01.20 Ayanda terbangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa berat karena ada tangan yang sedang memeluknya erat. Ia memandang wajah Rion yang damai.
Di saat aku mencoba membuka hatiku untukmu dan mulai jatuh cinta lagi padamu, kenapa ragu ini kini menyelimutiku? gumamnya sambil mengelus wajah damai Rion.
Ayanda beranjak dari tempat tidurnya dengan pelan agar tidak membangunkan suaminya. Ia membuka pintu balkon kamarnya yang disambut angin pantai yang berhembus kencang dan dinginnya udara malam yang menusuk tulang.
Ia berdiri sambil bersidakep memandang ke arah pantai dengan gemuruh ombaknya.
"Kenapa ketika ada yang menyebut namanya hati ini terasa sesak dan nyeri Tuhan?" lirihnya sambil memegang dadanya yang teramat sesak.
Tanpa ia sadari buliran bening di matanya pun jatuh membasahi pipi. Dan memory otaknya memutar kembali part demi part kejadian yang menyakitkan itu.
#flashback on
Delapan tahun lalu,,
"Maksud kamu apa Mas bawa wanita ini ke rumah kita?" tanyanya sambil menunjuk Dinda.
"Aku akan menikah dengannya," jawab Rion dengan entengnya dan disambut senyuman licik oleh Dinda.
Ayanda hanya membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Rion.
"Sekarang kamu pergi dari rumah ini dan bawa anak kamu yang penyakitan itu!" serunya, lalu mendorong tubuh Ayanda hingga tersungkur.
Ketika mendengar Rion menghina anaknya, amarah Ayanda memuncak.
"Kamu boleh hina aku sesuka hati kamu, tapi jangan pernah kamu hina anak aku! Ingat Mas, dia itu darah daging kamu!" benntaknya dengan mata yang sudah memerah.
"Aku tak sudi memiliki anak yang penyakitan," tegas Rion.
Plak!
Tangan Ayanda langsung menampar pipi Rion.
"Beraninya kamu nampar aku?" Emosinya dan langsung menyeretnya keluar dan menghempaskan tubuh Ayanda sangat kasar.
"Dinda, ambil anak penyakitan itu dan kasih ke ibunya. Muak aku melihat wajah mereka," ujar Rion yang tersulut emosi.
Dinda pun menyerahkan Echa kecil kepada Ayanda dengan mendorong tubuh mungilnya.
"Ma-mah," ucap Echa kecil.
Ayanda pun langsung memeluk tubuh mungil Echa dan segera menggendongnya. Tak sedikit pun air matanya keluar. Ia berdiri tegak di hadapan pasangan gila itu.
"Selamat berbahagia kamu Mas, semoga nanti kamu tidak menyesal," ucap Ayanda sebelum pergi meninggalkan Rion.
Ayanda pun pergi membawa putri kecilnya, sebenarnya Ayanda bingung harus kemana karna tidak ada tempat tujuan.
Tiba tiba hujan turun,
Ayanda dan Echa kecil berteduh di sebuah Pos Ronda. Dilihatnya Echa kecil mulai kedinginan dan Ayanda pun memeluk erat tubuh mungil Echa berharap menyalurkan kehangatan pada tubuh kecil putrinya.
"Sabar ya Nak, Mamah akan melakukan apapun demi kamu. Meskipun nyawa Mamah yang jadi taruhannya Mamah pasti siap nak, dan sejahat apapun Qyah kamu, Mamah tidak akan pernah memisahkan kamu dari ayahmu," ujarnya sambil meneteskan air mata dan mengecup kening putri kecilnya.
#flashback off
Tubuh Ayanda tiba-tiba terkulai lemah ketika kenangan itu hadir lagi, ia bersimpuh di lantai dengan memegang dadanya yang terasa sesak. Air matanya sudah tak terbendung lagi dan tangisan lirih keluar dari bibirnya.
Rion yang seketika terbangun karena tenggorokannya kering, namun melihat Ayanda sudah tidak ada di tempat tidur. Ia langsung bergegas mencarinya dan terlihat pintu balkon terbuka. Perlahan ia berjalan ke arah balkon, alangkah terkejutnya Ayanda sedang menangis pilu terduduk di lantai sambil memegang dadanya.
Rion berlari menghampirinya dan langsung memeluknya.
"Sayang, kamu kenapa?" tanyanya bingung.
Ayanda hanya terus menangis pilu di dalam pelukan Rion.
"Aku takut Mas," jawabnya sambil terus menangis.
Mendengar sebutan "Mas" membuat dada Rion terasa sesak. Ia hafal betul dengan sebutan itu.
Rion membantu Ayanda berdiri dan memapahnya menuju kamar, mendudukkanya dengan hati-hati di atas tempat tidur.
"Sayang, ada apa? Setelah pulang dinner kenapa kamu jadi begini?" tanyanya lagi dengan memegang erat tangan istrinya.
