kamu gak usah ngurusin usaha kita. Cukup jadi istri dan ibu yang baik aja buat aku dan Echa.
Me : Iya sayang iya, maaf ya, love you.
"Ngomel Mulu tiap hari, bawel banget sih jadi laki," gumamnya.
*****
Happy reading,,
"Assalamualaikum,," ucap Maya
"Waalaikum salam,," jawab mbak Ina sambil membukakan pintu.
"Mbak, Ayanda ada?" tanya Maya pada mbak Ina.
"Ada Bu, silahkan duduk saya panggilkan Bu Ayanda dulu," jawab mbak Ina. Ia naik ke lantai atas untuk memanggil majikannya.
Mbak Ina pun mengetuk pintu,
"Iya ada apa?" sahut Ayanda dari dalam kamar atas.
"Ada Bu Maya di bawah," kata mbak Ina.
"Ya udah saya sebentar lagi turun ke bawah ya mbak, buatin minum aja buat Maya," jawab Ayanda.
"Baik bu," Mbak Ina langsung ke lantai bawah untuk menyiapkan minuman buat teman majikannya itu.
Di ruang Tamu.
"Lu udah lama May?" tanya Ayanda.
"Dari tadi, udah beruban nih rambut gua saking lamanya gua nungguin lu," kelakarnya pada Ayanda.
"Hahahaaa, bisa aja lu," balas Ayanda.
"Ay, bosen nih gua shoping yuk sesekali lah keluar rumah biar kagak tua sebelum waktunya nih gua," ungkap Maya.
"Gua sih mau aja tapi izin laki gua dulu lah, kan lu tau Rion kaya gimana? Malah tadi aja udah ngancem gua karena gua telat makan," ujarnya.
"Ya lu sih senang banget bikin laki lu marah, sampe makan aja dilupain. Yang perlu lu lupain itu cukup HUTANG biar lu gak puyeng," canda Maya gak jelas.
"Serah lu lah, suka suka lu aja," sahut acuh Ayanda.
Di pintu depan
"Assalamualaikum," teriak Echa.
"Waalaikum salam," jawab Ayanda dan Maya.
"Eh ada Tante Maya," ujar Echa sambil mencium tangan Mamahnya dan Maya.
"Deska udah pulang donk ya kalo kamu udah pulang mah," tanya Maya.
"Udahlah Tante kan aku sama anak Tante satu sekolah, gimana sih?" jawab Echa.
"Udah kamu bersih-bersih badan dulu sana ke kamar, terus makan," kata sang mamah.
"Iya mah," balas Echa, langsung berlalu meninggalkan Maya dan Aya.
"Echa!" panggil Maya.
"Ada apa Tante?" sahut Echa malas
"Emang kamu gak mau punya adek?" tanya Maya.
"Gak penting," gumam Echa.
"Tanya aja sama mamah dan ayah kenapa Echa gak boleh punya adek," tutur Echa sambil jalan menjauh dari Ayanda dan Maya.
Maya melirik ke arah Ayanda, matanya terlihat menginginkan penjelasan. Ayanda menarik nafas panjang.
"Lu kan udah tau cerita gua nyong, masa iya kudu gua ungkit lagi," ungkapnya lirih.
"Iya iya gua tau, udah jangan dibahas lagi," jelas Maya sambil memegang tangan Ayanda. Tiba tiba terdengar suara mobil di depan rumah.
"Assalamualaikum," ucap Rion
"Waalaikum salam," jawab Ayanda dan Maya.
Ayanda terlihat bingung karena suaminya masih siang begini sudah pulang.
"Katanya pulang malam yank," ucap Ayanda sambil menghampiri Rion dan memeluknya. Rion pun langsung mencium kening Ayanda.
"Woy ada gua kali,mesranya nanti aja di kamar," sindir Maya.
Rion dan Ayanda pun tertawa.
"Kerjaan aku udah beres yank makanya aku pulang cepet, pertemuannya ditunda besok," kata Rion. Merengkuh pinggang Ayanda sambil berjalan menuju sofa dimana Maya duduk.
"oh," jawabnya singkat.
"Om besok saya culik istrinya buat shoping ya, kasian tau istri Om cantik cantik tapi udah menua sebelum waktunya," ujar Maya.
