Hani Pov
Semua sudah berkumpul di meja makan kecuali suamiku, mungkin dia masih menelepon.
" Hani , coba panggil suami kamu !" Titah Opa.
" Iya Opa." Aku beranjak hendak memanggil suamiku semoga aku tidak tersasar.
" Biasakan lain kali kalo ke meja makan itu bareng sama suami. Jangan mendahului suami. " Perkataan Mamah mertuaku membuatku berhenti melangkah. Oh rupanya mulai keluar sifat aslinya tidak seperti dulu saat belum menikah yang bersikap sangat baik dan lembut. Lembut sih cara ngomongnya tapi mengandung sindiran tajam. Aku berbalik dan tersenyum.
" Iya Mah.. tadinya Hani ingin membuat sarapan. Lagi pula begitu Hani bangun Mas Fatih sudah tidak ada di kamar. Dia juga tadi pagi baru datang. Lain kali Hani akan ingat pesan Mamah untuk pergi bareng dengan Mas Fatih Semoga Mas Fatih juga selalu ingat." Mamah mertua terlihat salah tingkah dan melirik Opa.
" Apa ? Sejak kapan Fatih pergi Hani ?" Opa bertanya padaku. Ups aku kelepasan bilang kalau Mas Fatih tidak ada di kamar. Ini gara-gara mertua.
" Ehm.. Hani ingatnya dari malam Mas Fatih keluar. Dan tadi pagi begitu Hani bangun Mas Fatih belum kembali. " Jawabku. Memang benar seperti itu. Aku masih berdiri di sini.
" Selamat pagi." Suamiku datang dan langsung duduk. Aku cuma di anggap patung.
" Pagi sayang." Mamah mertuaku membalas sapaan Fatih.
" Kamu ke mana semalam ?" Tanya Opa.
" Aku ada di ruang kerja Opa, persiapan pernikahan yang kilat kemaren membuat tugasku tertunda dan aku harus lembur." Nice answer my husband.
Aku masih berdiri. Tidak ada yang menyuruhku duduk. Aku melihat Dewa yang sedang berdiri dekat dapur. Tunggu dulu dia sepertinya sedang menahan tawa. Wah .. kayanya nih koki ngetawain aku. Sebab dia melirik ke arahku. Aku juga lihat ada Retno dia memberiku kode untuk duduk. Fix inimah gak akan ada yang nyuruh aku duduk. Jadi aku inisiatif aja duduk di samping Mas Fatih.
" Maaf ya sayang. Kamu tidur sendiri karena aku lembur. Kamu juga pasti kelelahan setelah..."
" Ah..iya tidak apa-apa suamiku. Tidak apa-apa santai saja. Aku biasa tidur sendiri kok ." Selaku sambil tertawa. Fuih jangan sampai dia bilang kelelahan karena melakukan hubungan suami istri aku bisa malu.
" Lain kali jangan seperti itu lagi. Hani ini baru pertama kali berada di rumah ini dia pasti canggung dan tidak tahu seluk beluk rumah ini. Nanti kamu temani dia berkeliling rumah ini !" Opa benar sekali, mereka tak tahu saja aku tadi tersasar. Aku melihat Retno dia mencoba menahan senyumnya tapi dia melirikku.
" Iya Opa." Suamiku sepertinya menuruti semua perintah Opanya. Sepertinya semua takut pada Opa.
" Hm.. ini ada sandwich, sepertinya enak.." Opa mengambil sandwich buatanku.
" Hm..enak..buatan Chef Dewa memang tidak dapat di ragukan. Selalu lezatos "
" Terima kasih tuan, tapi sebenarnya itu ...." Aku menggeleng pada Dewa agar tidak mengatakan kalau itu buatanku.
Fatih akan mengambil sandwich itu, aku pura - pura batuk. Tadi aja menyela sekarang mau di makan kalau kata orang sundamah dipoyok bari di lebok. Artinya dihina tapi di makan juga. Dia merasa malu jadi mengurungkan niatnya beralih mengambil sosis bakar with barbeque sausage.
Sandwich ku sudah habis. Aku senang mereka menyukainya.
" Sandwichmu enak Dewa, saya baru memakan yang seperti ini. Nanti kalau ada acara di rumah tolong buatkan seperti ini lagi yah." Ucap Mamah mertua.
" Maaf Nyonya sebenarnya sandwich itu buatan Nyonya Hani, Nyonya."
" Hah..Oh..Masakan kamu enak. Tapi lain kali gak perlu masak kita punya chef handal di sini ." Heh..tadi yang muji masakan ku siapa ya, yang minta di bikinin kalau ada acara di rumah ini siapa ya ..setan. Uh rasanya ingin kukeluarkan kalimat itu. Tapi jangan lah gak sopan. Nanti malah panjang urusannya.
" Bagaimana Nyonya, apakah nanti mau di buatkan seperti ini? Nanti saya minta resepnya dari Nyonya Hani." Ha..ha.. bagus Dewa..mertua ku bertambah malu.
" Tidak perlu.. kau masih bisa buat makanan yang jauh lebih enak dari ini. " Mamah sama seperti anaknya gengsinya besar.
" Hani sudah makannya?" Tanya Opa .
" Sudah Opa." Jawabku.
