Hani masih duduk di tempat favoritnya di taman. Di iringi musik Letto yang mengalun. Ia menyesap coklat hangat lalu memejamkan mata menghirup aroma bunga. Radarnya bereaksi ia merasa seperti ada yang mengawasinya.
Ia membuka mata dan melihat sekeliling. Tidak ada siapa pun. Lalu ia mengalihkan pandangan ke jendela kamar misterius itu. Tirainya tertutup. Ia tatap dengan seksama tak ada siluet bayangan apapun. Hani lalu mematikan musik pada ponselnya. Ia beranjak pergi seraya membawa minuman coklat hangatnya.
Pasca kepergian Hani tirai jendela itu terbuka, nampak pria itu menyeringai.
" Jangan lagi kau tunjukkan dirimu padanya ?" Ucap orang yang duduk di sofa kamarnya.
Pria itu membalikkan badan. "Kenapa ?" Tanyanya, netranya menatap tajam orang yang sedang bersamanya.
" Aku hanya takut dia akan semakin penasaran tentang dirimu dan kamar ini. Lalu dia akan mencari tahu. Karena Hani adalah wanita yang tidak akan berhenti sampai rasa penasaran nya terpecahkan. " Ucap orang itu.
" Itulah yang membuatku ingin tahu apa yang akan dia lakukan, Dewa !"
Ya dialah Dewa yang berada di kamar itu.
" Kau akan membuat dia dalam masalah !" Ucap Dewa.
" Kau tahu Dewa. Selama aku hidup. Ini pertama kalinya aku merasa semangat menunggu hari esok. Aku ingin melihatnya, ingin tahu tentangnya."
" Ya, sampai kau menyuruh aku untuk memasang kamera tersembunyi di dapur, taman dan tempat-tempat di mana Hani sering berada."
"Ya, hanya dengan itu aku bisa melihatnya. Oh.. ya apa kau tahu ada apa dengannya hari ini ? Karena senyumnya berbeda dan aku tidak menyukainya. Tolong kau cari tahu apa yang terjadi dengannya !"
" Baiklah Tuan."
" Jangan kau panggil aku seperti itu, Dewa ! Kau tahu aku tidak suka. "
" Baiklah. Apa kau sudah pertimbangkan saranku ?"
" Entahlah, aku masih tidak yakin. Aku merasa akan percuma. Hanya membuang waktu."
" Ayolah, setidaknya kita mencobanya walaupun hanya 1% keberhasilannya, setidaknya masih ada kesempatan. Tidak akan ada yang kau sesali jika kau berusaha dari pada kau tidak melakukan apapaun."
" Percuma Dewa, percuma !"
" Tidak ada yang percuma. Allah melihat semua usaha hamba-Nya. Mereka yang berjualan lalu jualannya tidak laku. Allah tetap membayar keringat mereka lelah mereka dengan pahala. Tidak ada yang percuma dan sia-sia di dunia ini. Bahkan kegagalan pun memberikan pelajaran. "
" Nanti saja aku pikirkan lagi !" Putus pria itu.
" Jangan pikirkan kegagalannya tapi pikirkan Hani. Kau bisa bertemu dengannya. Aku pergi dulu. Kau jangan mengintip lagi di jendela." Setelah mengatakan itu Dewa pergi. Bukan melalui pintu kamar tapi melalui pintu rahasia yang berada di kamar di dalam walking closet. Pria itu kemudian mengambil ponselnya dan melihat video -video dari kamera tersembunyi di rumahnya. Ia mencari Hani tapi Hani tidak ada. Mungkin ia sedang di kamarnya.
***
Hani baru saja selesai mandi. Sekarang sudah jam 5 sore. . Suaminya belum pulang. Ia yakin suaminya tidak akan pulang. Dengan wajah babak belur seperti itu pasti akan mengundang pertanyaan. Ia pasti menghindari pertanyaan dari keluarganya. Mungkin sekarang Fatih sedang berada di Apartemen Rere.
" Permainan cantik akan di mulai sayangku. Aku tidak akan menangis untuk setiap luka yang di beri lawan karena itu hanya akan membuat lawan senang. Justru aku akan tertawa karena itu awal dari penderitaan mereka." Gumamnya.
Hani bercermin untuk memastikan penampilannya sudah rapi. Ia memakai gamis putih simple bermotif bunga kecil. Hijab yang juga berwarna putih. Make up yang tipis dan natural membuatnya cantik alami.
Hani lalu keluar. Ia melirik kamar sebelahnya.
" Akan ku urus kau nanti." Ujarnya.
Lalu ia berjalan setelah menutup pintu kamarnya. Ia merasa bosan berada di kamarnya.
Hani berjalan ke ruang keluarga. Ia akan menonton TV. Ini pertama kalinya Hani berada di ruangan ini.
Lalu datang Nyonya Angelica Mamahnya Fatih.
" Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi ?" Tanya Mamah mertuanya begitu dia duduk tak jauh dari Hani.
