Hari Yang Berat

Hari ini harus kucatat dalam kalender. Setelah sepagian mendengarkan curahan hati Syifa mengenai hari kemarin yang tidak sempat bertemu Bang Ravi karena harus ke kamar mandi, lalu harus menghadap Ibu Wali kelas karena ketahuan membolos yang untungnya hanya diberi teguran mengingat nama baik aku dan Syifa sebagai anak baik-baik, dan sekarang harus menghadapi cowok kasar yang baju sekolahnya terbawa truk pengangkut sampah. Kemarin setelah Bang Ravi take off, aku langsung bergegas mencari OB yang membawa baju putih yang di buang Bang Ravi tapi kata OB nya sampahnya sudah diangkut di bawa ke TPA. Hah.

"Kebawa truk sampah? Ah ****! **** bangat sih jadi cewek." Tudingnya di mukaku.

"Siapa suruh nitip-nitip. Memangnya aku tukang laundry apa." Balasku tak mau kalah, menepis tangannya kasar. Cowok kasar di depanku sudah menggertakan giginya.

"Ugh! Bener beneer ya jadi cewek, ngeselin." Wajahnya sudah merah padam. "Saya tidak mau tau. Baju putih saya harus kembali bagaimanapun caranya. Kalau enggak, hari-harimu di sekolah ini tidak akan tenang." Ancamnya lalu pergi meninggalkanku. Dipikir seorang Naura takut dengan ancaman, hell no.

Maka dengan kepercayaan diri seperti biasa, aku berjalan menuju koperasi sekolah. Kan ada koperasi, tinggal beli yang seukurannya, beres deh.

"Selamat siang, Pak. Baju putih ukuran L masih ada?"

Bapak penjaga koperasi itu menatapku dari ujung kaki ke ujung kepala.

"Kenapa, Pak?" Tanyaku heran diperhatikan. Tumben-tumbenan.

"Ukuran adek bukan L tapi S." Katanya. Aku menggeleng.

"Bukan untuk saya, Pak. Teman." Aku rasanya ingin muntah mengucapkan kata teman untuk orang itu. Cowok macam itu meskipun cakep tapi kalau kasar gak masuk daftar kriteria teman seorang Naura. "Masih ada, Pak?" lagian cakepan juga Bang Ravi.

"Ada. Tunggu sebentar." Sepeninggal penjaga koperasi, aku langsung membuka dompet. Dua lembar uang lima puluan dan selembar uang dua puluh. Duh, cukup nggak yah?!

"Ini, Dek. seratus lima puluh."

"Udah pas segitu, Pak? Gak bisa dikurangin? Seratus aja, gimana? " Tawarku. Kalau sebanyak itu alamat pulang jalan kaki nih.

Bapak itu terkekeh "Masa nawar di koperasi sekolah, Dek. Gak bisa. Emang di patok sekolah begitu." Jelasnya. Aku mengangguk lesuh. Aku sudah tau yang itu.

"Ya udah deh, Pak. Tapi kalau saya bayarnya seratus dulu bisa nggak, Pak, nanti sisanya saya lunasin besok."

"Boleh. Catat nama disini ya." Aku bernafas lega, mengambil folpen di depanku dan langsung menulis nama dan kelas dengan lengkap.

"Ini, Pak. Terima kasih."

"Sama-sama."

Kuserahkan uang biru tersebut dan mengambil baju yang sudah di bungkus oleh Pak penjaga koperasi. Hufff, beres.

Tak mau membuang-buang waktu, aku segera mencari cowok kasar yang sepertinya seangkatan denganku melihat lambang di lengan bajunya kemarin. Hanya perlu mengecek lima belas kelas dan semuanya selesai. Batinku bersemangat.

Saat akan menuju kelas pertama, 11 MIA 2, mataku langsung menangkap sosok cowok kasar itu yang tengah duduk di gazebo perpus yang kebetulan letaknya dekat dengan area kelas sebelas. Alhamdulillah rezeki istri yang nurut kata suami. Aku bergegas menghampirinya sekumpulan cowok-cowok yang sedang asik bercerita.

