...****************...
Kakiku sudah berada di atas pedal gas tinggal menginjak sedikit dan mengarahkan setir kekanan lalu tiba-tiba mobil itu melaju ke arahku dan berhenti tepat hanya menyisakan beberapa senti saja dengan bumper depan mobilku.
Malik bergegas turun keluar dari mobil dan membawa stick golf.
"Kau mau lari kemana sayang?" ia berteriak kearah Shyla.
"Apa kau belum membuka kado dariku?" semakin mendekati mobilnya.
Aku segera melihat sekeliling parkiran dan mendapati hanya mobilku dan mobilnya yang masih berada di tempat ini.
Mencari keberadaan security untuk minta tolong tapi aku tak melihat satupun, loket parkir juga berada di depan, sementara mobilku ada di balik gedung belakang, biasanya memang aku selalu memarkir mobilku di parkiran depan tapi tadi tempat itu sedang di perbaiki karna ada lobang di tengahnya jadi tak masalah untukku jika harus parkir mobil di belakang gedung bersama mobil karyawan lainnya.
"Damn!" batinku, seketika aku mengoper gigi mundur lalu menginjak gas sedikit, dengan cepat membelokkan setirku kearah kanan dan menancapkan gas, tapi langkahnya berhasil menghadang mobilku kembali, aku langsung menginjak rem.
"Mulai gila rupanya!" batinku.
"Shyla, jangan menolakku!" teriak Malik .
Aku melihat dia berdiri tepat di depan mobilku dan berlari kearah pintu samping mobil.
"Kau tahu? Aku ingin sekali segera menabrakmu pengecut!" umpatku kesal.
Ia mendekati kaca mobil kemudiku, dan menggedor kaca jendela, berteriak agar aku membuka pintu.
Seharusnya tadi aku menyadari bahwa ada mobil lain selain mobilku disini, seharusnya juga aku pulang tepat di jam pulang kantor dan pasti tidak akan begini kejadiannya, sesalku dalam hati.
"Dok...dok...dokk"
"Come on Shyla, open please" pintanya dari luar jendela kaca.
Aku sama sekali tak bergeming di dalam mobil bahkan aku tak ingin menatap matanya.
Ah ya, aku baru ingat handphoneku, harusnya dari tadi aku menghubungi security kantor.
Segera ku ambil handphone didalam tas, sambil mendengar beberapa kalimat permohonan yang keluar dari mulut pengecut itu, aku mencari kontak security gedung...tap...tap...aku menggulir layar handphoneku, nah, dapat!
"Shyla, please...let me talk!" dan Malik mulai menempelkan stick golfnya di kaca mobil depan.
"Sial!"
Beberapa menit kemudian Shyla berhasil terhubung ke kontak security Pak Roby.
"Pak Roby, tolong ya ke parkiran gedung belakang sekarang, ada orang yang mau jahatin saya, cepat ya!" putus Shyla tergesa.
Ia mencoba mengoper gigi mundur dan memundurkan kembali mobilnya sedikit, posisi Malik sudah bersiap mengayunkan stick golf untuk di pukulkan ke mobilku.
"Kau benar-benar pengecut Malik!!
Keputusanku tepat lepas darimu!" umpatku semakin kesal.
Tak lama dari dalam mobil aku melihat di kejauhan beberapa orang security datang berlari kearah mobilku, dan berteriak kearah Malik. Seketika itu Malik memukulkan lengan tangannya ke kaca jendela mobilku, hingga berbunyi.
"Crackk"
Aku menutup telingaku, kupikir ia akan benar-benar nekat merusak mobilku.
Ia menoleh kearah security tersebut lalu mengambil tongkat stick golfnya yang sedari tadi di letakkan di atas kaca mobil depanku dan bergegas masuk kedalam mobilnya, menancapkan gas lalu pergi meninggalkan area parkir.
Bahkan salah seorang security itu jatuh tersungkur karna hampir terserempet mobilnya yang melaju kencang.
Aku segera turun dari mobil dan menghampiri security itu.
"Mbak Shyla enggak kenapa-kenapa? Apa ada yang luka?" tanya Pak Roby kepala security di gedung ini dengan muka yang masih panik.
"Pak maaf ya pak, anak buah bapak jadi jatuh, nanti saya transfer ya buat pengobatannya. Dan tolong ya pak besok jangan sampai karyawan di sini ada yang tahu kejadian barusan."
"Siap mbak, saya enggak akan kasih tahu siapa-siapa. Nanti saya kasih tahu juga sama security jaga yang lain supaya jangan cerita ke siapapun."
"Ya udah pak, kalau gitu saya pulang dulu ya...hati-hati pak, terimakasih banyak udah nolong saya! " jawabku berpamitan dengan security tadi.
"Mbak apa perlu kami dampingi sampai apartemen? Biar mobil patroli kantor mengikuti di belakang mobil mbak untuk jaga-jaga..?" tanya Pak Roby kembali.
"Enggak usah pak, terimakasih, segera di bawa saja anak buah pak Roby ke klinik, saya akan lebih hati-hati pulangnya." jawabnya meyakini.
Setelah itu aku melajukan mobil keluar dari parkiran, dan mataku tak berhenti melihat dari spion depan mengamati beberapa kendaraan di belakangku dan aku juga memperhatikan dari kaca sein mobil kanan dan kiri, jaga-jaga kalau saja Malik mencegatku dijalan.
Tak lupa aku meletakkan handphoneku di dashboard bersiap menghubungi polisi jika Malik berbuat nekat.
Dua puluh menit berlalu, aku sampai di apartemenku. Aku menutup pintu lalu melepas high heels dan mencuci tanganku di sink, setelah itu aku bergegas mengambil gelas dan membuka kulkas untuk mengambil lemon ice yang selalu aku serve setiap hari.
"Arrghhh...."
Aku berjalan menuju kamar mandi lalu menyalakan kran bathtub, setelah itu aku menuangkan beberapa tetes aromatheraphy dalam diffuser di samping washtafel juga melemparkan bath bomb vanilla delight pada kolam bathtub.
Setelah aku menanggalkan seluruh pakaian, aku masuk kedalam bathtub.
"Ahhh..."
Nyaman sekali, aku memejamkan mata dan bersender pada punggung bathtub.
"Malik...!"
Tubuhnya bergetar tak karuan, mengingat kejadian tadi dan hubungannya yang menyimpan banyak sekali kenangan.
.
.
.
.
.
✅ I JUST WANNA SAY, THANKYOU GUYS 🥰
UP RATE, KASIH VOTE, DAN TINGGALKAN KOMENTARNYA YAA 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments