Weekend adalah family time, waktunya bermalas-malasan ria dan berleha-leha manja. Sama halnya dengan Rion dan Ayanda.
Rion sedang berada di ruang keluarga sambil fokus ke tabletnya. Ayanda menghampirinya sambil membawakan secangkir kopi dan cemilan.
"Kopinya Yank."
"Makasih sayang," jawabnya dan tetap fokus ke tabletnya.
Ayanda pun duduk di samping suaminya sambil merangkulkan lengannya ke lengan Rion. Dan kepalanya bersandar di bahu Rion.
Rion tersenyum melihat tingkah manja istrinya dan membiarkan istrinya. Karena jarang sekali Ayanda bersikap seperti ini. Rion kembali fokus ke pekerjaannya.
Tiga puluh menit berlalu, Rion pun sudah selesai dengan pekerjaannya dan istrinya masih tetap merangkulkan lengannya dan bersandar di bahunya. Rion pun mengecup ujung kepala istrinya.
"Sayang, ada apa?" tanya Rion dan mengelus rambut Ayanda.
"Biarkan seperti ini dulu, aku masih nyaman," jawabnya yang sedang memejamkan mata.
Rion tersenyum bahagia, selama menikah baru kali ini istrinya bersikap seperti ini.
Rion menarik tangan Ayanda agar memeluknya dan membenamkan wajahnya di dada Rion. Ayanda semakin mempererat pelukannya di pinggang Rion. Lima belas menit kemudian Ayanda mulai mengendurkan pelukannya.
"Kamu kenapa Sayang?" Sambil menarik dagu Ayanda.
"Gak apa-apa Yank," balasnya dengan tersenyum cantik.
"Senyum kamu ini yang buat aku jadi manusia serakah."
"Kenapa? Ada yang salah dari senyum aku?" tanyanya bingung.
"Senyum kamu terlalu manis, jadi aku gak mau orang lain melihat manisnya senyumanmu ini. Cukup aku yg boleh melihat senyummu," ungkapnya dan mengecup singkat bibir Ayanda. Ayanda pun tersenyum dengan perlakuan manis Rion.
"Sekarang kamu siap-siap ya." ajak Rion.
"Mau kemana?"
"Nanti juga kamu tau," jawabnya dengan penuh teka-teki.
Ayanda pun menuruti perintah Rion. Setelah selesai bersiap mereka pun pergi.
Di dalam mobil.
"Sayang, kita mau kemana?" tanya Ayanda lagi.
"Ke suatu tempat yang pasti kamu suka."
"Iya kemana?"
Rion hanya menjawab dengan senyuman.
Kurang lebih 2 jam berkendara akhirnya mereka sampai di sebuah resort di salah satu pantai.
"Kita nginep?"
"Iya sayang, sambil honeymoon." jawabnya santai dan lppl 0angsung mendapat cubitan di pinggang dari Ayanda.
Setelah mengurus penginapan, mereka pun masuk ke kamar.
"Indahnya," takjubnya melihat pemandangan laut di jendela kamarnya.
"Kamu suka?" tanya sang suami yang mememeluk pinggang Ayanda dari belakang.
"Suka banget Yank."
Ayanda membalikkan badannya tanpa melepas pelukan Rion. Ayanda menatap wajah Rion.
"Makasih yank."
"Kamu gak perlu berterimakasih Sayang, ini kewajiban aku untuk membahagiakan kamu," ucapnya, kemudian mengecup kening Ayanda dalam.
Mereka pun menikmati pemandangan laut yang indah dengan saling berpelukan.
Sore harinya mereka keluar kamar. Rion dengan posesifnya menggenggam tangan istrinya karena banyak mata lelaki yang melirik Ayanda. Tibalah mereka di restoran pinggir pantai dan memesan meja paling pinggir agar bisa melihat indahnya sunset.
"Kamu mau pesen apa Yank?" tanya Rion.
"Samain aja Yank, tapi aku ke toilet dulu ya."
"Mau aku anter?"
"Gak usah Sayang," Ayanda pun pergi ke toilet.
"Hey men," sapa Sakti sambil memukul bahu Rion.
"Eh lu Sak, sama siapa kesini?" tanya Rion.
"Sama gua lah," jawab Bian.
"Gak nyangka ya bisa ketemu disini kita," sahut Rion.
Mereka pun berbincang dan bernostalgia tentang masa-masa sekolah.
"Sak, cewek cantik banget tuh," ucap Bian sambil menyikut lengan Sakti.
"Iya cantik banget, eh Bi Bi dia kesini," seru Sakti.
Rion pun akhirnya menoleh kepada wanita yang dimaksud teman-temannya itu. Ia pun tersenyum kepada wanita itu.
"Sak, dia senyum ke gua," kata Bian.
"Itu dia senyum ke gua Bi," sanggah Sakti.
"Jangan ke PD-an lu," seru Rion kesal.
Wanita itu pun mendekat ke arah meja mereka bertiga. Sakti dan Bian sudah berdiri dan bersiap akan menyambutnya. Rion segera menarik tangan wanita itu dan tubuhnya jatuh di pangkuan Rion.
"Udah ke toiletnya?" tidak lembut.
Ayanda mengangguk pelan, ia hendak berdiri namun ditahan oleh Rion, agar ia tetap duduk dipangkuan Rion.
