Siapa yang tidak rindu sekolah disini? Mie siramnya yang ditaburi bawang goreng dan perasan air jeruk, teriakan guru pas bel masuk, teman kelas yang suka rusuh dengan aksi kocaknya dan tentu dengan pak satpam yang baik bangat suka bukain gerbang, hehehe.
"Mam, Hari ini kakak pulang terlambat ya? Mau ke toko buku sama Syifa sekalian mau pamerin liburanku kemarin." Kataku pada mama dengan senyum sumringah. Rasanya nggak sabar lagi pengen liat Syifa mencak-mencak karena liburanku lebih wow. wuhuuu.
"Pamer kok bangga, Kak. Gak baik pamer-pamer. Allah nggak suka." Mama mengelus rambutku lembut. Aku nyengir.
"Kalau sama syifa nggak apa-apa, Mam. Dia aja belum apa-apa udah sombong nunjukin fotonya pas mancing. Tunggu aja, aku punya foto berenang bareng nemo."
"Kalian tuh ada-ada saja. Jangan lupa bawa ole-olenya."
"Siap, Mam. Kakak berangkat ya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Aku berlari menghampiri driver kami yang kini officially memiliki 5 anak yang lucu-lucu.
"Jalan, Pak."
"Siap."
Hari pertama sekolah, semangat baru, buku baru, kelas baru, dan kenangan yang menyenangkan bareng bang ravi. Sempurna.
Ngomong-ngomong soal bang ravi, udah tiga hari ini dia gak chat atau telfon. Boro-boro telfon, chat ku aja cuma di read doang. Bang ravi cuma jawab chat aku pas aku laporan turun dari pesawat setelah itu udah, Ye doang balasannya. Dia apa sibuk bangat atau yang seminggu ini dia sedang ketukar jiwanya makanya baik bangat selama aku sama-sama dia. Yah walaupun baik yang dimaksud tetap angka 3 dari 10 kebaikan yang cowok-cowok biasa lakukan ke ceweknya. Duh, kok sebel yah. Come on Naura, hari baru jangan sampe rusak. Mungkin saja bang ravi sedang sibuk, kan mau cepat-cepat nyusulin naura. Ah itu udah paling bener. Positif thinking sukses membawa hubungan kearah yang langgeng.
"Nauraaaaaa!!!! Kangeeeeeen."
Hap.
"Duh, rambutku kesangkuuuuuut." Syifaaa ih. Kupukul bahunya yang merangkulku erat.
"Eeeh heeheheee sorry sorry.... kangen tau." Syifa pelan-pelan melepaskan beberapa helai rambutku yang nyangkut di bandonya. Gaya bangat pake bando.
"Sakit tau!" Gerutuku. Syifa terkekeh, memelukku sekali lagi. Ngomong-ngomong seminggu gak ketemu ini anak kok jadi cemong ya?
"Syif, kamu kok kayak dekil gini? Gak mandi ya?"
"Dih sembarang. Ini namanya eksotis." Ujarnya tak terima ucapanku. Yasihhh eksotis cuman too much. "Eeeh beneran liburan di sabang? Duh duuuh cerita dooong. Kan keren bangat. "
Aku mengangguk songong, see, emang bakalan gini reaksi Syifa. "Bentaaar. Kita ke kelas dulu. Betewe aku nggak baca grup kelas seminggu ini, udah loading Wa ku saking banyaknya pesan."
"Aku juga baru liat kemarin. Gak semua kubaca tapi kebanyakan infonya gak penting. Si Tania dan Kak kevin putus gegara orang ketiga, peparo."
Peparo?
"Peparo apaan? Baru dengar." Ini makin banyak aja istilah. Peparo temannya pororo bukan sih?
Syifa menarikku agar lebih merapat kepadanya "Perebut pacar orang. Katanya sih siswa baru. Gak tau juga." Jelas Syifa setengah-setengah. Nggak cocok bangat jadi pembawa berita.
