Di rumah.
Tiba tiba Ayanda merasakan perutnya yang begitu mual. Ayanda pun bergegas berlari ke kamar mandi memuntahkan semua isi perutnya.
"Huek,"
Setelah semua isi perutnya dikeluarkan, Ayanda pun keluar kamar mandi dengan keadaan muka kacau dan sangat pucat. Karena perut yang masih mual, Ayanda perlahan berjalan keluar kamarnya untuk memanggil Mbak Ina.
"Mbak Ina, mbak Ina," panggil Ayanda sambil berjalan ke arah dapur.
"Iya Bu, ada apa?" nawab Mbak Ina dengan cepat dan langsung menghampiri majikannya.
"Bikinin saya teh manis anget ya mbak," pinta Ayanda pelan karena sudah lemas.
Tiba-tiba pandangan Ayanda pun mulai kabur dan gelap.
Bruk!
"Ibu!" teriak mbak Ina.
****
"Ayah ada apa? Mamah kenapa?" tanya Echa sedikit panik.
"Kita pulang ya sekarang," jawab panik Rion.
Dan mereka pun langsung pergi tanpa menyapa atau pun say goodbye ke wanita itu.
Rion pun melajukan motornya dengan kecepatan cukup tinggi.
"Ayah pelan-pelan Echa takut," ujar Echa yang diselimuti rasa takut karena kelakuan ngebut ayahnya.
Rion pun tersadar, sekarang ini ia sedang membawa anak gadisnya bukan dalam keadaan sendiri. Akhirnya ia mulai mengurangi kecepatan motornya.
Di tempat jajanan masih mematung wanita cantik yang tadi menyapa Rion.
Ternyata Rion sudah menikah, kharismanya tetap gak berubah, batinnya, sambil tersenyum manis.
Sesampainya di rumah, Rion langsung berlari menghampiri Ayanda yang sedang terbaring lemas di sofa ditemani mbak Ina.
Ketika melihat kepanikan Rion mbak Ina pun langsung berdiri menjauhi Ayanda, membiarkan majikannya bersama suami dan anaknya.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Rion panik sambil memegang erat tangan Ayanda.
"Mamah!!" teriak Echa.
"Mamah kenapa? Jangan bikin Echa dan Ayah khawatir dong," seru Echa sambil menangis.
Ayanda pun tersenyum bahagia melihat suami dan anaknya yang sangat mencintainya. Ayanda mengusap lembut kepala Echa.
"Mamah gak apa-apa dek, mungkin mamah hanya kecapean aja," balasnya. Echa pun masih terisak sambil memandang wajah mamahnya yang pucat dan lemas.
"Sayang, kita ke rumah sakit ya sekarang. Aku takut banget kalo kamu sampe kenapa-kenapa," ucap Rion dengan nada sangat khawatir.
"Besok aja ya yank, ntar juga aku sembuh kok," balas Ayanda sambil tersenyum.
"Kali ini aja, kamu jangan nolak ya yank, karna Aku takut dan gak siap kalo harus kehilangan kamu," pinta Rion sambil memeluk istrinya.
Mbak Ina dan Pak Mat pun ikut terbawa dalam suasana haru di rumah ini.
Sungguh beruntungnya Bu Ayanda dapat suami Pak Rion yang tulus banget sayang sama Bu Ayanda, gumam Mbak Ina dalam hati.
Setelah Rion membujuknya, akhirnya Ayanda mau juga di bawa ke rumah sakit.
Selama perjalanan Rion selalu menggenggam tangan Ayanda dan memeluk tubuh lemas Ayanda, sesekali menciumi ujung kepala istrinya.
Pak Mat yang sesekali melirik ke arah suami-istri itu lewat spion depan ikut bahagia. Karena menurutnya Bu Ayanda yang beruntung mendapatkan Pak Rion.
Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Rion yang beruntung mendapatkan Ayanda, yang selalu setia mendampinginya di dalam keadaan apapun. Sampai mereka sukses seperti ini.
Lelaki hebat tercipta karena ada wanita hebat di sampingnya.
Sampai di rumah sakit pun Rion menjadi suami siaga yang menggendong tubuh Aya memasuki ruang IGD.
"Bapak silahkan tunggu di luar dulu ya, kami akan memeriksa istri bapak dulu," kata seorang perawat kepada Rion.
****
"Mbak, Mamah gak kenapa-kenapa kan?" tanya Echa pada Mbak Ina.
"Ngga non, mamah non baik-baik aja. Gak usah khawatir ya," jawab Mbak Ina sambil mengelus punggung Echa.
"Aku takut mbak, walaupun aku anak yang selalu bikin mamah kesel tapi aku sayang banget sama mamah. Apalagi tadi liat mamah yang begitu lemas," ungkap Echa sambil menangis.
"Non berdoa saja semoga mamah baik-baik saja," ujar mbak Ina sambil memeluk Echa.
Mbak Ina tau jika Echa itu anak yang unik, jika secara kasat mata ia hanya menunjukkan rasa sayangnya kepada ayahnya. Hanya dengan ayahnya ia berbicara dengan penuh sayang dan manja, sedangkan dengan mamahnya selalu saja berdebat tiada hentinya dan terkadang rumah ini seperti hutan karena teriakan ibu dan anak ini.
****
Dis inilah Ayanda sekarang, di ruang VVIP.
Rion masih terus menggenggam tangan Ayanda sambil menciuminya. Memandang wajah pucat Ayanda yang sedang tertidur.
Tak henti-hentinya Rion bersyukur sudah dipertemukan dengan bidadari tak bersayap seperti istrinya. Wanita yang akan jadi air jika Rion menjadi api. Wanita yang akan menghangatkan ketika aura kedinginan muncul.
"Yank," panggil sang istri. Rion pun tersadar dari lamunannya.
"Ada apa Sayang?" jawabnya sambil mencium tangan Ayanda.
"Aku haus," ujar Ayanda. Rion pun segera mengambilkan air minum dan membantu Ayanda untuk meminumnya.
"Yank, jangan buat aku khawatir kayak gini lagi ya," pinta Rion lirih sambil menatap sendu wajah Ayanda.
Ayanda menangkup wajah Rion dengan tangannya. Mengelus pipi Rion dengan lembut.
"Maaf, aku hanya gak mau buat kamu khawatir," sahut Ayanda pada Rion. Rion tau semua ini Ayanda lakukan karena ia adalah orang yang tidak ingin orang lain tau kerapuhan dirinya. Rion pun langsung memeluk tubuh Ayanda erat.
"Aku adalah suami yang tidak peka, yang tidak mengerti kondisi kamu Yank. Maafkan aku," ucap Rion lirih tanpa melepaskan pelukannya kepada Ayanda.
"Mulai hari ini kamu gak usah ngurus usaha kita yang kamu pegang, biar aku yang handle. Kamu cukup urus usaha online kamu aja dan diem di rumah gak boleh kecapean dan banyak pikiran," ujar Rion tanpa jeda.
"Terus kalo di rumah aku gak ada kerjaan donk, aku tuh bosen yank," rengek Ayanda seperti anak kecil.
"Pokonya gak ada bantahan dan penolakan," balas Rion tegas dan final.
"Oke kalau begitu, tiap hari aku akan pergi ke mall atau ke salon untuk cuci mata nyari yang bening-bening, ngabisin duit kamu happy happy, berangkat pagi pulang sore," cerocos Ayanda dengan rasa kesalnya.
Rion tersenyum tipis karena ocehan istrinya yang seperti anak kecil.
"Kamu boleh habisin uang aku sesuka hati kamu, yapi jangan pernah cari yang bening-bening. Aku tanpamu bagaikan sayur tanpa garam yank, anyep," timpal, Rion dengan gombalan recehnya.
****
Di sekolah Echa terlihat lemas dan lesu.
Bruk!
Suara meja dipukul,
"Pagi pagi lemes amat neng, kurang vitamin," ejek Sasa.
"Gak semangat gua, emak gua masuk rumah sakit." jawab Echa lesu sambil membaringkan kepalanya di meja.
"Emak lu sakit?" tanya Mima.
"Eh Rodiah, kalo emak gua masuk rumah sakit pasti sakitlah. Mecuali emak gua masuk rumah makan berarti emak gua laper," balasnya dengan nada nyolot ke Mima.
"Set dah pedes amat tuh mulut, level berapa sih mulut lu?" tanya Mima dengan emosi menggeb-gebu.
*****
Happy reading,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Zhree
aku nyicil 5 like dulu ya thor. mari mampir dan like balik kaka..
2020-07-30
0
akun nonaktifkan
Hai Thor, aku pengunjung baru 😁
aku cuma kasih 5 like dulu ya, kalau mau bomlike sampai habis bab, jangan lupa mampir karyaku🙏🏻
Mampir karyaku sekalian like backnya🥺
Pasti aku selalu mampir karyamu loh!😆
Tunggu aja!🙏🏻
2020-07-28
0
wike maliya
lanjuutkan tarian indahmu diatas keyboard
2020-07-23
0