Pulang

Tepat setelah solat dzuhur, bang ravi mengajakku meninggalkan kota kecil sabang. Katanya kami akan cari makan di jalan takutnya ketinggalan kapal feri sore.

Kami melewati jalanan yang semalam bang ravi dan aku lewati untuk menikmati suasana malam di kota sabang. Main kembang api di bibir pantai kota sabang sambil menikmati jajanan keliling. Seru. Lain juga sensasinya merasakan desau angin malam samudra hindia, serasa kami berada di tempat yang sangat jauh. Pagi tadi bang ravi mengajakku ke titil nol indonesia menikmati pemandangan yang mempesona dari atas puncak menara titik nol. Pokoknya liburan kali ini paling menyenangkan apalagi dengan adanya bang ravi bersamaku.

"Bang, besok Naura pulang." Kulirik bang ravi yang tengah memejamkan matanya. Hembusan angin di atas kapal sangat kencang, aku sampai harus memegang erat ujung rambutku agat tidak beterbangan.

"Hati-hati."

Itu doang?

Aku mendengus, mengabaikan respon dingin bang ravi, menikmati pemandangan bentangan lautan biru dengan ombaknya yang sedikit memicu keteganganku.

Aku menoleh ke belakang, bang ravi menutup matanya. Terlihat tenang. Ah, besok aku tak bisa lagi menikmati pemandangan ini. Harus menunggu lama untuk kembali bisa memeluk tubuh wangi bang ravi yang sudah menjadi candu untukku.

"Sekolah yang benar, jangan bandel. Jangan banyak main." Bang Ravi meraih pundakku untuk bersandar sepenuhnya padanya. Aku mengangguk, menikmati saat-saat yang akan kurindukan nantinya.

"Bang ravi harus ingat kalau abang sudah menikah. Jangan dekat-dekat sama cewek lain. Waalupun jauh tetap aja ada Allah yang liat."

"Kamu tidak percaya abang?"

Aku menggeleng, memeluk lengan bang ravi "Naura tidak percaya diri Naura." Akuku jujur. Setelah seminggu ini yang kulewati bersama bang ravi, apa aku bisa jauh dari bang ravi?

"Itu sih bukan masalah abang." Ia terkekeh saat kucubit lengannya. Raja tega, gak peka bangat kalau istrinya lagi baper.

"Ok, ok." Bang ravi menatapku serius, "Naura percaya abang. Naura adalah tempat abang untuk pulang. Seperti itu juga abang, adalah tempat bagi Naura." Katanya bersahutan dengan angin samudra hindia.

Aku mengerjap, "Abang kalimatnya jangan susah-susah. Intinya apa?" kataku setelah mencerna baik-baik dan malah jadi b*go.

Bang ravi menghela nafas pelan, "Intinya Naura percaya Allah."

"Dih, nggak nyambung." Kupukul lagi bang ravi kali ini punggung tangannya.

"Lagian kamu mikirnya jangan kejauhan. Ada namanya Telfon dan vc. setiap hari juga bisa saling sapa." Bang ravi mengelus puncak kepalaku dengan tangannya yang bebas.

"Abang kan kalau jauh gak pernah tuh mau balas-balas chat Naura, sekalinya balas cuma pake ye atau ge doang. Kan rese."

"Masa sih?"

Kulepaskan diri dari rengkukannya dan menatapnya selidik, "Gak sadar diri ih." Kukeluarkan hp dari tas kecilku, "Liat nih! nih!" Kuschroollkan pesan-pesannya selama ini. "Liat baaang, tuh hasil obrolan kita selama ini. Timpang bangat." Ujarku sebal.

Bang ravi melirik sekilas lalu mengedikkan bahu, "Biasa aja kok. Normal." Katanya membuatku menganga. Oke, well, emang aku aja kayaknya yang berlebihan. Kezeeeeeelll.

***

"Baaaaaang... hiks."

"Hm?" Bang ravi menggeliat saat kutusuk-tusuk lengannya dengan jariku.

"Abaaaaaang." Rengekkanku makin panjang saat bang ravi tak juga meembuka mata. Hiks. Tega beneer tidur nyenyak diatas kesedihan istri.

"Kenapa? loh, nangis?" Bang ravi terduduk, menghadapku yang sejak tadi tidak bisa tidur. Ia mengelus kepalaku.