"Betewe laki kamu di tinggal lagi dong? Duuuh padahal pengen liat pas pisah di bandara. Bakalan AADC part 3."
Aku menggeleng, Syifa si korban sinetron.
"Sedih sih, udah nyaman sama bang ravi. Tapi mau gimana lagi." Ucapku memelas. Perpisahan kemarin itu emang paling berat kurasa. Gak biasa ninggalin orang, bawaannya pen nangis kejer.
"Udah sabar. Semua demi masa depan kalian berdua. Yang penting saling percaya dan komunikasi lancar." Ujar Syifa yang malah membuatku merinding. Ini anak tumben bijak bangat, kayaknya di tatar baik-baik sama neneknya.
"Kamu kok serem pas ngomong bener gini?!"
Syifa memukul lenganku, "Apaan deh. Bangga kek sahabatnya sudah mencapai titik kedewasaan. Bentar lagi kita lepas seragam sekolah loh, harus ngomongnya bener juga." Ujarnya sebal yang kubalas kekehan.
"Ya deh terseraaah, sekarang kita ke kelas. Gak sabar pengen say hallo sama yang lain." Ajakku memegang lengannya.
"Oke. Sekalian kalau ketemu Tania, aku mau kroscek keberan isu itu. Yang benar aja si kapten basket di lepehin." Hhahahaa gawat bangat si tania, ketemu fans berat kak kevin.
Seperti biasa kelas rame dengan kekonyolan penghuni kelas yang udah level rese.
"Welcome back Naura dan Syifaaaaa.... Duh makin cemong aja kalian berdua. Liat aku dong makin waw dan berkelas. Liburannya ke LN boooo."
Aku dan Syifa saling melirik mendapati Tania berada dalam kelas kami. Ngapain ni orang? Ah iya, mau pamer juga.
"Ngapain di kelas orang? Balik sana!" Syifa menarik pelan rambut panjang Tania membuat cewek itu memekik.
"Ih syifa, rambutku adalah mahkotaku. Jangan rese deh."
"Makin centil aja." Komentar syifa membuat Tania terkekeh. Aku hanya menghela nafas melihat keduanya, kalau ketemu emang udah kayak kucing dan tikus, ribut teruuus.
"Beteweee Naura sayaaaang, abang kamu apa kabar? Udah disalamin belum?" Aku mencibir mendengar nada sok manis Tania. Dasar ih, baru juga dapat cowok baru, udah ganjen aja sama bang raviku.
"Bukannya udah dapat pacar baru?" Ujarku meliriknya sebel.
"Ah iya, astaaaagaaaa Naura yang kudet udah update ternyataaa. Duuuuh mesti bikin perayaan ini. But thanks ya, aku emang udah ada yang baru." Katanya sombong. Hih, temannya setan nih, nyombong.
"Kak kevin kamu kemanain?" Suara Syifa menggelegar. Fans garis keras eui.
"Kelaut dooong." Ujar Tania santai. Aku tertawa melihat wajah kesal Syifa. Astagaaa dua cewek ini. Soal cowok doang.
"Jahat bangat jadi cewek." Syifa memukul kepala Tania dengan buku paketnya. Tania meringis tapi hanya sebentar karena selanjutnya ia mulai lagi kesombongannya.
"Pacar aku yang baru keren bangat dong."
Aku mencibir, dih pacar doang dipamerin. Aku dong, punya suami. Gak dosa mau diapain juga.
"Okeee selamat ya Tania. Sekarang balik gih ke kelas. Liat tuh orang-orang sini udah mulai kesel." Ucapku mendorong Tania agar keluar dari kelas. Si Tania ini berisik, sok cantik walaupun emang cantik, banyak cowok-cowok yang suka tapi cewek-cewek sebel sama dia, punya haters gak sedikit tapi aku tak masalah menjadi temannya. Dia baik sebenarnya cuma emang salah jalan aja. Ckck. kasian sih. Aku dong, punya bang ravi makanya jalanku lurus dan terarah.