"Sayang," pinta Ayanda
"Iya, iya," balasnya sambil melepaskan Ayanda di pangkuannya.
Sakti dan Bian hanya saling berpandangan dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Gak usah pada bengong sih," ujar Rion kepada Sakti dan Bian.
"Itu siapa Yon?" tanya Sakti.
"Istri gua, Ayanda namanya."
Ayanda hanya menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum ke arah Sakti dan Bian.
"Hati gua meleleh jir ngeliat senyumannya,"celetuk Bian.
Plak!
Sebuah sendok mendarat di kening Bian. Dan yang empunya kening mengaduh.
"Sakit gila," sarkas Bian.
"Makanya gak usah lenjeh ke istri orang," sarkasnya tak mau kalah.
"Bukannya dulu yang lu kenalin ke kita itu Dinda ya namanya?" sahut Sakti.
Rion terdiam dan Ayanda pun membeku.
"Iya bener-bener masih inget gua, si Dinda yang lu kenalin ke kita sama anak-anak lain," ungkap Bian.
"Ya udah sih jangan ngebahas masa lalu, udah lanjutin makannya," balas Rion. Ia melirik ke arah istrinya yang sudah membeku.
Mendengar nama "Dinda" seolah menggali kembali luka yang sudah dikubur dalam-dalam. Hanya kebencian dan sakit hati yang seorang Ayanda rasakan. Hanya kenangan pahit masa lalu yang terngiang-ngiang di memori otaknya.
Dimana pengkhianatan itu bermulai, hingga perlahan lahan menimbulkan kesakitan, memunculkan kesedihan yang tak kunjung ada habisnya. Kemudian menyebabkan keretakan rumah tangganya, hingga semuanya hancur tak tersisa. Hanya itu yang bisa Ayanda rasakan ketika mendengar nama wanita itu.
Rion yang menyadari perubahan sikap Ayanda langsung menggenggam tangannya, dan mengecup tangannya.
"Maafkan aku," hanya itu yang keluar dari mulut Rion.
Sakti dan Bian pun sadar jika perkataan mereka tadi sedikit menyinggung istri temannya itu.
"Sorry ya Aya, gua gak bermaksud ngebahas masa lalu suami lu," ucap Sakti.
"Gua malah ikut senang karna lu yang dampingin Rion bukan perempuan itu, jauhlah dari lu mah," timpal Bian dengan ucapan menyakinkan.
Ayanda hanya menjawab dengan senyuman terpaksa.
Hari pun sudah mulai gelap, teman-teman Rion pun sudah pergi meninggalkan mereka.
"Sayang, maafin teman-teman aku ya," ucap Rion.
Ayanda hanya terdiam, masih berputar-putar kenangan pahit masa lalunya
"Sayang," panggil Rion.
"Udah malam, kita balik ke kamar aja," jawab Ayanda dingin dan langsung mengambil tasnya di kursi meja makan.
Rion pun mengejarnya dan menggenggam tangan Ayanda menuju kamarnya.
Di Kamar
Ayanda langsung meletakkan tasnya di atas tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi.
"Kamu mau kemana Yank?
"Mandi," jawabnya singkat.
Ayanda berlalu meninggalkan Rion dan melanjutkan langkahnya ke kamar mandi.
Ayanda mulai merebahkan tubuhnya di dalam bath up yang berisi air hangat dan aroma terapi, ia mencoba menenangkan dirinya dan melupakan semuanya. Mencoba berdamai dengan hati dan perasaannya meskipun sulit. Dan tanpa aba-aba air matanya pun terjatuh begitu saja.
"Masih sesakit inikah Tuhan? Meskipun semuanya sudah lama berlalu," katanya sambil menangis lirih.
Ayanda telah mencoba untuk mengubur dalam-dalam lukanya. Meskipun ia tahu lukanya itu tidak akan pernah bisa sembuh sampai kapan pun. Hari ini, luka yang telah lama ia kubur seolah dibuka lagi.
30 menit berlalu, tapi istrinya belum juga keluar dari kamar mandi. Rion khawatir dan ia pun mengetuk pintu kamar mandi
Tok tok tok
"Sayang, udah belum mandinya," tanya Rion. Tidak ada jawaban sama sekali dari dalam.
"Sayang!" trriaknya lagi.
Karna terus tidak mendapatkan jawaban akhirnya Rion membuka pintu kamar mandi. Betapa kagetnya Rion ternyata Ayanda tertidur dalam bath up.
Rion pun membopong tubuh Ayanda yang basah ke atas tempat tidur. Dengan telaten Rion mengelap tubuh istrinya.
"Apa yang kamu rasakan Yank? Hingga air mata kamu jatuh lagi," ucapnya sambil menyelimuti tubuh Ayanda dan mengecup keningnya.
*****
Happy reading,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
aq sukaa 😍👍
seeru thor
aq sudah bawa 3 like yaaa
2020-07-26
0
🏕️𝕽ᵗᵐLing𝕽𝖍'𝖘😎 𝕽z
Ra sepirone loro ati iki amergo dtgl pergi tapi loro ati Iki amergo dikhianati
2020-07-18
1
Mr. Al
aku bom like mulai dari sini ya kj
2020-07-08
3