"Naura sediiiiih. Abang peka dong." Kataku sebel memukulnya dengan bantal satu-satunya yang kami pakai. Kujatuhkan diriku diatas guling, aku sedih tau. Tenangin kek, apa kek, ini malah enak-enakan tidur.

"Ya udah sini," Bang ravi merentangkan kedua tangannya. Aku beringsut masuk kedalam pelukannya. "Naura kenapa?"

"Naura besok pulang, jauh sama abang." Suaraku tersamarkan oleh tangisku. Ya ampuuuun gini bangat rasanya mau pisah sama bang ravi. Padahal baru juga beberapa minggu lalu bang ravi melepas gelar orang asing bagiku tapi udah kayak gak bisa jauh-jauh.

"Iya, abang tau. Tidur ya, abang ngantuk bangat, capek, bawa motor jauh." Katanya kembali berbaring dengan aku yang dalam pelukannya.

"Tapi Naura masih mau ceria-cerita. Besok pagi Naura udah pulang, gak bisa lagi cerita ngadep-ngadepan sama Abang." Rutukku sedih.

Sluuuurp...

"Ra, ingusnya jangan di peperin."

"Maaf."

"Dimaafin."

Bang ravi memelukku, erat, "Jangan banyak nangis nanti hidung Naura merah kayak badut. Kalau Naura kangen, bilang sama abang biar abang susulin." Suara bang ravi parau, menahan kantuk. Kurasakan kecupan hangat di kepalaku, "Abang gak main-main waktu bilang Naura adalah tempat pulang abang, rumah abang. Jangan sedih terus. Sekolah yang bener supaya kita cepat ketemu."

Aku mengangguk, menyerukkan kepala di leher bang ravi, menghirup wangi yang akan selalu kurindukan.

"Ayo tidur." Bang ravi menarik selimut hingga sebatas pinggangku, menepuk-nepuk punggungku seperti yang biasa mama lakukan kalau aku susah tidur atau terbangun karena mimpi buruk saat kecil dulu.

Rasa kantuk mulai menyerangku. Mengantarku pada esok yang akan menjadi hari yang berat untukku.

---

Aku terbangun saat adzan subuh berkumandang. Tak ada bang ravi di sampingku, sudah pasti ia ke mesjid. Aku ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Kuhela nafas pendek, mataku bengkak, ya ampuuuun bagaimana mau di samarkan ini? Segera kucuci wajahku dan menyikat gigi lalu mulai berwudhu. Kusempatkan membaca satu lembar alquran setelah shalat subuh. Jadwa keberangkatanku jam delapan pagi. Sebenarnya aku pengen ambil penerbangan jam tiga sore tapi karena bang ravi harus ketemu dosen siangnya dan sorenya lanjut mengajar, makanya bang ravi memesan tiket pagi supaya bisa mengantarku ke Bandara.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Kuhampiri bang ravi untuk mencium tangannya.

"Sudah packing?"

Aku mengangguk, "Udah. Sediiiih tau baaang." Kupeluk bang ravi erat. Abang ravinya Naura.

"Iya, tau."

"Gitu aja terus jawabnya."

Bang ravi melepaskan lingkaran tanganku dari badannya "Memangnya harus jawab apa. Sana lanjutin ngajinya?"

"Ajarin. Kata mama bacaan Naura banyak salahnya daripada benernya." rajukku sedih. Emang sih kesalahanku juga karena banyak bangat bikin alasan pas di suruh belajar ngaji sama ustadz komples.

"Baca aja nanti abang dengerin." Bang ravi berlalu untuk mengganti baju kokonya.

"Surah al fatihah ya, bang. Supaya bacaan solat Naura gak salah-salah."

Bang ravi mengangguk.

"Alham--"

"Bismillah dulu." Katanya. Aku menyengir. hehe. kubaca taawudz dan basmalah dengan baik dan benar, udah khatam mah kalau yang ini doang.

"Alham--"

"Ha nya bukan begitu. Di tekan sampe terasa di ujung tenggorokan." terang bang ravi. Tuh kan, belum apa-apa udah salah aja."

"Ha'?"

"Coba Naura rasa-rasa, terasa nggak di ujung tenggorokannya?"

Aku mengulang lagi.

"Udah bener blum, Bang?" Tanyaku setelah beberapa kali mengulang, hampir kesel sih karena salah terus.