" Fatih sekarang kamu ajak Hani berkeliling rumah ini !"
" Baik Opa, ayo sayang ." Aku kenapa geli ya dengar dia panggil sayang.
" Opa, Oma , Mamah , Papah , Hani pamit dulu."
" Iya sayang ." Hanya Oma dan Opa yang menjawab.
Aku dan Mas Fatih kemudian berjalan bersisian, dia menunjukkan satu-satu ruangan di sini. Aku merekam nya dalam memori otakku yang lemot ini. Maklumlah aku bukan komputer.
" Kamu tadi bilang apa sama Opa ?"
" Gak bilang apa-apa , aku cuma jawab pertanyaan Opa. Oh ya , nanti lain kali usahakan kalau mau makan kita harus bersama ke meja makan. Nanti aku di tegur lagi sama Mamahmu."
" Aku tidak janji. Aku sekarang harus pergi, kamu lanjutkan saja tour nya sama Asisten di sini. Dan jangan ngomong macam-macam sama Opa." Fatih akan pergi.
" Tunggu ! , Nanti kalau Opa nanya kamu ke mana. Aku harus jawab apa?"
" Jawab saja tidak tahu ! gampang kan ." Padahal aku ingin tahu ke mana dia pergi dengan menggunakan nama Opa.
" Ok !"
Suamiku pergi tanpa mengatakan ingin ke mana dan mau apa . Aku sebenarnya kepo tapi malas berdebat dengannya. Jadi ya sudahlah, aku tak perduli dia mau ke mana ."
Fatih akhirnya pergi. Aku lalu kembali menyusuri rumah ini. Aku berjalan ke arah taman tadi.
Aku duduk di bangku ayunan yang ada di taman, tempat ini asyik sekali. Netraku berkeliling memperhatikan tempat ini. Tiba-tiba aku merasa seperti ada yang mengamatiku. Aku mulai waspada tapi terlihat santai. Aku berdiri dan mengambil ponselku dan berfoto selfi dari semua arah untuk mengetahui adakah yang mengawasiku. Saat aku membelakangi kamar ku, netraku menatap layar ponsel yang kameranya tertuju pada kamar sebelah kamarku. Jendelanya terbuka artinya ada orang, dan aku melihat siluet seorang pria berdiri. Aku zoom kameraku lalu aku bergaya dan mengambil beberapa foto. Sebenarnya foto selfi hanya kamuflase saja, yang kuambil justru foto jendela kamar sebelah kamarku. Tadi saat di meja makan semua sudah berkumpul. Juga tidak ada yang membahas masalah penghuni lain di rumah ini. Lalu siapa dia ? Setankah ? Ah tidak mungkin pagi-pagi begini ada setan.
" Nyonya.." Astagfirullah ponselku hampir terjatuh karena terkejut.
" Retno kamu ngagetin aja, untung ponselku tidak terjatuh !"
" Hehe Maaf Nyonya, Nyonya sedang apa di sini?"
" Aku sedang menikmati udara pagi. Jujur dari seluruh rumah ini aku paling suka taman ini." Jawabku . Apa aku bertanya saja ya pada Retno tentang kamar itu.
" Hm ..Retno, boleh aku bertanya ?"
" Boleh Nyonya silahkan."
" Kamar di sebelah kamarku. Itu kamar siapa ?"
" Oh..saya tidak tahu Nyonya, tapi setahu saya kamar itu kosong ."
" Benarkah?"
" Iya Nyonya, saya bekerja di sini sudah 6 bulan dan tidak pernah pergi ke kamar itu. Saya juga tidak melihat penghuni lain selain yang tadi hadir saat sarapan." Sepertinya Retno berkata jujur. Lalu siapa tadi pria yang berdiri di jendela ? Kenapa aku merasa pernikahanku ini jadi misteri ya.. Tapi aku suka memecahkan misteri.
" Hm.. Retno apa kamu punya denah tempat ini? biar aku mudah menghafalnya ."
" Saya punya Nyonya, saya juga dulu pertama ke sini bingung , lalu saya buat denahnya. Nanti saya akan kasih buat Nyonya."
" Terima kasih Retno."
"Sama-sama Nyonya. Saya suka berada di dekat Nyonya dan berbicara dengan Nyonya. Karena Nyonya baik tidak angkuh dan sombong."
" Jangan terlalu memuji Retno aku juga ada kejelekanya. Kita semua sama. Hanya manusia biasa. Yang pantas di puji hanya Allah. Satu-satunya Zat yang sempurna. Tapi terima kasih. Karena kau sudah berpikir baik tentangku, Alhamdulillah. "
" Iya Nyonya , Alhamdulillah Segala Puji Bagi Allah. Baiklah Nyonya maaf tapi saya harus bekerja kembali. "
" Iya.. silahkan." Retno pergi. Aku juga lebih baik pergi ke kamar saja. Aku tatap kembali jendela kamar itu sejenak. Tirainya tertutup. Akhirnya aku pergi dari taman itu.
...----------------...
Nice answer my husband \=> Jawaban yang bagus suamiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Lisa Z
apa maunya sih ini mama mertua nya si hani
2022-03-07
0
Lisa Z
halah pembohong
2022-03-07
0
Lisa Z
keluar sifat aslinya ckck
2022-03-07
0