Hari ini adalah hari di mana keluarga Fatih akan datang untuk meminta ta'aruf. Dan Hani akan mengambil keputusan besar untuk masa depannya kelak. Semoga jawaban yang akan dia berikan membawa kebahagiaan untuk keluarganya.
Hani Pov.
" Sayang.. keluarga Fatih akan datang jam berapa ? " Tanya Bunda padaku. Kami sedang membuat kue putri ayu, di bantu adekku. Tumben dia ada di rumah, biasanya hari minggu begini dia sudah kelayapan.
" Gak tahu Bun, Rere tidak bilang jam berapa dia akan ke sini."
" Kok sama Kak Rere? Emang Kakak gak komunikasi sama Kak Fatih langsung? Kenapa semua lewat Kak Rere?" Tanya adekku. Jangankan kamu de, Kakak aja selalu bertanya-tanya.
" Gak tahu kakak juga ." Jawabku.
" Ya udah biarin aja sih ! kan masih satu keluarga ini. Mungkin Fatihnya pemalu !" Celetuk Bunda.
" Kak, mending Kakak pikir-pikir lagi deh kalau nerima dia. kok rasanya Abdil gak suka ya." Ucap Abdil tapi sambil mencolek adonan yang ku tuangkan ke dalam cetakan. Aku memukul pelan tangannya.
" Jorok ih " Dia malah menjilat telunjuknya.
" Gak suka gimana? Ketemu aja belum ? Tak kenal maka tak sayang." Ucap Bunda menimpali perkataan Abdilah tadi.
" Ya Abdil kan mendengar cerita Kak Hani. Mudah-mudahan aja Abdil salah. Ade kan cuma mau yang terbaik untuk Kakak kesayangan Abdil "
" Oh..so sweet adeku sayang." Aku memeluk Abdil. Ia membalas pelukanku. Lalu mencolek hidungku. Dia tertawa aku curiga dia menjailiku. Aku pegang hidungku ternyata benar dia mencolek dengan tangan yang ada adonan. Emang rese si Abdil.
" Nih.. Kakak balas." Aku mencolek adonan dan mencolek pipinya dengan adonan tadi. Aku tertawa dia justru mencolek adonan lagi. Aku tentu lari menghindar. Dia mengejarku. Aku bersembunyi di belakang Bunda yang menjadi tamengku.
" Ade..udah ih..jangan jail lagi. Sana pergi !" Teriakku sambil menghindar.
" Aduh..kalian ini sudah besar masih aja suka bercanda kalau di dapur. Udah.. udah..kalian pergi aja sana. Bukannya cepat kelar malah ambyar. "
Abdil langsung diam, ia lalu memberi kode padaku. Aku mengerti kode itu. Aku lalu mencolek sedikit adonan dan kami mendekati Bunda.
" Iya Bunda kami akan ke dalam aja !" Ucapku lalu aku dan Abdil mencolek pipi Bunda.
" Kabuuur !" Teriak Abdil. Aku berlari bersama Abdil takut terkena lemparan spatulla melayang. Percayalah rasanya sakit. Dan lemparan Bunda tak pernah meleset. Aku dan Abdil sudah pernah merasakannya.
" KALIAN...AWAS YA TUNGGU PEMBALASAN BUNDA !" Bunda teriak dari dapur. Ia tidak akan mengejar kami. Ia sedang sibuk membuat kue.
" Hahaha...hah..hah.., Kakak kira-kira bagaimana Bunda akan membalas kita ?" Tanya Abdil seraya duduk di sofa.
" Entah aku tak tahu ." Jawabku sambil ikut duduk di samping Abdil.
" Kalian ini sudah besar masih saja jail !" Ayah datang ikut brrgabung duduk di sofa .
" Tuh Abdil duluan !" Abdil hanya tertawa..
" Han..coba kamu telepon Fatih kapan dia akan ke sini ?"
" Iya Yah.. Dek ambilin ponsel Kakak gih di dapur !" Aku tidak mau ke dapur takut kena ufo
" Ogah ah.. tar kena ufo terbang." Tub kan sama sepertiku. Aku tertawa mendengar nya.
" Dek.. cepet nanti Kakak beliin kuota buat ML !" Bujukku pada Abdil
" Ogah ! apaan beli kuota cuma buat sehari rugi. Kalau beli kuota buat sebulan mau ." Dia malah mau nego tapi gak apa-apa deh.
" Ya udah deh Kakak beliin buat sebulan. Sana gih ambilin !"
" Bener ya buat sebulan." Abdil pergi ke dapur dan mengendap -ngendap mengambil ponselku.
" Abdil makan nih pembalasan Bunda !"
Terdengar teriakan Bunda. Tak lama Abdil keluar dengan muka penuh tepung.
Aku dan Ayah tergelak sampai kami memegang perut .