***
Pulang sekolah aku segera mengirim pesan untuk bang ravi, kata mama tadi bang ravi menelfon. Berarti bang ravi tidak terlalu repot. Kuletakkan tas merahku bergambar Tata si BT21 buatan V my lovely oppa. Kubiarkan kaos kakiku tetap di kaki, seragam putih abu-abu ku juga masih melekat di badan. Panas bangat. AC di kamarku sudah beberapa hari ini di service kata mama mungkin kesumbat atau bocor, tidak tau juga maka sebagai gantinya jendela kamarku terbuka selama 12 jam.
Tuuuut tuuuuut...
Hp bang ravi aktif tapi tidak diangkat. Sudah lama aku tidak mendengar suaranya. Kangen. Bang ravi nggak kangen apa?
Tuuuut tuuuuut...
Klik.
"Hallo bang raviiiii... " Teriakku bersemangat saat mendengar helaan nafas panjang bang ravi mengangkat telfonnya.
"Asslamualaikum Naura." Tegurnya disebrang sana. Aku menyengir. Kubaringkan kepalu diatas bantal dan menghadap ke langit-langit kamar.
"Hehehe Iya. Waalaikumsalan Abang ravi."
"Kenapa?"
Aku manyun. Harus gitu ya pertanyaannya kayak gitu? Kayak gak ikhlas ngangkat telfonku.
"Gak apa-apa. Ya udah, bang, matiin aja telfonnya." Kataku kesal. Kalau bang ravi bisa nyebelin gitu, kenapa aku nggak.
"Khm. Gimana di sekolah?" Suara bang ravi di sebrang sana terdengar serak.
"Baik. Abang sakit?"
"Enggak."
"Kok suaranya gitu?"
"Khm. flu biasa." Akhirnya mengaku juga kan.
"Abang minum obat. Naura ganggu ya?"
Bang ravi diam. Berarti benar, aku ganggu abang.
"Abang istrahat gih. Naura juga mau tidur siang." Kataku akhirnya. Bang ravi kenapa sih? Kok gitu banget sama aku. "Assal--"
"Naura baik-baik disana."
Aku mengangguk, tiba-tiba diserang haru. Bang ravi nyebelin tapi kasihan. Sakit seperti ini tidak ada yang urus.
"Abang cepat sehat. Hiks."
"Jangan nangis."
Aku menggangguk, airmata sudah mengalir di pipiku. Terbiasa di rawat mama, aku gak bisa bayangin bagaimana bang ravi survive seorang diri disana. Siapa yang masakin kalau dia lapar? Siapa yang beliin makanan kalau dia sakit begini? Kuliahnya? Ngajarnya?
"Abaaang, Gimana kalau Naura pindah? Bareng-bareng abang." Aku menggigit bibir gugup. Hal ini terlintas saja di pikiranku. Mengurus bang ravi adalah tanggungjawabku. Kalau begini keadaanya, aku pasti berdosa kan?
"Ck Jangan mikir enggak-enggak. Sekolah yang benar dan lulus dengan nilai bagus. Itu udah cukup ngebantu abang."
Aku diam. Menahan tangis yang sulit sekali dikontrol kalau sudah begini.
"Dengar?"
"Iya dengar."
"Ya sudah, kamu tidur aja. Abang juga mau istirahat. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Bang ravi menutup panggilannya. Kupeluk hpku erat. Kangen bangat sama bang ravi. Hiks.
----
Kakak Naura yang galau bangat kepikiran bang ravi
Bang ravi lekas sehat... Kakak Naura sedih denger abang sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Harusnya Ravi suka kalo Naura minta pindah,Lha inialah gak di ijinin..
2024-09-20
0
siti nur khasanah
suka banget ama visualnya indonesia banget....saya suka...lebih suka visual indonesia dari pada LN
2021-05-18
4
Dian Ode
saking bagus novelnya sampe lupa komen
2021-04-29
1