"Nih, baju kamu." Kuulurkan plastik baju tepat di depan wajahnya.

"Apaan nih?" Cowok kasar itu berdiri lalu menelisik plastik yang masih ada di tanganku.

"Baju seragam kamu. Ambil!" Kataku lagi kali ini menyimpannya diatas meja. "Urusan kita selesai. Bye!" Aku baru akan pergi saat lenganku di tahan.

"Tunggu! Enak aja bilang beres. Saya mau bajuku yang kemarin, bukan baju yang ini." Ujarnya menunjuk plastik yang tergeletak diatas meja gazebo.

"Kalau gitu cari saja di TPA, tau kan alamatnya? Kalau nggak bisa liat google map." Aku menepis tangannya yang memegang lenganku "Dan jangan pegang-pegang tangan orang sembarangan." Ucapku tajam lalu pergi meninggalkan tempat itu tak peduli teriakan si cowok kasar maupun teman-temannya yang bercie heboh. Heh, Bye!

***

Jam dua siang, matahari sedang panas-panasnya, perut sedang lapar-laparnya, dan aku harus nyari ojek karena Pak Dodit sedang menemani istrinya yang mau melahirkan anak ke-5. Hebatlah Pak Dodit yang sebentar lagi membentuk tim futsal.

"Naura!" Aku menoleh, kok dia tau namaku.

"Nama kamu Naura, kan?" Si cowok kasar berdiri tegak tepat di depanku.

"Iya. Ada perlu apa?" Tanyaku malas. Kulipat tangan di dada dan memperhatikan kendaraan yang lewat siapa tau ada ojek pengkolan.

"Ada apa? Masih nanya juga, Urusan kita belum selesai. Saya mau baju lamaku bukan yang ini." Ia mengangkat plastik yang kuberikan tadi tepat di depan mukaku.

"Kan saya sudah bilang, bajumu sudah di bawa di TPA. Kalau mau, pergi ambil sana."

"Ya kamu tanggungjawab dong, ambilin."

Otak separoh. "Itu bentuk tanggungjawab saya," tunjukku pada plastik di tangannya "Kalau mau baju lama, saya nggak bisa ngasi lah. Udah pasti hilang tuh baju." Aku mengangkat tangan saat ia hendak menyela "Mau kamu seret ke kantor polisi pun itu baju gak akan ketemu. Jadi terserah sekarang." Cowok kasar itu diam. Ya lagi, mau dapat dimana bajunya, udah di bawa truk sampah, bercampurlah pasti sama sampah lain.

"Udah ya, saya duluan. Maaf kalau bajunya tidak kembali." Ujarku lalu meninggalkan cowok kasar itu yang masih juga diam. Dia kenapa sih, kesembet kali ya.

"Ojek, Pak." Sebuah motor yang melaju pelan berhenti tepat di depanku.

"Perumahan Kemuningan ya, Pak."

"Siap, mbak." Pak Ojek memberikanku helm yang langsung kupakai. Dari jauh kuliat cowok kasar menatap kepergianku.

Perjalanan pulang sekolah selalu saja lama karena jalanan macet. Beberapa pegawai jam segini sudah pulang apalagi anak sekolah yang baru selesai ulangan, pulangnya pasti siang hari.

"Mbak, itu temannya ngikutin. Ada yang ketinggalan mungkin." Aku menoleh kebelakang dan benar saja cowok kasar itu mengikuti kami dengan motor besarnya.

"Biarin aja, Pak. Mungkin searah." Jawabku sekenanya. Siapa tau saja kan. Pak ojek mengangguk lalu kembali memacu kendaraannya.

Hampir tiga puluh menit kami sampai di rumah. Setelah membayar uang ojek, aku langsung masuk rumah. Mama pasti sedang tidur siang, mobil papa juga gak ada, belum pulang kantor. Saat akan menutup pagar, cowok kasar itu melintas dengan tatapan tak lepas padaku. Ya sudah, mungkin rumahnya memang dibagian sana.

