...****************...
...Ruang Tunggu ICU...
Hari ini aku menelfon Pak Seno, meminta izin untuk mengambil cuti dengan alasan aku ingin pulang ke Bandung. Dan aku juga sudah siap mendengar dan takkan berdebat jika saja pak Seno memakiku karna sudah 3 hari aku tidak berkerja tanpa izin dan memberi kabar kepadanya.
"Dar, jangan sebentar pulang kampungnya..."
"Kamu boleh ambil cuti sampai kamu sudah puas liburan di Bandung baru deh kamu masuk kerja. Hahaha..." ujar Pak Seno di ujung telfon.
"Baik pak, saya nanti ke kantor untuk mengisi form cutinya, dan minta tanda tangan bapak."
"Tenang aja, saya sudah atur ulang jadwal teman-teman di sini, kamu kerja juga sudah tiga tahun, setahun dapat jatah cuti dua belas hari, dan kamu baru menggunakannya tiga hari itu juga alasan kamu mengambil cuti karna akhirnya kamu kelelahan menggantikan jadwal temanmu yang sedang sakit selama delapan hari" ucap Pak Seno diujung telfon.
Di sisi Daren.
"Wah, lagi kenapa dia?" aku ga salah denger kan?" batinku dalam hati.
"Hey, kamu masih di situ kan? udah enggak usah sungkan, saatnya menikmati jatah cutimu, Ren."
"Iya, Pak. Saya mendengarkan."
"Ok, saya hitung per hari ini aja ya kamu cuti."
"Kamu enggak usah isi form cuti biar saya yang urus, selamat liburan anak buahku..." tutupnya tanpa mendengarkan jawabanku.
"Baik kalau begitu pak."
Apakah ini bahasa halusnya dari setelah aku mengambil cuti banyak kemudian dia bisa memecatku, lalu sebulan kemudian parklaringku sudah keluar.
"Semoga saja itu tidak terjadi! Aku membutuhkan pekerjaan ini."
Rupanya seseorang telah menghubungi pak Seno dan membayarnya dengan sejumlah uang, untuk memberikan izin kepada Daren mengambil cuti tanpa memberitahu apa alasannya.
...****************...
Aku mengamati wanita itu dari luar ruang kaca kamar ICU. Menembus kesunyian lewat alat-alat medis yang berbunyi di sekitar tempatnya berbaring. Alat bantu pernafasan itu, cairan infus yang tergantung, serta selang entah apa saja fungsinya ada yang masuk ke mulut, juga hidungnya. Yang jelas itu pasti berguna untuk melewati masa kritisnya.
Di awal pihak rumah sakit juga sudah bertanya apa hubunganku dengan wanita ini.
Dan, saat itu aku hanya meminta supaya wanita ini segera ditolong, tanpa aku memikirkan siapa wanita itu, dan bagaimana aku bisa membiayai semuanya.
Tiba-tiba aku teringat akan sebuah nama saat percakapan dengan pria yang mirip bodyguard tempo hari.
"Mmm, Sheila... Ah, bukan, Sela? Apa benar itu namanya..." gumamku.
Mmm, pria itu menyebut nama nya dengan sebutan Nona di depannya, seingatku.
Tredett.. Tredett
Tiba-tiba lamunanku membuyar, handphone di kantong celanaku bergetar.
Sebuah pesan chat, dari nomor tak di kenal.
"Tolong jaga dan rawat Nona Shyla. Sampai Nona sadar dan terbangun."
"Kami akan mengurus semua keperluan Nona Shyla setelah itu."
"Oh ya, Shyla ternyata namanya. Ya, Nona Shyla."
Balasan chat dariku :
"Maaf, tapi saya bukan keluarga langsung Nona Shyla, saya rasa keluarganyalah yang lebih pantas menemaninya di saat seperti ini."
"Saya membantu Nona Shyla atas dasar kemanusiaan, kalau saya boleh tahu anda siapa? Apakah anda orang yang waktu itu menemui saya di rumah sakit?" balasku cepat.
Tak menunggu lama pesan chat itu segera di balas. "Suatu saat anda akan mengetahuinya, tua
"Aku ingin bertemu denganmu sekarang, dimana kita bisa bertemu?" aku semakin penasaran.
