Setelah selesai sholat Hani ke ruang keluarga . Di sana sudah berkumpul semuanya. Hani akan pamit pulang sekarang.
Hani duduk di samping Bundanya. Ia merangkul lengan kanan Bunda dan menyenderkan kepalanya di pundak Bunda.
" Bun, Hani pamit pulang ya. Gak enak kalau lama-lama. Soalnya Hani juga mau mampir ke suatu tempat dulu ."
" Iya sayang . Mau diantar Abdil ? Biar lebih cepat !" Kata Bunda.
" Iya Kak, apalagi Kakak mau mampir ke tempat lain. Biar gak perlu naik turun Taxi. Abdil antar ya. Hari ini adikmu siap menjadi Supri !" Abdil meng iyakan ucapan Bunda.
" Apa itu Supri ?" Tanya Ayah.
" Supir Pribadi Yah." Jawab Abdil.
" Oh.." Ayah terkekeh.
" Iya Han, sudah di antar Adek kamu aja !" Ayah memberi keputusan.
" Kalau Ayah sudah memberi perintah, Aku bisa apa? Hanya manut saja." Senyum Hani mengembang layaknya bunga yang mekar dan menular pada semua orang di sekitarnya.
Hani dan Abdil pamit pada Orang tuanya. Mereka berangkat menaiki motor. Hani minta di antar ke mall. Ia akan melihat bagaimana restoran di mall. Karena selama ini kalau makan di restoran yang ada di mall, Dia cuma makan aja tidak memperhatikan secara detail design dan pelayanannya. Kini Hani betul-betul mengamati dan menulis di bukunya. Dia sedang mencari konsep untuk restorannya. Hani tidak memesan makanan yang berat hanya cemilan yang ringan. Itu pun seporsi berdua dengan adiknya. Karena dia sudah makan.
Saat sedang menikmati cemilan. Ia melirik adiknya. Ada apa dengan adiknya yang terlihat menahan emosi, sampai keluar urat-urat di lehernya. Tatapannya fokus pada satu arah di belakang Hani.
Hani yang akan melihat ke belakang terkejut karena Abdil langsung bangun dan berjalan dengan cepat. Hani pun akhirnya bangun walau dia bingung dengan sikap adiknya.
" Dek...dek.. kamu kenapa ? " Hani memanggil-manggil Abdil tapi tidal ada tanggapan. Abdil berhenti di satu meja dan dia menonjok seorang pria. Suara teriakan dari para pengunjung wanita terdengar. Abdil benar-benar murka dia mengeluarkan seluruh tenaganya sampai wajah pria itu babak belur.
" Dek.. udah dek .. udah.. dek.. berhenti dek... BERHENTI DEK ! "
Hani terpaksa teriak karena adiknya tidak mengindahkan peringatannya. Ia menarik lengan adeknya. Ia sudah tahu siapa yang sedang di pukuli adiknya. Dan ia juga tahu pasti adiknya melihat sesuatu. Tak mungkin adiknya bertindak tanpa sebab.
" Mas Fatih, Rere ! Kalian sedang apa di sini ? Aku pikir Mas sedang kerja di kantor !"
" Maaf Pak Bu saya manager di sini.. mohon untuk keluar dari restoran ini, agar tidak mengganggu kenyamanan pengunjung yang lain. Tapi sebelumnya harap ke kasir dulu ! Terima kasih." Seorang Manager datang msnghampiri.
" Maaf Pak. Mari kami obati luka Anda ." Lanjut manager itu.
" Tidak perlu !" Fatih langsung pergi ke kasir di susul Rere.
" Bajingan.. cowok brengsek. Kak ceraikan saja lelaki tukang selingkuh seperti itu !" Ucap Abdil penuh emosi.
"Sshh... Maaf...maaf menganggu kenyamanan kalian.. " Hani meminta maaf pada pengunjung yang memperhatikan mereka.
Ia lalu menarik tangan adiknya keluar restoran. Sambil melewati kasir ia langsung memberikan uang 100 ribu dan langsung pergi.
Ia sudah tidak melihat Fatih atau Rere. Cepat sekali mereka pergi. Padahal banyak yang ingin ia tanyakan. Hani mengajak Abdil duduk di bangku yang di sediakan mall.
" Kamu kenapa nonjok dia de? "
" Kakak tahu apa yang aku lihat? Mereka bermesraan cium pipi , cium bibir. Gimana aku gak emosi !"
" Ya wajar de, mereka itu adik kakak !"
" Adik kakak dari hongkong ! Adik kakak ketemu gede kali. Mana ada adik kakak ciuman mesra di bibir. Depan umum lagi. Nyesel ade tadi gak di videoin. Biar di viralin di sosmed . Pengusaha terkenal sudah beristri sedang berselingkuh !" Hani tertawa mendengar perkataan adiknya.