"Assalamualaikum, Mam. Kakak pulang." Aku membuka pintu yang memang tidak di kunci.

"Waalaikumsalam. Tutup pintunya, Kak." Teriak mama dari arah ruang tengah. Mama sepertinya sedang mengobrol, tapi sama siapa, Mbak Yani pasti sudah pulang ke rumahnya kalau jam segini.

"Siapa, Mam?" Aku berucap pelan menghampiri Mama yang sedang berbicara di telfon.

"Nih." Bukannya menjawab, Mama malah menyerahkan telfon padaku.

"Bang Ravi." Kata Mama. Aku mengangguk.

"Assalamualaikum Abang." Sapaku.

"Waalaikumsalam." Jawab Bang Ravi disebrang sana.

Mumpung sedang menelfon, aku laporan sekarang saja "Naura pulang naik ojek, baru nyampe. Belum makan dan sangat capek. Terus---" Aku menghentikan ucapanku, menimang apa harus kuceritakan bagian cowok kasar tadi.

"Terus?" Tuntut Bang Ravi.

Cerita ajalah, kan Abang sendiri yang suruh cerita apapun, lagian Abang juga ikut andil soal ini "Khm, " Aku berdehem "Terus baju yang abang buang tadi punya teman sekolah, dia minta ganti karena baju sekolahnya sudah di TPA. Harganya seratus lima puluh, udah Naura bayar seratus, sisa lima puluh lagi dan uang Naura sudah sekarat sekarang. Gak bisa jajan lagi." Jelasku dalam satu tarikan nafas.

"Oh."

"Oh aja?" Tanyaku tak percaya. Sudah sepanjang itu dan tanggapannya cuma, oh aja.

"Tutup telfonnya. Jangan lupa makan."

"Kok jahat?" Ucapku kesal. Kalau Bang Ravi di depanku, sudah kutimpuk pake remot.

"Sudah, Abang mau tidur, capek, baru sampe kos. Assalamualaikum." Setelah mengucapkan itu, Bang Ravi memutuskan telfon.

Ih, dasar suami tidak berperi kepedulian.

---

Kakak Naura yang sebal telfonnya di putusin sepihak Bang Ravi.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah kan,Modus nih cowok..Gak tau aja yg dia pepet itu binik orang,Kasian deh lo..😂😂😂😜😜

2024-09-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Aku suka ketegasan Naura di sini..Kayaknya nih cowok suka sama Naura,Makany selalu vari alasan deketin Naura..

