🍀🍀🍀
Ayah beri aku kekuatan yah..
"Walaupun mama mau bicara seperti apapun juga, saya tetap menanti mama," ucap Amayra percaya diri.
"Cuih! Punya menantu anak tukang sampah seperti mu?" Nilam berdiri dan menatap jijik menantunya itu. Tak cukup menatap nya, dia bahkan menghinanya.
"Bukankah kak Satria suamiku adalah anak mama, itu artinya saya adalah menantu mama. Mohon bantuannya ma, saya akan berusaha menjadi menantu yang baik untuk keluarga ini.." Amayra menundukkan kepalanya dengan sopan di depan wanita sombong itu.
"Hah! Terserah kamu saja!" Nilam meninggalkan Amayra dengan kesal. Nilam pergi entah kemana.
Sungguh tidak tahu malu wanita kampung ini! Dia pasti telah menjebak Bram sehingga tidur dengan dia. Tidak mungkin Bram anakku yang sempurna dalam segala hal, akan tidur dengan sampah liar yang ada di luar. Sudah jelas kalau Alexis menantu idaman keluarga ku adalah berlian.
"Astaghfirullahal 'adziim, sabar kan hatiku ya Allah..," Amayra menelan kepahitan hinaan dari mertuanya. Dia ingat kata-kata ayahnya bahwa dia tidak boleh melawan yang lebih tua.
Ingat ya nak, kamu tidak boleh melawan orang yang lebih tua..kamu tidak boleh membantah omongan mertua atau suamimu. Karena mulai sekarang dan seterusnya mereka akan menjadi keluarga mu..hormati mereka seperti kamu menghormat ayah nak..
"Ayah, semoga aku bisa sabar.. doakan aku yah," Amayra teringat ayahnya.
Setelah itu Amayra pergi ke kamarnya yang akan dia tempati bersama Satria. Kamar yang luas dan bersih, banyak buku berjejer di lemari itu. Terutama buku tentang medis.
"Woah.. banyak sekali buku-buku nya," Amayra takjub melihat rak yang penuh buku-buku itu, dia tertarik pada buku. Ya, dia memang di juluki kutu buku.
Satria melihat ketertarikan Amayra terhadap buku," Kamu suka baca buku?"
"Iya kak, aku suka sekali.. tapi sekarang seperti nya aku tidak bisa,"
"Kenapa?"
"Aku sudah tidak sekolah lagi," Amayra duduk di sofa yang ada disana.
"Memang kenapa kalau sudah tidak sekolah lagi? Memangnya ada larangan untuk membaca buku? Kamu bebas membaca buku sebanyak apapun yang kamu mau," Satria mengambilkan salah satu buku di rak bukunya dan menyerahkan buku itu pada Amayra.
Buku yang diserahkan nya adalah buku tentang motivasi belajar. Amayra memegang buku itu dengan hati yang sedih. Dia jadi teringat suasana belajar di sekolah.
Satria juga menyayangkan karena Amayra harus putus sekolah di usia muda, apalagi tinggal 2 bulan lagi menuju ujian nasional. Amayra di keluarkan dari sekolahnya dengan cara yang tidak hormat. Pasti hatinya sakit.
"Kamu bisa meneruskan sekolah mu. Kamu bisa mengambil paket, walau ijazahnya berbeda dengan ijazah sekolah pada umumnya," Satria memberitahu Amayra tentang kejar paket.
"Ya aku tau kak, makasih..," Amayra tersenyum lembut pada pria itu.
Kenapa dia tersenyum seperti itu?
"Pokoknya lakukan apapun yang kamu di rumah ini. Maaf, aku tidak akan selalu ada di rumah, dan hari ini juga aku tidak bisa mengantar kamu ke dokter kandungan," jelas Satria.
"Kenapa kak?" tanya Amayra heran.
"Minggu ini aku sibuk di rumah sakit," jawab Satria tanpa basa-basi.
"Iya gak apa-apa," jawab Amayra sambil tersenyum. Dia paham betul bagaimana sibuknya bekerja di rumah sakit.