Aku harus bicara dengan orang ini secepatnya.
Dia pasti tahu apa yang terjadi dengan Nona Shyla. Ya, dan bagaimana bisa keluarganya tidak ingin melihat kondisinya sekarang yang sangat memprihatinkan, di saat seperti ini kebanyakan pasien butuh sekali doa dan dukungan dari orang terkasih, pikirku.
Tapi, setelah menunggu beberapa saat chatku tak lagi di balas olehnya.
Aku coba menghubungi nomernya segera.
Nut... Nut...
"Apa? Hanya Memanggil?" pandangan ku menatap ke layar handphone.
Berkali-kali aku coba menelfonnya.
"Ah, sial! dia langsung memblokir nomorku rupanya."
Semakin membuatku bingung! Ayolah bangun, wahai kau Nona Shyla. Apa yang terjadi padamu? aku berpikir keras dalam beberapa hari ini.
Aku sama sekali tidak pulang ke ke kostan, tidak bekerja, bahkan sekedar berbicara dengan orang yang kukenal, tapi aku juga memikirkan kelangsungan hidup Nona ini.
Rasanya ingin sekali aku kembali ke waktu beberapa hari sebelumnya.
Ahh !
Makan, mandi, tidur berjam-jam menatap dari luar kaca jendela, melihat Nona Shyla yang berada di dalam ruang ICU, sesekali melihat suster memberikan obat di infusnya, mengecek bagaimana frekuensi pada ventilatornya, dan memastikan alat medis lainnya berjalan dengan baik, juga berharap ada respon dari tubuhnya yang bisa terlihat.
Dan entah kenapa selama di sini aku di berikan ruang khusus untuk tidur. Ruang VVIP tepat disebelah kamar ICU, yang bisa aku pakai untuk mandi dan makan serta sesekali aku menonton tv.
Terus menerus menjadi tanda tanya di pikiranku, siapakah Nona ini sebenarnya? Apakah Nona ini orang yang sangat kaya raya, sampai ada orang yang memberiku $5000 tanpa meminta rekening tabunganku sebagai tanda rasa terimakasih?
Apakah mereka memiliki detektif untuk mencari tahu itu semua?
Dan yang membuat aku tak mengerti, tak ada satupun keluraga yang menjenguknya!
Pasti ada sesuatu yang belum bisa di jelaskan.
Aku merenung duduk di dalam ruang tunggu ICU entah sudah berapa jam aku menghabiskan waktu di tempat ini, hingga tak terasa waktunya makan siang.
Entahlah, makan pun rasanya tak selera, memikirkan bagaimana kejadian ini bisa terjadi dalam hidupku!
Aku memang berempati dengan Nona Shyla, terlebih ada perasaan sesal diriku yang tak mampu menahannya untuk naik kelantai 17 saat itu dan terjadi hal ini!
"Bahkan jika Nona Shyla nanti tersadar, hal pertama yang akan aku lakukan yaitu mencari tahu apa yang menjadi penyebabnya," batinku dalam hati.
*********************************************
Percakapanku tempo hari dengan Dokter Barry.
Dokter :
"Ini sudah hari ketiga dan pasien belum menunjukkan kesadarannya. Kita masih tunggu keajaiban berpihak pada kita. Karna sejujurnya dari hasil CT Scan dan rontgen dalam kemungkinan fungsi otaknya dan beberapa tulang yang patah untuk kembali normal itu sulit karna ada pembuluh darah yang pecah saat jatuh juga adanya pembengkakan di otaknya.
Dan jika pasien bisa melewati masa kritis, pasti akan ada efek yang muncul setelah pasien sadar.
"Teruslah berdoa untuk kesembuhannya. Kami terus berupaya melakukan yang terbaik Tuan," ujar Dokter Barry menjelaskan.
"Lakukan yang terbaik Dok, saya hanya bisa berharap kepada anda!" ucapku pasrah.
"Sadarlah Nona...!"
...****************...
...Visual Daren...
Source : google/ arm wc
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
likes
2020-11-06
1
Bintun Arief
semua tersedia tapi kalau penuh tanda tanya gitu gimana mau selera makan 😪
2020-10-06
2
S_P astuti
tanpan..cool ewoknya .....baik lagi....
semangat Daren....
2020-10-06
1