" Nih Kak. Tambahin jadi 2 bulan. Abdil mau mandi dulu. Ha..ha..ha. ketawa aja sana sampai sakit perut !" Abdil mencibir.
" Astagfirullah... Dil..Ayah cape tertawa. Itulah balasan anak durhaka yang jail sama ibunya. Hani cepat telepon Fatih !" Abdil berlari ke kamarnya untuk mandi.
" Iya Yah..Aatagfirullah ." Aku mengusap air mataku yang sedikit keluar karena tertawa tadi.
Telepon tersambung dan diangkat
" Halo.." Suara Rere terdengar.
" Iya halo Assalamu'alaikum... Re, maaf kamu jam berapa mau ke sini?" Tanyaku
" Ini kami sedang siap-siap mau berangkat !" Aku terkesiap mendengar Rere
" Apa? Ok aku tutup dulu ya makasih. Assalamu'alaikum ." Sekarang ! Berarti sebentar lagi mereka sampai, dan kami belum siap. Harusnya gak gini konsepnya.. kacau..kacau.
" Ayah..mereka sudah berangkat !" Kataku lalu aku bergegas ke dapur. Aku tidak perduli lagi Bunda mau kasih hukuman apa.
" Bunda mereka sudah di jalan !" Aku teriak pada Bunda.
" Apa? Aduh gimana ini , dapur masih berantakan. Gak ada waktu ! Ya udah.. gini aja, Bibi tolong bereskan semua. Adonan masukin kulkas aja. Hani kamu mandi dandan yang cantik. Nanti kita beli makanan aja . Ayo !" Bunda berlari ke kamar untuk mandi.
" Ayah buka pintu..Bunda mau mandi !" Suara teriakan Bunda terdengar sampai ke luar kamar.
Aku bergegas ke kamar untuk mandi.
15 menit kemudian semua sudah rapi. Bunda lalu menelepon toko kue langganannya. dia pesan banyak kue basah tradisional dan juga kue kering. Bunda sangat sibuk.
Aku menepi ke taman untuk menenangkan hatiku. Sebentar lagi aku harus mengambil keputusan besar untuk hidupku.
Aku teringat perkataan Abdil . Dia saja merasakan tidak yakin, apalagi aku. Bukan tidak yakin sih, tapi takut, takut semua tidak akan berjalan baik untuk masa depanku.
Saat aku sedang merenung datang Abdil menghampiri. Ia merangkul ku. Dia mengerti suasana hatiku.
" Kakak tenang saja, aku akan selalu di samping Kakak. Apapun keputusan Kakak aku akan dukung. You can count on me " Manisnya adekku ini. Dia paling bisa menghiburku dan membuat ku nyaman. Aku senderkan kepalaku di dadanya.
***
Kami sedang duduk berhadapan dengan Fatih dan orang tuanya juga kakek dan neneknya.
" Jadi ini nak Hani ?" Tanya neneknya Fatih.
" Iya nek." Jawabku sopan. Sepertinya dia baik. Senyumnya tulus.
" Cantik dan sopan, berapa umur kamu sayang ?" Tanya nenek lagi.
" 25 tahun nek ." Jawabku.
" Oh..berarti beda 2 tahun dengan Fatih ya. Fatih 27 tahun." Ucap Kakek.
" Kamu kerja apa ?" Tanya Ibunya Fatih.
" Saya sekretaris ." Jawabku singkat.
" Oh.. Sekretaris, Tapi sekretaris biasanya berpakaian modis dan seksi." Ucap Ibunya Fatih.
" Alhamdulilah di perusahaan tempat saya bekerja bos saya baik. Lebih mengutamakan skill dari pada body. Dia juga menghormati wanita dan bisa menjaga pandangannya. Gak tahu kalau perusahaan lain yang mungkin senang cuci mata melihat yang seksi." Jawabku sambil tersenyum lembut.
Setelah itu Ibunya Fatih tidak lagi bicara ia mengibas-ngibaskan kipasnya. Gaya ibu sosialita sekali.
Pembicaraan di dominasi oleh Ayah dan Kakek. Fatih cuma diam menyimak sambil memegang tangan Rere.
" Nak Fathi bagaimana ? Apa kamu menerima ta'aruf kami ?"
Akhirnya pertanyaan itu keluar juga. Ini waktunya aku menjawab. Bismillah ....
" Hani menerima ta'aruf Kak Fatih. Tapi dengan syarat jika di tengah jalan kami tidak merasa cocok. Boleh kan kami membatalkan ta'aruf ini ?"
" Tentu saja, semua butuh proses pengenalan. Silahkan kalian kenali satu sama lain !"
Kami berdua aku dan Fatih hanya saling menatap .
...----------------...
You can count on me \=> Kamu bisa mengandalkan aku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sehat
2023-02-13
0
🌸Santi Suki🌸
Semangat Wa 💪💪💪
2022-04-04
0
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
kak smngt
2022-03-31
0