2024-09-20

0

💗vanilla💗🎶

💗vanilla💗🎶

lagian ni cow maunya apa sih , sdh kasar playing victim lg

2023-08-31

1

lihat semua
Episodes
1 (Belum) Ganti Status
2 Masih Anak Sekolah
3 Dibawah Umur
4 Bang Ravi
5 Diskusi Rumah Tangga
6 Ada yang punya
7 Hari Yang Berat
8 Perkara Nafkah
9 Libur tlah tiba
10 Mekar di Aceh
11 Pillow talk, katanya.
12 Jalan sendiri.
13 Berdua denganmu
14 Ala drama korea
15 (Bukan) roman picisan
16 Ibu mertua juga ibu
17 Sabang I am in love
18 Nama lain dari cinta
19 Pulang
20 Sekolah lagi
21 ABG Galau
22 Oh my...
23 Rindu (Tak) Sampai
24 Sama rasa beda nama
25 Cowok ada Egonya
26 Bicara Cinta
27 Kenalan dong...
28 Tanda love
29 Pacar
30 Anak baik
31 Teman?
32 (Bukan) Pacar
33 Maaf
34 Diammu bukan emas
35 Latihan
36 The boys
37 Makan siang
38 Obrolan malam
39 Cewek lain
40 Kakak adik
41 Cemburu (bukan) tanda cinta
42 Hari tanpamu
43 Sepaket percaya
44 Sepaket percaya 2
45 Bersenang-senang?
46 Bersenang-senang ya?
47 Chap chuap
48 Busy husband
49 Teman belajar
50 Chit chat
51 Teman belajar 2
52 Istri Remaja (End)
53 PEJUANG LDR
54 Pejuang LDR -Tetap sayang
55 PEJUANG LDR : Menebus rindu
56 PEJUANG LDR : saat bersamamu
57 PEJUANG LDR : jalan-jalan
58 PEJUANG LDR : selamat Pagi cantik
59 PEJUANG LDR : Orang Ketiga
60 PEJUANG LDR : pisah sementara
61 DUA GARIS MERAH : Morning Sickness
62 DUA GARIS MERAH : Tamu Dari Jauh
63 DUA GARIS MERAH : MANJA
64 DUA GARIS MERAH : Cemburu
65 DUA GARIS MERAH : Diskusi
66 DUA GARIS MERAH : Jatuh
67 DUA GARIS MERAH : Milik Naura seorang
68 DUA GARIS MERAH : Sakit
69 DUA GARIS MERAH : Namita
70 DUA GARIS MERAH : Hanya Naura
71 DUA GARIS MERAH : Bang Ravi Sayang
72 DUA GARIS MERAH : Wanita Lain
73 DUA GARIS MERAH : Ibu Kuat
74 DUA GARIS MERAH : SUAMIKU
Episodes

Updated 74 Episodes

1
(Belum) Ganti Status
2
Masih Anak Sekolah
3
Dibawah Umur
4
Bang Ravi
5
Diskusi Rumah Tangga
6
Ada yang punya
7
Hari Yang Berat
8
Perkara Nafkah
9
Libur tlah tiba
10
Mekar di Aceh
11
Pillow talk, katanya.
12
Jalan sendiri.
13
Berdua denganmu
14
Ala drama korea
15
(Bukan) roman picisan
16
Ibu mertua juga ibu
17
Sabang I am in love
18
Nama lain dari cinta
19
Pulang
20
Sekolah lagi
21
ABG Galau
22
Oh my...
23
Rindu (Tak) Sampai
24
Sama rasa beda nama
25
Cowok ada Egonya
26
Bicara Cinta
27
Kenalan dong...
28
Tanda love
29
Pacar
30
Anak baik
31
Teman?
32
(Bukan) Pacar
33
Maaf
34
Diammu bukan emas
35
Latihan
36
The boys
37
Makan siang
38
Obrolan malam
39
Cewek lain
40
Kakak adik
41
Cemburu (bukan) tanda cinta
42
Hari tanpamu
43
Sepaket percaya
44
Sepaket percaya 2
45
Bersenang-senang?
46
Bersenang-senang ya?
47
Chap chuap
48
Busy husband
49
Teman belajar
50
Chit chat
51
Teman belajar 2
52
Istri Remaja (End)
53
PEJUANG LDR
54
Pejuang LDR -Tetap sayang
55
PEJUANG LDR : Menebus rindu
56
PEJUANG LDR : saat bersamamu
57
PEJUANG LDR : jalan-jalan
58
PEJUANG LDR : selamat Pagi cantik
59
PEJUANG LDR : Orang Ketiga
60
PEJUANG LDR : pisah sementara
61
DUA GARIS MERAH : Morning Sickness
62
DUA GARIS MERAH : Tamu Dari Jauh
63
DUA GARIS MERAH : MANJA
64
DUA GARIS MERAH : Cemburu
65
DUA GARIS MERAH : Diskusi
66
DUA GARIS MERAH : Jatuh
67
DUA GARIS MERAH : Milik Naura seorang
68
DUA GARIS MERAH : Sakit
69
DUA GARIS MERAH : Namita
70
DUA GARIS MERAH : Hanya Naura
71
DUA GARIS MERAH : Bang Ravi Sayang
72
DUA GARIS MERAH : Wanita Lain
73
DUA GARIS MERAH : Ibu Kuat
74
DUA GARIS MERAH : SUAMIKU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!