...****************...
Keesokan Harinya.
Bus yang ku tumpangi, masuk ke dalam terminal, itu tandanya aku akan segera turun. Menyambung naik angkot kecil ke arah rumah Ibu.
20 menit kemudian, Daren sudah sampai dirumah bercat kuning gading, dengan beberapa pohon palem tertanam didepan pagarnya, lalu ia melangkah masuk kedalam, kebetulan pagarnya sedang terbuka.
Nampak ada seorang Ibu berlari kearahnya.
Aku biasa memanggilnya Bu Arni, ia segera mengambil tas backpack yang masih ada di punggungku. "Wah, udah lama enggak kesini den, kenapa enggak bilang sama si Rama biar di jemput kesana, jadi den Daren ga capek-capek naik bis segala sama angkot kesini."
"Eh, enggak usah repot Bu Arni, tasnya enggak berat kok," jawab Daren cepat.
"Udah enggak apa sini den saya yang bawakan tasnya," pinta Bu Arni.
Akhirnya aku mengiyakan permintaan Bu Arni membawakan tasku.
Jadi Bu Arni ini sudah lama bekerja dengan Ibuku, sedari aku berumur empat bulan, dari dia gadis sampai menikah dan punya satu anak, urusan rumah tangga disini Bu Arni yang mengurusnya, dan Pak Rodi suaminya adalah supir yang biasa mengantar Ibu kemanapun Ibu ada perlu dan Rama adalah anak dari mereka, dari kecil kami sering bermain bersama karna usianya yang tidak begitu jauh dariku.
"Oya, Ibu ada kan dirumah?" tanyaku sambil berjalan masuk kedalam rumah.
"Ibu pergi den dari pagi, katanya mau hadir pertemuan di balaikota. Tadi Pak Rodi yang mengantar."
Ia langsung menuju kamar. "Yaudah kalau gitu, aku masuk kamar dulu ya bu."
"Lho enggak makan dulu den?" tanya Bu Arni.
"Ga bu, aku masih kenyang, tadi direst area aku udah makan siang."
"Siap kalau begitu", jawab Bu Arni.
Ceklek.
Aku membuka pintu, tercium harum menyeruak dari dalam kamar, tembok bercat hijau tosca dibeberapa bagiannya, dan terpasang wallpaper pion catur hitam putih dekat ranjang kasur.
Brukk, aku jatuhkan tubuhku kekasur.
Nyaman sekali. Andai kasur dikosan ku seempuk ini, batinku.
********************************************
Shyla's Building
Disebuah ruangan kantor, dengan tembok cat bernuansa putih bersih, dilengkapi dengan furniture desk office yang nyaman, serta pandangan langsung ke jendela kaca menghadap keluar dengan pemandangan pusat ibu kota.
Siang bergerak menuju senja disore hari.
Dibalik layar laptop, Shyla mengetik beberapa balasan email yang masuk dari berbagai vendor. Ia disibukkan dengan fix order yang menggunakan jasanya untuk mempersiapkan wedding serta farewell party.
Bulan-bulan ini Shyla mendapat banyak permintaan menggunakan jasanya untuk pesta perpisahan sekolah, gathering kantor, terutama customer yang berencana menikah sengaja memilih tanggal cantik dan bulan cantik untuk menikah, beberapa tempat pernikahan yang ditawarkan banyak customer darinya berebut untuk memakai tempat tersebut bahkan menyanggupi untuk membayar berkali-kali lipat agar customer itu bisa menikah ditempat yang diidam-idamkan.
Usahanya ini juga sudah mempunyai beberapa cabang diluar negeri, Shyla terkadang harus terjun langsung untuk memastikan bahwa semua yang dipersiapkan menjadi sempurna, dan customernya selalu terlihat puas akan service yang diberikan.
Bahkan banyak yang memposting keberhasilan jasa Shyla menciptakan pernikahan impian bagi pasangan yang menikah diberbagai sosial media.
"Syukurlah...done for today." Shyla berucap sambil menutup laptop dimejanya.
Ceklek.
"Mbak Shyla, aku pulang ya." Ia adalah Audrey asisten pribadinya dikantor.
"Okay Rey, hati-hati ya dijalan, aku juga udah kelar nih bentar lagi pulang," Shyla memperlihatkan isyarat jempol ke Audrey.
"Ok deh, Mbak juga hati-hati ya." Audrey menutup pintu kembali.
Shyla bergegas mengambil hand bag disamping desk officenya, mengambil sebuah lipgloss peach lalu memoleskan ke bibirnya, setelah itu meraih kunci mobil dilaci, dan mematikan AC diruangan.