"Udah hampir pas. Lanjutin bacaannya. Nanti hurufnya di latih terus." Bang ravi mendekatiku yang duduk melantai, "Sering-sering baca qur'an ya, jangan kebanyakan nontonin oppa-oppa." katanya lagi, mengelus kepalaku yang di lapisi mukena. Aku mengangguk meskipun rasanya bakalan susah mengabaikan ketujuh oppa kesayanganku, oooh mamamai ooooh mamamai.

"Bakalan keluar album ketujuh loh, bang. Boleh beli, nggak? Ada tabungan Naura, kayaknya cukup." kataku takut-takut, wajah bang ravi meskipun ganteng tetep aja sereem kalau udah mode datar gitu.

"Udah sedekah?" Tanyanya. Aku mengangguk. Udah diajarin ayah dari kecil buat rajin-rajin dan banyak-banyak sedekah.

"Simpan uang kamu, jangan belanjain yang tidak penting." katanya kemudian. Meski sebal aku pun mengangguk.

---

Satu jam sebelum lepas landas, kami sudah di bandara. Bang ravi menyeret koper kecilku dengan langkah lebar sedangkan aku mengikut di belakangnya.

"Baaaaang... " Kupegang ujung kaos bang ravi, ia berhenti.

"Nangis lagi?"

Aku mengangguk. Airmataku sudah menetes sejak kami sampai di bandara. Sumpaaah paling gak bisa kalau udah acara pisah-pisahan gini apalagi sama bang ravi.

Bang ravi menipiskan bibir, lalu menghembusakan nafas pelan, entah sudah berapa kali sejak kemarin.

"Abang janji bakal segera susulin Naura. Jangan nangis lagi. Malu diliatin." Bang ravi menghapus airmataku dengan ibu jarinya. Tuh kaan makin sediiiih.

"Air matanya gak mau berhenti." Gerutuku, tensin juga diliatin banyak orang.

"Tarik nafaaas, hembuskaaan." Bang ravi menepuk pelan punggungku. Kuikuti saran bang ravi berharap bisa menghentikan air mataku yang udah kayak banjir bandang ini.

"Udah bisa?"

"Sedikit."

"Gak, apa-apa. pesawatnya bentar lagi berangkat. Abang antar sampai disini." Bang ravi menyerahkan koper padaku saat kami berada di pintu keberangkatan. Ya Allah pengen bawa bang raviiii.

"Abaaaaang."

"Ssssssshhht... it's ok. Naura jadi anak baik disana. Sekolah yang benar." Bang ravi merengkuhku dalam pelukannya. kupeluk bang ravi erat, menyimpan wanginya dalam indraku. Cowok ini rumahku, tempatku merasa aman selain mama dan papa. *And of course, i'm gonna miss my home.

---

Jangan sedih kak Naura, Bang ravi akan merindukan Kak Naura juga*.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Ya,Vuman cowok kan bisa mendam biar gak keliatan depan ceweknya..Coba kalo udah tinggal sendiri,pasti udah mencak2 tuh si Ravi...

2024-09-20

0

Syeila Rahmadani

Syeila Rahmadani

Semangat thor👍 Novelnya udah aku like. Yuk sama-sama dukung dengan membaca novel MUSIM SEMI TAK KUNJUNG DATANG😀

