...****************...
...Ruang Tunggu IGD...
"Nona, segeralah sadar."
"Aku sangat merasa bersalah padamu." Belakangan aku juga membuang jauh rasa penasaranku untuk mencari tahu siapa dirimu sebenarnya, semoga dengan menjagamu sampai kau benar-benar sembuh, aku bisa memaafkan diriku sendiri, pintaku dalam hati.
Aku menyandarkan punggungku di kursi besi yang terasa amat dingin.
Meraih handphone di saku celana, lalu menggulir layar handphoneku mengecek beberapa chat yang masuk, barangkali Ibu menghubungiku atau salah satu teman kerjaku.
Biasanya jam segini aku masih di sibukkan membawa berkas untuk di fotokopi atau mengantarkan file ke divisi lain, mengantarkan pesanan kopi jus atau teh, setelah itu memutar list orderan untuk makan siang para karyawan.
Aku sangat merindukan rutinitas itu.
Aku kembali menatap handphoneku, membaca beberapa chat dan salah satunya dua chat teratas dari Ibuku.
Beberapa Chat dari Ibu :
"Ren, kamu dimana?"
"Ibu susah sekali menghubungimu!"
"Ren, Ibu ingin ke Surabaya, menjenguk Tante mu yang sedang sakit-sakitan."
"Ren, ibu berangkat ya. Ibu di Surabaya sekitar 2 minggu, kamu hati-hati dan jangan telat makan."
Lalu ku balas chat Ibu :
"Maaf bu, aku terlambat membaca pesan. Hati-hati ya bu di perjalanan, salam sama Tante Karlin, aku sayang ibu."
Terkirim chatku tanda ceklist dua.
"Ahh, aku sangat rindu Ibu, walaupun aku tak serumah dengannya lagi sejak 3 tahun lalu karna aku memutuskan untuk bekerja dan tinggal di kostan sendiri. Biasanya 2 minggu sekali saat weekend, aku menyempatkan untuk pulang ke rumah di Bandung."
Pikiranku kembali melayang, dan suster tiba-tiba memanggilku membuka pintu Ruang ICU.
"Tuan Daren, apa mau masuk kedalam? Tadi Dokter Barry pesan Tuan bisa membesuk langsung pasien, karna kondisinya sudah mulai stabil."
"Oh, oke sus, saya mau." Aku mengikuti suster itu ke dalam Ruang ICU.
Dari pintu depan, ada jarak 5 meter sebelum memasuki Ruang ICU dimana Nona Shyla di rawat, di batasi sebuah pintu panel baja stainless khas ruang ICU.
Sebelumnya aku di minta untuk memakai baju khas pengunjung "jubah hijau", ini pengalamanku yang pertama mengunjungi ruang ICU.
Ada rasa yang sangat gugup menyelimuti tubuh.
Suster di dalam langsung mengarahkan agar aku duduk di samping kanan tempat tidur Nona Shyla, setelah itu meninggalkan kami berdua di ruangan ini.
Rasanya dingin sekali disini, seperti menembus ke tulang dinginnya. Aku mengamati alat-alat monitor yang bekerja yang menempel di tubuhnya,sesuai dengan fungsinya.
Aku menatap wajah Nona Shyla yang terlihat pucat, walaupun masih ada beberapa perban menutupi pelipis dan dahinya, namun secara tegas menampakkan wajah aslinya, dia sangat cantik dengan aksen khas indo diwajahnya, beralis tebal, rambut panjangnya juga terurai di bawah bahunya.
Aku ingat betul saat kejadian itu, tak henti-hentinya darah mengalir di pelipis dan jatuh ke pipinya, mendengar suaranya yang merintih kesakitan, dan lemas tak berdaya karna tubuhnya remuk dalam satu waktu.
Dan bersyukur semesta masih melindunginya untuk bertahan hidup.
Beberapa menit sudah aku berada di dalam sini, aku juga bingung harus melakukan apa, aku hanya bisa berdoa tertunduk dalam hati berharap semoga doa ku di dengar dan memberikan kesadaran untuk Nona Shyla segera.
Aku merasa sangat kasihan karna tak satupun keluarga yang datang mengunjunginya sampai saat ini. Ia seperti sebatang kara saja hidupnya.
"Dukk"
Ouh, keningku terasa nyeri, sambil mengelus aku mengangkat kepalaku seketika rupanya keningku membentur side rail kasur.
"Huff!" Bisa-bisanya aku terlelap disini, batinku.
Setelah beberapa saat aku berfikir untuk kembali ke kamar tidur saja, perlahan ku berdiri dari tempat duduk sekilas ku menatap wajah Nona Shyla aku ijin pamit didalam hati.
"Nona, aku tinggal dulu. Besok aku akan menemanimu lagi di sini."
Lalu, saat beberapa langkah aku berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara lirih.
"Mmh..."
Aku menoleh kearah suara tersebut.
"Nona Shyla sadar!" Aku melihat matanya terbuka perlahan.
Aku langsung menghampirinya.
"Hmm...Non...Nona Shyla." Panggilku lembut.
Saat Nona Shyla menatapku, ia seperti mengingat-ingat apakah ia mengenalku. Dan entah mengapa perasaanku saat ini malah menjadi campur aduk.
Di satu sisi aku sangat bersyukur sekali Nona Shyla sudah sadar, namun di satu sisi aku menjadi cemas bagaimana nanti aku bisa menjelaskan nya semua jika dia bertanya macam-macam.
Lalu Nona Shyla yang masih lemas menatapku, berkata :
"Ka...mu siapa?"
"Mmm, maaf Nona, sebaiknya saya memanggil suster dulu untuk memeriksa anda."
Aku langsung melangkahkan kaki keluar ruangan ICU, dan segera memberitahukan pada suster bahwa Nona Shyla sudah sadar.
Tak berapa lama suster dan Dokter bergerak cepat memeriksakan Nona Shyla secara teliti dan mengecek semua alat yang menempel di tubuh.
Aku mengamatinya dari luar kaca. Sesekali Nona Shyla menoleh memandangiku. Mungkin dia masih bingung dengan keberadaanku.
Sejauh mataku memandang.
"Aku berterima kasih karna doaku telah di jawab, kini ia sudah sadar. Jika ia sembuh seperti sedia kala, ia bisa segera berkumpul bersama keluarganya."
"Amin."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Bintun Arief
akhirnya sadar juga 😄
2020-11-19
1
Rell Sepur 🍆
lanjutt kak mangats
2020-11-15
3
🍫Bad Mood 🍰
lanjut nyimak..
2020-10-09
1