"Ya udah aku izinin, tapi tetep diantar Pak Mat ya yank," tukas Rion sambil menatap Ayanda.
"Iya sayangku," sambil memeluk erat pinggang Rion.
ciihhh, gumam Maya melihat adegan di depannya.
Melihat Ayanda dan Rion saling bermesraan membuat Maya risih sendiri. "mending gua pulang daripada jadi laler disini," ucapnya.
"Loh kok buru buru Mbak May, baru aja datang," jawab Rion sambil senyum sinis dan mengusir Maya secara tidak langsung.
"Tau May, baru aja ngobrol sebentar juga kita katanya lu kangen," balas Ayanda.
Lu beg* apa oon sih Ay, laki lu ngomong begitu itu artinya dia ngusir gua, pinter dikit napah Ay, batin Maya.
"Udah sore juga gua balik ya, oiya Om inget ya besok saya sama Ayanda mau shoping awas kalo Om batalin," ucap Maya sambil melirik Rion sinis.
"Hmmm," jawabnya.
"Udah kayak Nissa Sabyan aja laki lu Ay, hum ham hem hem aja," sindir Maya yang disambut gelak tawa Ayanda dan Rion.
"Gua pamit ya Ay, sampe ketemu besok. Kita happy happy kita nyari brondong Ay," teriak Maya sambil mengambil langkah seribu karena takut di tabok Rion.
"Jadi kamu mau nyari brondong besok bukan shoping," tanya Rion.
"Ha?" jawab Ayanda bingung.
"Kamu gak denger itu Maya ngomong apa tadi, gak bakal aku izinin kamu keluar apalagi udah punya niatan kayak gitu," ujar Rion lagi.
"Ya ampun yank, cemburunya kok gak ilang ilang sih udah punya perawan juga," sahut Ayanda sambil geleng-geleng.
"Aku itu diajak shoping sama Maya mungkin juga sambil ke salon buat memanjakan diri aku yank, lagian kan aku udah lama gak keluar rumah, boleh ya yank," pinta Ayanda sambil menunjukkan puppy eyes.
"Iya iya boleh, tapi harus sama pak Mat ya gak boleh sendirian," tukasnya sambil meletakkan telunjuknya di kening Aya.
"Makasih sayangku," sambil memeluk Rion dan menelusup kan kepalanya di dada Rion.
Bruk!
Suara seseorang menjatuhkan badan ke sofa.
"Udah tua gak usah mesra mesraan terus, gak malu apa sama umur?" cela Echa si tarzan kecil.
"Kamu mah dek, sirik aja sih kalo Ayah lagi berduaan sama mamah," balas Rion sambil melepaskan pelukannya terhadap Ayanda.
"Siapa yang sirik sih Yah, Echa cuma malu ngeliatnya. Ayah dan mamah gak sadar apa mata suci Echa ternodai sama kelakuan kalian," kata Echa sambil makan cemilan.
Ayanda dan Rion pun tertawa melihat tingkah anak gadisnya itu. Kadang memang benar yang dikatakan anak gadisnya itu, Ayanda dan Rion tidak melihat tempat kalo sedang bermesraan.
"Ayah, Echa pengen booba dong." Rengek Echa sambil tiduran di sofa dan memainkan hp.
"Pesen online aja sih dek, ayah kamu tuh masih cape baru pulang kerja," sahut sang mamah.
"Ck, apa sih mah Echa kan ngomongnya ke ayah bukan ke mamah jangan ikut-ikutan deh," ucapnya sewot.
"Urusin tuh anak kamu, gimana tiap hari aku gak teriak-teriak kalo kelakuan anak kamu begitu, bisa mati berdiri aku yank," serunya pada Rion dengan nada naik satu oktaf dan beranjak pergi meninggalkan Rion dan Echa.
Rion dan Echa pun tertawa mendengar omelan Ayanda.
"Kamu bisa gak sih dek akur gitu sama mamah mu, apa kamu mau liat mamah mu mati berdiri?" tanya sang ayah pada Echa.
"Hahaha, kayak ada yang kurang gitu Yah kalo sehari aja gak bikin mamah kesel," balas Echa dengan senangnya seperti sedang mendapat mainan baru.
*****
Happy reading,,
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!