Fatih berada di kamar Omanya. Oma sedang sakit. Ia terlalu larut dalam kesedihannya. Oma menjadi susah makan dan hanya mengurung diri di kamar.
Hani datang membawa makanan dan minum .
" Oma makan dulu ya. Ini buatan Hani loh.. Oma cobain ya..!" Hani menyendokkan nasi dan sayur sop untuk Oma.
" Ayo Oma aa.. " Oma hanya melihat sendok di depan mulutnya tapi tidak mau membuka mulutnya .
" Oma.. ayo makan, nanti oma sakit kalau tidak makan." Bujuk Fatih.
" Oma mau makan apa? nanti Hani buatkan yang Oma mau."
"Oma tidak mau apa-apa. Oma hanya mau tidur. Tinggalkan Oma sendiri !"Oma memiringkan badannya menjadi membelakangi Hani dan Fatih. Hani menghela nafas lalu meletakkan piringnya di meja.
" Baiklah Oma, Hani tinggal dulu. Tapi Oma ..Hani mohon Oma makan ..terus minum obat ! Hani simpan makanannya di sini." Hani pergi meninggalkan Oma dan Fatih.
" Oma.. jangan begini. Opa pasti sedih melihat Oma." Ucao Fatih.
" Biar !.. Oma mau Opa datang menjemput Oma."
" Oma !.. lebih baik Oma do'akan Opa. Biar Opa tenang . Kami di sini masih membutuhkan Oma. Jika Oma pergi juga, bisa Oma bayangkan betapa sedihnya kami di sini. Kami baru saja kehilangan Opa, Seharusnya kita saling menguatkan." Ucap Fatih.
" Oma masih perlu waktu."
" Baiklah Oma. Fatih akan pergi."
Fatih keluar ia pergi dengan perasaan yang tidak menentu. Melihat Omanya yang seperti itu karena kehilangan Opa. Sudah seminggu ini Fatih merasakan perasaan yang sangat merasa bersalah dan itu menyiksanya. Ia kadang seperti mendengar suara Opanya.
Karena itu dia banyak berada di ruang kerjanya dan minum untuk menghilangkan perasaan bersalahnya.
Seperti saat ini Fatih melarikan diri ke ruang kerjanya dan minum vodka.
Tok..tok..
" Masuk " Masuklah Hani. Ia melihat Fatih sedang minum. Fatih pasti sangat merasa kehilangan dan sedih.
"Mas, Kalau kamu sedih butuh teman curhat . Aku ada di sini Mas. Aku tahu kau sangat kehilangan Opa tapi buka begini cara melampiaskannya. Lebih baik kau banyak berdo'a untuk Opa."
"Diamlah ! Kau tambah membuatku pusing. Lebih baik aku pergi." Fatih menaruh gelas dengan sangat kencang ke atas mejanya. Lalu pergi. Hani menarik tangan Fatih.
" Mas.. jangan seperti ini. Minuman itu haram dan berakibat buruk untuk badanmu Mas. Kejadian ini sudah takdir. Kita harus ikhlas menerimanya !"
" Katakan itu pada Oma ! Dan tidak usah kau berlagak perduli padaku."
" Aku tidak berlagak perduli. Tapi aku memang perduli. Bagaimanapun kau suamiku. Kewajibanku untuk mengingatkan jika kau salah dan sudah kewajibanku untuk selalu mendampingimu baik dalam senang maupun duka. "
" Bulshit. Kamu senang kan melihat aku terpuruk seperti ini !"
" Astagfirullah Mas. Aku tidak seperti itu. Senang dengan kesedihan orang lain. Aku memang sakit hati denganmu tapi itu tidak membuatku menjadi manusia picik yang tak berhati. Sebagai seorang istri aku memang membencimu tapi aku juga berkewajiban untuk mengingatkan dan mendampingimu..." Hani menatap Fatih lekat. Tapi Fatih merasa Hani menatapnya iba dia tidak suka tatapan itu.
Fatih menepis tangan Hani. " Aku tidak ingin di kasihini. Sekarang kau pergi dari sini !"
"Mas ! Aku tidak mengasihanimu. Baiklah aku akan pergi . Tapi jangan minum lagi Mas. "
" Pergi !" Hani pun pergi. Dia hanya ingin mengingatkan. Sebagai istri Hani merasa masih memiliki kewajiban untuk mengingatkan suaminya.
Fatih lalu duduk di sofa dan bersandar memejamkan mata. Seseorang masuk ke dalam.
" Sudah ku bilang. Aku ingin sendiri !"
" Maaf Tuan, tapi saya hanya ingin menyampaikan pesan dari Nona Rere." Mendengar suara Retno, Fatih membuka matanya dan duduk tegak .
" Kenapa Rere meneleponmu ?"
" Karena tuan tidak pernah mengangkat teleponnya. Nona Rere khawatir pada Tuan setelah kepergian Tuan besar. Tuan Fatih berubah." Ucap Retno.
" Aku akan meneleponnya. Sekarang pergilah !" Tegas Fatih.
" Saya tahu apa penyebab tuan seperti ini ! " Retno menjeda ucapannya.
" Saya melihat Tuan keluar kamar sejam sebelum Oma masuk. Itu berarti Tuanlah orang yang terakhir bersama Opa sebelum Opa meninggal. Benarkan Tuan ?" Fatih terkesiap namun dengan cepat dia berusaha tenang tak ingin menunjukkan kegelisahan.
" Saya tidak tahu apa yang kamu bicarakan Retno. Kamu yakin kalau saya yang kamu lihat. Bukan orang lain."
" Saya bukan orang yang suka berasumsi, saya lebih suka bicara sesuai fakta. Untuk itu tentu saja saya harus punya bukti bukan? Ini buktinya ada di dalam sini. Jelas sekali terlihat wajah Tuan !" Retno terseyum angkuh merasa ia mengendalikan situasi.