" Maaf, Mah. Tapi dari tadi tidak ada yang menghubungi Hani. Mamah menghubungi Hani ?"
Hani melihat ponsel yang di pegangnya. Ia mengecek daftar panggilan, tidak ada panggilan masuk atau tak terjawab. Lalu ia melihat chat yang masuk . Tidak ada chat dari suami atau keluarga suaminya.
" Lihat Mah. Ponsel ini dari tadi sama Hani dan tidak berbunyi. Hani lihat juga tidak ada panggilan masuk ."
" Apakah Fatih berbohong ya. Dia bilang sudah menelepon Hani tapi Hani tidak mengangkatnya ." Batin Angelica.
" Oh..ya sudah mungkin aku salah pencet nomer." Hani hanya manggut- manggut.
" Ke mana saja kamu tadi ?" Tanya Angelica. Hani heran dengan mertuanya , kenapa dia selalu bicara ketus pada Hani.
" Tadi Hani ke rumah Ayah. Hani sudah bilang sama Mas Fatih. "
" Ada urusan apa?"
" Tidak ada, Hani cuma rindu."
" Hm..lain kali kalau pulang ke rumah orang tua ajak suami mu. Kalau suamimu sibuk tunggu sampai dia bisa pergi bersama."
" Perasaan salah terus. Aku yakin jika di ajak pun dia tidak akan mau ikut." Batin Hani.
"Iya Mah." Hani mengiyakan saja biar cepat. Dia malas berdebat.
Sementara yang dibicarakan kini sedang berada di apartemen Rere. Wajahnya yang babak belur membuatnya enggan pulang. Lebih baik ia menghindar sampai wajahnya kembali seperti semula.
" Sayang minum obatnya biar cepat sembuh !" Rere memberinya obat dari dokter. Ia juga membawa gelas berisi air putih. Fatih meminum obatnya.
Lalu Rere mengoleskan thrombopop salep gel pada kulit wajah Fatih yang memar.
" Dasar kurang ajar sekali Hani menyuruh adiknya untuk menghajarmu. Dia juga ternyata membuntuti kita !" Ujar Rere.
" Sepertinya Hani tidak membuntuti kita, tadi ia minta izin padaku mau ke rumah Orang tuanya. Kelihatannya dia dan adiknya ingin makan di restoran itu." Ujar Fatih.
" Kenapa kamu membelanya?" Tanya Rere marah karena Fatih berbeda pendapat dengannya.
" Aku tidak membelanya. Aku hanya mengungkapkan fakta sebenarnya. "
" Sejak kapan kamu percaya fakta? Bukankah selama ini kita menutupi fakta sebenarnya dan membuat fakta palsu !" Ujar Rere tersenyum miring.
" Kepalaku pusing. Jangan berdebat denganku ! Lebih baik kau elus rambutku. Lalu Fatih merebahkan tubuhnya dan menjadikan paha Rere bantal.
" Lantas bagaimana dengan Opa, jika kamu tidak pulang ?" Rere bertanya seraya mengusap- ngusap rambut Fatih dengan satu tangan.
" Tenang saja aku sudah memberi alasan pada Mamah. Kalau aku harus ke luar kota untuk bekerja." Jawab Fatih dan mengusap lembut satu tangan Rere yang berada di dadanya.
" Apa nanti Hani tidak akan menceritakan kejadian di restoran ?" Tanya Rere lagi.
" Sepertinya tidak , semoga saja. Jika Opa tahu aku masih berhubungan denganmu bisa dipastikan saat itu juga aku dicoret dari KK !"
" Sampai kapan kita akan seperti ini Fat ?" Sebenarnya Rere juga merasa lelah karena hubungannya tak mendapat restu dari Opa.
" Kamu sabar ya. Sedikit lagi sayang. Kita sudah melangkah sejauh ini. Sedikit lagi kita bisa mencapai finish dan menikmati hasilnya bersama." Jawab Fatih meyakinkan, lalu ia menyentuh leher belakang Hani dengan tangan kirinya dan mendorong nya agar lebih dekat dengan wajahnya. Fatih memberinya sentuhan pada bibir Rere dengan bibirnya.
Suara dering telepon menghentikan kegiatan mereka. Rere mengambil ponselnya yang berbunyi. Ia melihat layar ponselnya dan mematikan ponsel itu.
" Kenapa tidak di angkat malah di matikan ?"
" Ah itu hanya telepon tidak penting. Aku tidak mau telepon itu mengganggu kegiatan kita." Ucap Rere lalu duduk di pangkuan Fatih. Kegiatan panas pun berlanjut.
Malam itu Fatih benar tidak pulang dan menjadi pertanyaan buat Opanya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-02-13
0
DPuspita
Rere selingkuhi Fatih. Dia cuma mau hartanya. Padahal hartanya milik opa nya Fatih. Kenapa dia gak deketin opanya aja ya... 🤔 Bisa lgsg lewat jalan toll kenapa harus lewat jalan tikus 😅🤭
2023-02-13
0
Nurmalia Irma
good hani..fightiiiingg 💪
2023-01-16
0