...****************...
...ICU Premium Royal Hospital...
...Ruang Tunggu VVIP...
"Maaf, permisi Tuan."
Sapa seseorang sambil menepuk pundakku , seketika aku membuka mata yang entah sudah berapa lama aku memejamkannya.
Tanganku pun masih terlipat erat didepan dadaku, aku memaksa kan melihat ke arah atas orang yang menyapaku.
"Ah ya, ada apa?" sahutku sembari ku mengusap kedua mata dengan tanganku perlahan.
"Maafkan saya sudah membangunkan Tuan," ujarnya.
Aku mengingat-ingat apakah aku kenal dengan orang ini sebelumnya...Tapi, sepertinya tidak!
Pria itu terlihat rapi memakai setelan jas hitam tanpa berdasi, perawakannya tinggi dan gagah.
Membawa serta Tab di tangan kanannya, tidak terlalu tua, dan bicaranya tegas tapi tidak sampai terdengar beberapa perawat yang lewat.
Di belakangnya ada dua orang berdiri dengan pakaian yang hampir sama. Mirip Bodyguard menurutku, tapi siapakah dia?
"Saya mewakili atas nama Tuan Besar, mengucapkan Terima Kasih karna anda sudah menolong Nona Shyla."
"Semua biaya rumah sakit sudah di bayarkan, dan saya sudah mengirimkan $ 5000 ke rekening tuan, sebagai tanda ucapan terima kasih Tuan Besar kepada anda," sambil menyodorkan bukti transfer di layar Tab padaku.
"Pesan Tuan Besar hanya satu, siapapun tidak boleh ada yang mengetahui kecelakaan ini selain pihak rumah sakit!" ujarnya serius dengan sorot mata tajam.
"Saya akan memantau anda, memastikan anda menjaga Nona dengan baik!" Tegasnya.
"Emm, tapi saya belum paham maksud anda?" Daren beranjak dari kursinya.
"Maaf, tapi anda ini siapanya? Lalu yang anda maksud Tuan Besar itu siapa?" tanyaku cepat.
Bukannya menjawab pria itu malah mengalihkan pembicaraan pada hal lain.
"Silahkan anda gunakan isi di dalam koper yang sudah kami siapkan," sambil menunjuk ke satu koper berukuran sedang berwarna hitam lalu beberapa bungkus plastik besar berlogo restoran cepat saji dan beberapa paper bag berlogo swalayan ternama, yang sudah berbaris rapih di sebelah kanan tempat dudukku tadi.
Aku menoleh heran dan masih tidak mengerti apa maksudnya...aku juga ingin bertanya dari mana orang itu tahu nomor rekeningku?
Setelah itu aku melihat pria itu dan dua orang di belakang yang mengikutinya sudah berlalu pergi.
"Hey! Tunggu!"
Aku bergegas keluar ruang tunggu mengejar pria itu, namun setelahnya seperti hilang ditelan bumi aku sudah tidak bisa menemukannya berjalan entah ke arah mana mereka pergi.
Padahal tak ada selisih waktu lebih dari dua menit aku mengejarnya.
"Hufft!"
Aku memejamkan mataku, seraya mengusap wajahku. Berusaha mencerna sendiri apa yang barusan terjadi, dan aku segera membuka mataku kembali secepatnya, karna ada seseorang memanggilku lantang.
...****************...
...Paviliun Rumah Sakit...
Ternyata perawat dari ruang ICU.
"Oh iya ada apa sus?" tanyaku.
"Maaf pak, anda di cari oleh Dokter Barry segera langsung ke ruangan 805 ya. Ada yang ingin di bicarakan," ujar perawat itu.
"Oh, ok baik sus. Terima kasih," jawabku.
Aku segera melangkahkan kaki ke ruang 805. Ruang Dokter Barry, Dokter Spesialis Neurologi, dari sekian Dokter yang menangani wanita itu, baru kali ini aku di panggil khusus ke ruangannya.
"Apakah keadaanya memburuk?"
...****************...
Aku masih seperti mimpi di siang bolong, di dalam hidupku saat aku merasa tidak enak badan, aku cuma butuh obat warung untuk meredakan sakit dan juga berharap tidak pernah menyentuh rumah sakit untuk penyakit yang serius.
Tapi kali ini, aku bahkan sampai harus di hadapi bertemu beberapa dokter dan ikut berkonsultasi.
Dokter mengatakan akan melakukan berbagai cara agar wanita ini sembuh, bangun dari koma dan melewati masa kritisnya.
Saat ini yang kupikirkan adalah pekerjaanku, bagaimana dengan teman-teman di kantor, dan ia juga masih bingung alasan apa yang akan ia pakai untuk mengajukan cuti nanti, terlebih aku mengingat kembali apa yang di ucapkan pria tadi.
"Pesan Tuan Besar hanya satu, siapapun tidak ada yang boleh mengetahui kecelakaan ini selain pihak rumah sakit!"
"Argh! semakin bingung diriku."
...****************...
3 Hari Kemudian
Sudah tiga hari aku di sini, dan aku pasrah jika orang kantor akan memecatku, tapi bagaimana dengan kelanjutan hidupku.
Pak Seno, adalah Supervisor yang cerewet dan suka memberi keputusan sepihak, bahkan pernah gaji temanku sesama Office Boy di potong dan tidak mendapatkan uang makan selama satu bulan, hanya karna ia membelikan sambel matah di toko lain, bukan ditempat yang biasa ia beli, tentu hal itu sangat tidak beralasan bagiku.
Tapi bagi Pak Seno, itu adalah kesalahan fatal karna tidak menuruti perintahnya.
Setelah beberapa jam pikiran ku melayang dan jadi enggak karuan. Aku perlahan menuju keruang tunggu ICU.
Setelah aku keluar dari Ruang Praktek Dokter Barry, aku tak sadar telah memutari satu lantai gedung rumah sakit ini beberapa kali.
"Seluas itu hanya dalam satu lantai."
Saat tiga hari lalu aku membawa wanita itu ke rumah sakit, beberapa orang berpakaian serba hitam membantuku memanggil ambulan dan mengamankan lokasi jatuhnya wanita itu. Tidak banyak orang yang melihat, karna waktu itu memang masih waktu jam makan siang.
Lokasi balkonnya juga jauh dari pantauan jendela di setiap lantai, karna tertutup tanaman rambat yang tinggi menjulang serta tertutup beberapa gazebo yang biasa di gunakan karyawan untuk merokok, menikmati minuman, dan mengobrol, tidak begitu ramai.
Dan demi menjaga privasi dan kenyamanan di gedung itu, seorang pria berjas hitam menyuruhku untuk ikut ke dalam ambulance.
Bahkan wanita itu di angkat petugas ambulan dengan menggunakan lift khusus barang yang sudah di koordinasi sebelumnya agar dari lantai bawah dan dari lantai atas tidak ada yang menggunakannya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
🌼⃝⭕Tunik
yar aq lanjut lg y thor bacanya😘😘😘
2020-11-07
1
ARSY ALFAZZA
daren
2020-11-06
1
Bintun Arief
banyak banget tu duitnya. Smoga daren gak dpt masalah gara2 nolongin nona muda itu ya
2020-10-06
1