Hanya tangisan lirih yang keluar dari mulut Ayanda.
Rion pun turun dari tempat tidur dan bersimpuh di hadapan Ayanda.
"Jika aku salah, tegur aku jangan hukum aku seperti ini. Sesungguhnya aku gak sanggup Sayang," imbuhnya sambil meletakkan kepalanya di pangkuan Ayanda.
Buliran air mata Ayanda dengan semangatnya jatuh membasahi pipinya.
Hati seorang Ayanda ibarat tisu, lembut dan rapuh,
Karena itulah dia mudah ketawa, mudah terluka, mudah kecewa dan mudah mengalirkan air mata.
"Aku takut," seru Ayanda dengan suara gemetar.
Rion mendongakkan kepalanya dan melihat betapa sedihnya wajah istrinya. Ia langsung memeluk Ayanda.
"Jangan takut, ada aku disini," balasnya.
"Aku takut kamu ninggalin aku lagi," lrihnya.
Sontak Rion langsung membeku dan tidak bisa berucap apa-apa. Mulutnya seolah terbungkam dan hanya rasa bersalah yang kini ada di hati dan pikirannya.
"Maafkan aku," ucap Ayanda lagi.
"Kamu ga salah, yang penuh dengan kesalahan itu aku. Aku yang buat kamu kayak gini, yang menciptakan trauma di hati kamu. Aku yang sudah menyia nyiakan kamu dan anak kita hanya demi sampah yang tak berguna. Maafkan aku, Sayang." sesal Rion.
Ayanda tak mampu berbicara apapun, hanya isakan demi isakan yang keluar dari bibirnya.
"Sayang," ucap Rion sambil melepaskan pelukannya dan menggenggam erat tangan Ayanda.
"Lihat aku!!" pinta Rion
"Izinkan aku untuk menebus semua kesalahanku di masa lalu. Tetaplah di sisiku meskipun kamu belum benar-benar percaya padaku. Walaupun kamu masih kecewa padaku, dan kamu belum sepenuhnya mencintaiku."
"Biarkanlah aku yang mencintaimu lebih dalam dan berjuang untuk meyakinkan hatimu, gak apa-apa jika aku harus cinta sendiri yang terpenting kamu tetap ada di sisiku, hidup bersamaku hingga maut yang akan memisahkan," terangnya dengan mata yang sudah berkaca kaca.
Ayanda tak kuasa menahan tangis dan langsung memeluk erat tubuh suaminya. Sebesar apapun kekecewaan yang ia rasakan tapi tak bisa melebihi besarnya rasa sayangnya terhadap suaminya. Begitulah hati seorang Ayanda.
"Maafkan aku yang terlalu sensitif."
"Tidak Sayang, kamu seperti ini karena kesalahanku. Mungkin ini hukuman Tuhan untukku agar aku sabar dan berjuang untuk membuatmu percaya lagi padaku," sahut Rion sambil mengecup dalam kening Ayanda.
"Makasih karena telah mau menerimaku kembali. Terimakasih kamu telah merawat anak kita, terimakasih Sudah," ungkapnya sambil terus mengecup ujung kepala Ayanda.
*******
Malam yang penuh haru dan air mata pun berganti siang.
"Sayang, bangun apa kamu gak lapar?" tanya Rion.
Ayanda masih bergelung di selimutnya karna masih lelah efek menangis semalam.
"Aku malu keluar, mata aku bengkak," sahutnya malu
Rion pun tertawa.
"Bangun yuk," ajaknya. Ia pun menarik selimut dan menarik tangannya agar duduk.
Di kecupnya mata Ayanda satu per satu.
"Jangan sedih lagi ya, aku ga akan pernah pergi lagi dari kamu. Aku janji aku akan terus ada di sisi kamu. selalu nempel sama kamu kaya perangko," katanya sambil tersenyum
"Apaan sih," balas Ayanda. Rion pun mengecup bibir istrinya.
"Udah mandi gih kita makan, aku lapar," ujar Rion.
Ayanda pun mengikuti perintah Rion. Setelah selesai mandi dan rapih mereka menuju restoran pinggir pantai.
*******
Restoran
Rion menggenggam erat tangan Ayanda menuju meja yang sudah mereka pesan. Tiba-tiba ada yang memanggil,
"Rion," panggil seorang wanita.
Rion dan Ayanda pun menoleh.
"Aku kangen sama kamu," ujar si wanita sambil memeluk Rion. Sedangkan yang dipeluk hanya terdiam kaku.
*******
Happy reading,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
mommy neng
astaga rioonnn
2023-03-04
0
Fatimah Zahra
aq klo jd ayanda ga bakal mau aq balik lg sm suami penghianat kyk Rion 😭 sakit hati bgt aq bacax😠
2021-07-29
0
shofia
meski beribu maaf udh terucap.. gkmungkin bs mnhpus dn mengobati luka hati krn penghianatan... udh pernh menglaminya
2021-04-17
0