Hendak keluar ruangan, dan menyapa beberapa karyawan yang masih lembur untuk tugas desain serta tim produksi yang masih menyelesaikan beberapa baju pengantin, Shyla menyusuri tangga dan keluar kantor menuju parkiran.
Bip, Bip.
Shyla sudah masuk didalam mobil, menyalakan mobil, lalu menyetir keluar area parkir.
Saat beberapa menit mobil keluar, kini mobil melaju bergabung kejalan yang mulai merembet macet, diiringi langit sore yang bergumul awan, menembus matahari yang tenggelam..
Sayang!! Arrghhh!!
Jauh diseberang jalan, ada mobil terparkir sedari tadi mengamati mobil yang keluar dari depan kantor milik Shyla. Ia meyakini bahwa Razi bukanlah penipu.
Bagaimana sekarang?
Damn!!
Umpatnya dalam hati.
*******************************************
"Daren, apa kabar sayang?" suara ibu membangunkan Daren sambil mengusap rambut anaknya, tak terasa sudah tiga jam ia tertidur pulas dikamar.
Eh, sudah malam kah diluar, batinku.
Daren membuka matanya kearah jendela.
Pelan-pelan aku duduk merapat kesandaran kasur, mengusap mukaku perlahan.
"Ren, kemana aja kamu? Kirain, habis Ibu dari surabaya kamu pulang, eh taunya sebulan lebih kamu ga pulang ke Bandung," tanya Ibu.
"Sibuk sama pacar ya?" selidik Ibu terenyum.
"Aku enggak punya pacar bu..." jawab Daren berdiri dari kasur mencium kedua pipi ibunya dengan lembut. Lalu berjalan kearah balkon memandangi langit malam dan udara sejuk yang menusuk kulit.
"Yauda kamu mandi dulu, Bu Arni sudah masakin makanan favorit kamu. Ibu tunggu dimeja makan ya..." sahut Ibu berlalu keluar kamar.
Setelah 25 menit mandi. Daren memakai baju salin yang dibawanya, menyisir rambut lalu keluar kamar bergegas turun kemeja makan.
Bu Arni mempersilahkan aku duduk, dan mengambilkan piring berisi nasi.
"Makasih ya Bu Ar."
"Wah, yakiniku, mantap nih, hee...hee..." pujiku.
Bu Arni tersenyum menjawab. "Iya den sama-sama."
Setelah 30 menit menghabiskan makanan dimeja makan, aku beranjak menuju teras belakang rumah, diikuti Ibu dibelakangku.
Aku mengobrol santai dengan Ibu dan Bu Arni sambil memberikan umpan koi dikolam.
"Ren, Bu Arni makan gaji buta kalau kamu enggak datang, dia cuma masak buat dia dan Pak Rodi aja setiap hari," ledek Ibu mengedipkan mata ke Bu Arni.
"Iya den, panci penggorengan saya juga pada kinclong kalau den Daren enggak dateng-dateng ke bandung," jawab Bu Arni terkekeh.
"Bisa aja Bu Arni. Oya, Rama mana ya Bu? aku daritadi enggak ngeliat dia."
"Itu den, Rama kan sekarang kerja dihotel Belagio, jadi bekerjanya shifting. Hari ini jatahnya masuk siang. Dan baru pulang sekitar jam 12 malam sampai rumah."
"Oh gitu, udah lama ga ketemu...pengen ngobrol aja bu." jawabku.
"Hey, Rama saja sudah ngenalin calon istrinya ke Ibu, trus kamu kapan Ren?" ledek Ibu lagi.
"Aku belum ketemu yang pas aja Bu..." jawab Daren duduk dibangku taman.
Ibu merapihkan tanaman gantung disekitar kolam. "Biar pas nya gimana dong Ren, jodoh itu kalau enggak dicari dan dijemput ya enggak bakal dateng, kamu kurang usaha kayaknya...!"
Aku tak menjawab pertanyaan dari Ibu, hanya membalas senyum lebar, karna aku tak ingin memberikan kesan harapan dalam waktu dekat akan mengenalkan seseorang sebagai calon menantu Ibu.
Malam semakin larut. Aku bergegas masuk ke dalam kamar...membiarkan pertanyaan Ibu menggantung begitu saja.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Bintun Arief
udah like gaes, Daren bukan orang susah ternyata thor. 👍
2020-11-19
1
Rell Sepur 🍆
akakak daren pas ditanya punya pacar enggaknya itu gelagapan pa enggak ya,,
next kak ntaps
2020-11-15
3