"Ya, sekarang pun aku harus pergi.. karena ada masalah dengan pasienku di rumah sakit," Satria memberitahu Amayra kemana dia akan pergi dan kenapa dia harus pergi.
"Iya kak, kakak jangan lupa makan ya," ucap Amayra mengingatkan.
"Oh ya, kalau ada apa-apa kamu bisa menelpon ku. Mana ponselmu? Aku akan masukkan nomor ku!" Satria menadahkan tangan nya.
"Maaf tapi aku gak punya ponsel,"
"Hah? Apa? Serius? Kamu gak punya ponsel?" Satria tidak percaya dengan jawaban Amayra. Pada zaman sekarang mana ada yang tidak punya ponsel.
"Iya gak punya, aku pernah sih mau dibelikan ponsel sama ayahku. Tapi, aku rasa itu gak penting," Amayra berbicara dengan wajah polosnya.
"Baiklah, ya sudah...kalau ada apa-apa telpon saja lewat telpon rumah," ucap Satria sambil menepuk keningnya.
Tidak bisa dipercaya kalau anak zaman sekarang tidak punya ponsel.
Satria pamit pergi kepada Amayra, dengan sopan Amayra mencium tangan suaminya layaknya seorang istri. Satria dan Amayra sama-sama gugup dengan apa yang mereka lakukan. Sementara Nilam hanya menatap mereka dengan sinis.
Nilam terlihat tidak peduli pada Amayra maupun Satria. Dia hanya menikmati waktu bersantai nya di rumah. Ketika Satria sudah pergi dari rumah, Nilam menghampiri Amayra yang sedang membereskan bajunya di lemari baju milik Satria.
"Ada apa ma? Apa mama perlu sesuatu?" tanya Amayra sambil beranjak berdiri dari ranjangnya.
"Hari ini teman-teman saya mau datang," Nilam bicara dengan nada ketus seperti biasanya.
"Iya ma, lalu saya harus melakukan apa?" tanya Amayra sopan.
"Tentu saja kamu harus melayani mereka! Sana bantu Bi Dewi sama Bi Lulu di dapur! Jangan mentang-mentang lagi hamil terus kamu diem terus di kamar!" Nilam bicara dengan sedikit membentak.
"Iya ma, udah beresin bajunya saya segera ke dapur," ucap Amayra patuh.
Nilam melotot pada Amayra, "Eh...kamu mau membantah ku? Sekarang gak pakai lama!" teriak Nilam marah-marah.
Astagfirullah.. sabar kan aku ya Allah. Amayra hanya bisa mengelus dada di dalam hatinya.
"I-iya ma, saya segera pergi ke dapur!"
"Nah gitu dong!" Nilam tersenyum sinis pada Amayra.
Wanita hamil itu langsung pergi ke dapur, dia berkenalan dengan bi Lulu dan Bi Dewi, dua asisten rumah tangga yang ada di rumah itu. Bi Dewi terlihat menyambut Amayra tapi bi Lulu terlihat tidak senang dengan kehadiran nya.
Bi Lulu menganggap kalau Amayra adalah wanita penggoda yang menjebak majikannya. Pikirannya sudah negatif tentang Amayra sejak awal.
"Apa lagi yang harus saya potong-potong Bi?" tanya Amayra pada Bi Lulu, dia baru saja memotong wortel.
"Tuh, masih ada bawang putih yang harus di potong!" jawab Lulu dengan ketus.
"Iya, saya bantu potong ya," Amayra tersenyum sabar dan ramah, dia memotong bawang putih di meja dapur yang tak jauh disana.
"Lu, kalau nona yang potong semuanya.. kamu kerjanya apa?" tanya Dewi tidak senang dengan perlakuan Lulu pada Amayra.
"Kamu lupa ya kata nyonya besar? Dia harus diperlakukan sama seperti kita, ya artinya dia bawahan kita dong," Lulu nyinyir.