2020-04-29

2

Aksara Citra

Aksara Citra

lakinya bukan bang ravi ah🤭

2020-04-29

3

lihat semua
Episodes
1 (Belum) Ganti Status
2 Masih Anak Sekolah
3 Dibawah Umur
4 Bang Ravi
5 Diskusi Rumah Tangga
6 Ada yang punya
7 Hari Yang Berat
8 Perkara Nafkah
9 Libur tlah tiba
10 Mekar di Aceh
11 Pillow talk, katanya.
12 Jalan sendiri.
13 Berdua denganmu
14 Ala drama korea
15 (Bukan) roman picisan
16 Ibu mertua juga ibu
17 Sabang I am in love
18 Nama lain dari cinta
19 Pulang
20 Sekolah lagi
21 ABG Galau
22 Oh my...
23 Rindu (Tak) Sampai
24 Sama rasa beda nama
25 Cowok ada Egonya
26 Bicara Cinta
27 Kenalan dong...
28 Tanda love
29 Pacar
30 Anak baik
31 Teman?
32 (Bukan) Pacar
33 Maaf
34 Diammu bukan emas
35 Latihan
36 The boys
37 Makan siang
38 Obrolan malam
39 Cewek lain
40 Kakak adik
41 Cemburu (bukan) tanda cinta
42 Hari tanpamu
43 Sepaket percaya
44 Sepaket percaya 2
45 Bersenang-senang?
46 Bersenang-senang ya?
47 Chap chuap
48 Busy husband
49 Teman belajar
50 Chit chat
51 Teman belajar 2
52 Istri Remaja (End)
53 PEJUANG LDR
54 Pejuang LDR -Tetap sayang
55 PEJUANG LDR : Menebus rindu
56 PEJUANG LDR : saat bersamamu
57 PEJUANG LDR : jalan-jalan
58 PEJUANG LDR : selamat Pagi cantik
59 PEJUANG LDR : Orang Ketiga
60 PEJUANG LDR : pisah sementara
61 DUA GARIS MERAH : Morning Sickness
62 DUA GARIS MERAH : Tamu Dari Jauh
63 DUA GARIS MERAH : MANJA
64 DUA GARIS MERAH : Cemburu
65 DUA GARIS MERAH : Diskusi
66 DUA GARIS MERAH : Jatuh
67 DUA GARIS MERAH : Milik Naura seorang
68 DUA GARIS MERAH : Sakit
69 DUA GARIS MERAH : Namita
70 DUA GARIS MERAH : Hanya Naura
71 DUA GARIS MERAH : Bang Ravi Sayang
72 DUA GARIS MERAH : Wanita Lain
73 DUA GARIS MERAH : Ibu Kuat
74 DUA GARIS MERAH : SUAMIKU
Episodes

Updated 74 Episodes

1
(Belum) Ganti Status
2
Masih Anak Sekolah
3
Dibawah Umur
4
Bang Ravi
5
Diskusi Rumah Tangga
6
Ada yang punya
7
Hari Yang Berat
8
Perkara Nafkah
9
Libur tlah tiba
10
Mekar di Aceh
11
Pillow talk, katanya.
12
Jalan sendiri.
13
Berdua denganmu
14
Ala drama korea
15
(Bukan) roman picisan
16
Ibu mertua juga ibu
17
Sabang I am in love
18
Nama lain dari cinta
19
Pulang
20
Sekolah lagi
21
ABG Galau
22
Oh my...
23
Rindu (Tak) Sampai
24
Sama rasa beda nama
25
Cowok ada Egonya
26
Bicara Cinta
27
Kenalan dong...
28
Tanda love
29
Pacar
30
Anak baik
31
Teman?
32
(Bukan) Pacar
33
Maaf
34
Diammu bukan emas
35
Latihan
36
The boys
37
Makan siang
38
Obrolan malam
39
Cewek lain
40
Kakak adik
41
Cemburu (bukan) tanda cinta
42
Hari tanpamu
43
Sepaket percaya
44
Sepaket percaya 2
45
Bersenang-senang?
46
Bersenang-senang ya?
47
Chap chuap
48
Busy husband
49
Teman belajar
50
Chit chat
51
Teman belajar 2
52
Istri Remaja (End)
53
PEJUANG LDR
54
Pejuang LDR -Tetap sayang
55
PEJUANG LDR : Menebus rindu
56
PEJUANG LDR : saat bersamamu
57
PEJUANG LDR : jalan-jalan
58
PEJUANG LDR : selamat Pagi cantik
59
PEJUANG LDR : Orang Ketiga
60
PEJUANG LDR : pisah sementara
61
DUA GARIS MERAH : Morning Sickness
62
DUA GARIS MERAH : Tamu Dari Jauh
63
DUA GARIS MERAH : MANJA
64
DUA GARIS MERAH : Cemburu
65
DUA GARIS MERAH : Diskusi
66
DUA GARIS MERAH : Jatuh
67
DUA GARIS MERAH : Milik Naura seorang
68
DUA GARIS MERAH : Sakit
69
DUA GARIS MERAH : Namita
70
DUA GARIS MERAH : Hanya Naura
71
DUA GARIS MERAH : Bang Ravi Sayang
72
DUA GARIS MERAH : Wanita Lain
73
DUA GARIS MERAH : Ibu Kuat
74
DUA GARIS MERAH : SUAMIKU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!