" Kenapa Kakak malah tertawa. Kakak gak kesal suaminya selingkuh? Masih bisa-bisanya Kakak ketawa, aku yang esmosi ini !"
" Emosi de, bukan esmosi. Lagian ngapain kesel. Kakak malah senang dia ketahuan selingkuh. Jadi dia tidak bisa berbohong lagi. Coba kalau gak ke gap tadi . Dia pasti masih terus menjalin hubungan di belakangku. Sementara di depanku dia bersikap seolah suami yang baik !"
" Kakak benar , ini cara Allah memberi petunjuk pada kita."
" Coba lihat tanganmu ? " Pinta Hani pada Adiknya.
" Lihat ! tanganmu merah. Apa bisa kau bawa motor?"
"Bisa Kak, aku bukan lelaki lemah !"
" Ya sudah. Hayu lelaki
tangguh antar Kakak pulang !"
" Kakak pulang ke rumah Bunda aja ya ."
" Tidak bisa, Kakak harus tetap pulang ke rumah keluaga Adinata."
" Tapi Kak. Aku khawatir sama Kakak. Nanti kalau dia berbuat kasar bagaimana?"
" Aku bukan wanita lemah de ! Kamu tahu prinsipku. Kakak akan berikan apa yang sudah mereka beri. Kamu kira Kakak akan diam saja mengetahui mereka berkhianat. Oh tidak sayang. Kakak akan memberi mereka sedikit pelajaran manis. Kamu tenang saja."
" Baiklah terserah Kakak aja tapi Kakak harus meneleponku sehari 2x bila Kakak tidak meneleponku aku akan datangi rumah itu seperti badai, dan membuat isinya porak poranda. "
" Siap ,Adeku sayang. Ayo pulang !" Mereka keluar mall
...***...
" Makasih ya de, Kamu mau masuk?"
" Gak makasih..aku langsung pulang aja."
" Ya udah Titi DJ Dedi Dores ya. "
" Oke."
Abdil pulang dan Hani masuk ke dalam.
Ia tidak melihat Fatih . Mungkin dia sedang bersama Rere yang diakuinya sebagai adik. Hani merasa emosi bukan karena patah hati tapi lebih karena merasa di bodohi. Mereka pasti tertawa di belakangnya selama ini. Kurang asem, lihat saja nanti ia pasti akan balas.
Sebelum itu terjadi jangan harap ia akan meminta cerai. Mereka salah pilih korban, ini pasti ada hubungannya dengan rencana lain? Tapi apa yang Mereka rencanakan? Ia akan cari tahu.
Hani langsung pergi ke dapur. Ia ingin membuat coklat hangat.
Di sana ia bertemu Retno.
" Ada yang bisa saya bantu Nyonya ?"
" Halo Retno. Tidak perlu saya cuma mau bikin minuman coklat hangat."
" Biar saya saja yang buat Nyonya." Retno langsung membuatkan minuman untuk Hani.
" Retno apa kamu tahu Rere ?" Tanya Hani.
" Iya Nyonya mantan pacar Tuan Fatih. " Jawab Retno.
" Oh..aku pikir Kakaknya." Respon Hani
" Saya pikir Nyonya sudah tahu." kata Retno.
" Apakah Opa sudah pulang ?" Hani mengalihkan pembicaraan.
" Belum Nyonya. Ini Nyonya silahkan." Retno menyerahkan minuman coklat hangat.
" Terima kasih. Saya mau minum di taman. "
" Iya Nyonya."
Hani pergi ke taman. Ia duduk di tempat favoritnya. Ia membuka ponsel dan menyalakan musik.
Ia berpikir bagaimana cara memberi pelajaran yang manis untuk suaminya dan Rere.
Hani tersenyum miring dan senyum itu dilihat oleh seseorang di balik jendela. Dia menggunakan teropong yang diberikan Dewa. Agar ia dapat melihat Hani lebih jelas.
" Kenapa kau tersenyum seperti itu. Aku tidak suka. Itu senyum yang menandakan kekecewaan dan kelicikan. Apa kamu sedang ada masalah?" Gumam pria itu.
...----------------...
Halo readers maaf baru menyapa. Terima kasih sudah membaca tulisan aku yang masih banyak kekurangan.
Terima kasih untuk semua like dan komen juga hadiah dan votenya.
Menambah semangat author.
Jangan lupa jaga kesehatan. Saat ini covid omicron semakin meningkat..semoga kita semua selalu di beri kesehatan amiiin..
Sampa jumpa.di next bab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Deliza Yuseva
sangat suka cerita mengenai wanita yg kuat...
2024-05-27
0
Dati Purwani
suka..suka...suka....semangat author.../Good//Good/
2024-05-26
0
fifid dwi ariani
trus sukses
2023-02-13
0