" Kamu..! "
" Saya akan tutup mulut Tuan ! dan bukti ini akan tersimpan rapi tidak akan ada yang tahu. Tapi tentu saja tuan tahu apa yang saya inginkan."
" Kamu semakin serakah Retno !! Baiklah akan saya transfer ke rekening kamu !"
Hani mendekat ke arah Fatih. Ia tersenyum dan berjalan dengan perlahan menatap Fatih menggoda.
" Tuan tahu bukan itu saja yang saya inginkan !" Retno berdiri tepat di depan Fatih. Ia membelai wajah Fatih.
Fatih memegang tangan Retno Lalu menariknya. Sehingga Retno jatuh terduduk di pangkuan Fatih, dengan lutut bertumpu pada sofa dan masing-masing kaki berada di kanan kiri paha Fatih. Retno lalu duduk di pangkuan Fatih.
" Ini yang kau inginkan bukan ?" Tanya Fatih.
" Tuan memang selalu mengerti saya. Retno lalu menyerang bibir Fatih. Mereka saling bergelut lidah dan membelai satu sama lain. Tangan Fatih mulai membuka ziper di belakang baju Retno sementara bibirnya masih menjadi sasaran keganasan Retno.
Ia melepas baju Retno. Fatih beralih mencium lehernya. Dan meremas yang ia sentuh. Retno bangkit dan melepas semua bajunya. Lalu kembali duduk di pangkuan Fatih. Ia menyeringai dan membuka kancing baju Fatih satu persatu. Lalu kembali menikmati bibir Fatih. Aksinya membuat Fatih semakin terbuai apalagi ia baru saja minum membuatnya mudah terangsang dan kehilangan akal. Fatih menghentikan ciuman Retno dan beralih memainkan benda kenyal favoritnya dengan mulut dan lidahnya. Membuat Retno tak kuat menahan desahannya. Mereka terus bergumul tidak ingat waktu. Melupakan segalanya. Melupakan status Fatih yang beristri. Melupakan bahwa mereka bukan pasangan muhrim. Fatih juga melupakan semua masalahnya termasuk Rere yang sedang menunggu kabarnya. Nafsu sudah menguasai mereka. Hanya kenikmatan yang ingin mereka reguk.
Sementara itu seseorang masuk ke dalam kamar Oma. Dia memakai topeng. Ia mengunci kamar Oma.
" Oma.." Oma yang sedang termenung menatap foto di dinding dan membelakangi pria itu, menoleh serta membalikkan badannya. Ia melihat seorang pria yang tinggi dan bertopeng. Ia langsung duduk dan bersikap waspada.
" Siapa kamu?" Oma menggeser duduknya agak menjauh.
" Oma ini aku Dirga !"
" Dirga ! Benarkah kamu Dirga. Kamu lebih tinggi dari yang Oma ingat." Oma menjadi lebih rileks. Dirga melihat makanan yang belum tersentuh di meja makan.
" Oma, kenapa Oma belum makan. Oma terlihat lebih kurus. Oma jelek kalau kurus kadi peot !"
" Kamu cucu kurang ajar malah ngatain Oma !" Oma cemberut.
" Makanya Oma makan yang banyak biar berisi dan sexy." Dirga mendekat dan duduk di samping Omanya.
" Oma sexy juga buat siapa? Tidak akan ada yang memuji Oma ."
" Ada ..aku. Dirga yang akan memuji Oma sampai Oma bosan dan mual."
Oma terkekeh. " Kamu selalu bisa menghibur Oma. Sayang kamu baru keluar setelah Opa tiada. Oma dan Opa selalu menahan diri untuk bertemu denganmu. Kami takut terjadi hal buruk padamu." Oma menggenggam tangan Dirga.
" Dirga tahu Oma. Kalian juga mengirim Dewa untuk Dirga iya kan?"
" Dewa bilang padamu?"
" Tidak Oma. Dirga hanya menebak. Tidak mungkin dia bisa bebas keluar masuk kamar Dirga, kalau bukan kalian suruh. Dewa memang sahabat Dirga tapi tidak akan sebebas itu!"
" Iya kami meminta tolong padanya untuk menjagamu sementara kami harus menjaga jarak darimu. Demi keutuhan keluarga kita dan menghindari tragedi. "
" Aku paham Oma ."
" kamu beruntung Dirga, Dewa adalah sahabat yang baik dan tulus. Dia menolak pemberian Oma dan Opa dua bilang sudah kewajiban seorang sahabat untuk saling menjaga."
" Ya Oma, aku beruntung. Aku juga beruntung masih ada Oma yang sayang padaku. Karena itu Oma jangan tinggalkan Dirga sendiri. Cuma Oma yang Dirga punya. Oma harus kuat sehat dan sexy untuk terus bersama Dirga."
Oma tidak mengeluarkan sepatah katapun ia hanya menatap Dirga dan membuka topengnya. Lalu ia membelai pipi cucunya dan menitikkan air mata.
" Iya Oma akan bertahan dan terus bersamamu. Opa pasti sedang tersenyum di sana bersama orang tuamu. Tugas Oma sekarang untuk merawatmu. "
" Tidak..Oma salah. Tugas Dirga sekarang yang merawat Oma. Ayo Oma harus makan. Dirga akan menyuapi Oma !" Oma mengangguk dan ia makan disuapi Dirga.
...----------------...
Fatih
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sukses
2023-02-13
0
Lisa Z
dirga ga bisa oplas aja ya? biar ga main petak umpet teruss
2022-03-17
0
Lisa Z
ini orang ga ada akhlak nya ya
2022-03-17
0