"Nona Amayra itu lagi hamil lho, kita gak boleh bersikap seperti sama dia!" Dewi membela Amayra, dia menatap kasihan Amayra yang sedang mengupas bawang merah dengan susah payah.
"Kamu mau bersikap baik sama dia ya silahkan! Itu berarti kamu gak takut dipecat nyonya besar," Lulu mengingatkan ancaman Nilam sebelumnya, bahwa jika mereka berbuat baik pada Amayra. Maka akan dipecat atau di
hukum. Dewi terdiam mendengar peringatan dari Lulu, dia merasa dilema dan kasihan pada Amayra.
Setelah itu Lulu pergi ke halaman belakang untuk menyiram bunga.
Tiba-tiba saja Amayra mual-mual, ketika dia mulai beralih memotong bawang mutih.
"Uwekk...uwekk.."
"Nona Mayra kenapa, non?" tanya Dewi sambil menghampiri Amayra dengan cemas.
"Gak apa-apa bi Dewi, saya udah biasa mual mual kaya gini kok setiap pagi," Amayra memegang perutnya yang bergejolak lagi.
"Non pasti morning sickness. Udah ya, non diam dulu saja! Biar saya yang memotong bawangnya!" Dewi mengambil pisau yang dipegang Amayra, dia ingin menggantikan pekerjaan Amayra.
"Gak apa-apa bi, gak usah. Nanti bibi di marahin mama Nilam," Amayra tidak mau membuat orang lain kesusahan karena dirinya.
"Tidak apa-apa, lagipula Lulu gak ada disini. Saya bantu sebentar, non Mayra ke kamar mandi dulu aja ya," Dewi membantu Amayra dengan lembut.
Ya Allah terimakasih, karena di rumah ini masih banyak orang yang baik padaku.
"Makasih Bik," Amayra bersyukur masih ada orang baik di rumah itu, walaupun dibenci satu orang itu juga berat rasanya.
Setelah selesai memuntahkan semua nya. Amayra membantu Dewi menyajikan cemilan dan makanan yang mereka buat. Terlihat beberapa teman sosialita Nilam duduk di sofa mewah dan empuk itu. Mereka menatap Amayra dengan tatapan tidak senang.
Tanpa bicara apapun, Amayra menyajikan makanan itu di meja. Niatnya ingin segera pergi, karena dia merasa ada firasat buruk dari tatapan mereka. Tapi seseorang menjegal kakinya hingga ia terjatuh ke lantai.
Brugh!
"Astaghfirullahal 'adzim!"
Dewi menghampiri Amayra dan membantunya berdiri.
"Jadi ini perempuan yang menggoda anak Bu Nilam? Kok bisa ya perempuan seperti ini menggoda anak Bu Nilam?" tanya seorang ibu paruh baya yang mengenakan baju warna merah.
"Namanya juga wanita penggoda, mau seperti apapun juga ya tetap penggoda," kata seorang ibu lainnya mengejek Amayra.
"Biasalah, namanya orang miskin yang mau naik kelas. Ya kaya gini?" Nilam menambahkan, dia mengejek Amayra di depan semua teman-teman nya.
Astagfirullahal adziim.. Dewi membatin, dia terkejut karena Amayra mendapatkan perlakuan yang buruk pada hari pertama nya berada di rumah mertua.
Amayra mengepalkan tangannya, dia berusaha menahan batas kesabaran nya.
Ayah, aku harus bagaimana?
...---***---...
Readers ku yang baik, 🤭☺️🙏Bantu support author ya dengan like, komen, rate 5, Favorit, gift atau vote nya juga boleh kok ❤️❤️😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Echa Fairlysyarma
klo aq udh pasti plng kerumah ayahku.... tp kenyataannya ayahku udh meninggal, ngikutin ajalah alurnya Thor😆💪💪💪
2023-06-14
0
Desnawati
banyak2 istikfar nilam tuhan tidak tidur
2022-10-29
0
" sarmila"
kesabaran membuahkn hasil yg memuaskn
2022-05-31
2