...🍂🍂🍂...
Tadinya pak Harun tidak mau berkata jujur tentang kejadian yang menimpa dirinya. Namun Amayra mengancam ayahnya bahwa dia akan marah pada pak Harun kalau pak Harun tetap tutup mulut.
Akhirnya pak Harun menceritakan semua yang terjadi padanya dan kenapa kaki nya bisa terluka. Bahwa ada mobil yang menyerempet nya saat dia sedang mengangkut sampah, makanya dia pulang lebih awal dari biasanya.
"Astagfirullah! Siapa yang nyerempet Ayah? Ayah ingat nomor plat mobilnya?" tanya Amayra dengan tatapan cemas pada sang ayah.
"Ayah gak ingat, tapi Ayah tau kalau mobil itu warna nya hitam," jawab pak Harun sambil mengingat ingat mobil yang menyerempet nya.
"Ya ampun yah, mobil berwarna hitam kan banyak. Ya udah itu gak terlalu penting, yang penting gimana keadaan ayah sekarang?" tanya Amayra yang lebih mementingkan keadaan ayah nya daripada si penabrak yang tidak mau bertanggungjawab itu.
"Gak ada yang serius kok, Ayah sepertinya cuma luka luar aja," jawab Pak Harun sambil duduk dengan benar di kursi itu.
"Serius? Yang benar cuma luka luar aja? Coba Ayah jalan dulu deh," ucap Amayra pada ayah nya itu, dia ingin memastikan pak Harun baik-baik saja.
"Benar kok, cuma luka luar aja," jawab pak Harun yakin bahwa dia baik-baik saja.
Pak Harun berdiri tegap, akan tetapi ketika dia mulai melangkah.
"Aduh!!"
"Tuh kan? Ayah gak baik-baik saja, aku panggil kan mas Jajang dulu ya untuk memijat kaki Ayah" kata Amayra perhatian pada bapaknya
"Gak usah nak.."
"Udah deh bapak diam aja dulu ya" Amayra tersenyum, dia kembali mendudukkan ayahnya di kursi kayu itu.
Dengan sigap, Amayra meletakkan tas gendongnya di meja. Dia yang masih memakai seragam putih abu itu, pergi keluar dari rumah nya dan berniat memangil pak Jajang seorang tukang pijit dan ahli urut yang rumahnya tak jauh dari sana.
Hanya butuh waktu 2 menit, Amayra datang dan membawa pak Jajang ke rumahnya yang sederhana itu. Pak Jajang tersenyum ramah, kemudian dia melaksanakan tugasnya sebagai tukang urut untuk memijat kaki pak Harun yang keseleo.
"Pak Jajang, gimana keadaan kaki ayah saya? ayah saya gak apa-apa?" tanya Amayra cemas
"Jangan khawatir neng, udah saya urut dan di kasih minyak urut juga. Seharusnya udah gak apa-apa, tapi lebih amannya sih jangan dulu banyak gerak" jelas pak Jajang pada Amayra
"May, jangan cemas.. ayah udah gak apa-apa" Pak Harun meyakinkan Amayra kalau dirinya baik-baik saja.
"Lebih baik pak Harun diam saja di rumah ya untuk sehari ini, takutnya nanti kaki pak Harun keseleo lagi" saran pak Jajang
"Aduh, gimana ya pak Jajang. Sore ini saya ada jadwal narik sampah ke komplek mawar" gumam Pak Harun yang bingung dengan pekerjaan nya dan siapa yang akan mengerjakan tugasnya kalau dia sakit. Teman-teman nya sesama tukang pengangkut sampah juga punya tugas masing-masing.
"Ayah gak usah cemas, kan ada aku. Aku yang gantiin papa ngangkut sampah!" kata Amayra tanpa ragu sedikitpun.
Pak Harun dan pak Jajang menatap Amayra dengan terpana. Seorang gadis cantik ingin menggantikan sang ayah mengangkut sampah? apa dia tidak malu malu ketahuan teman-teman nya di sekolah? begitulah pikir kedua pria itu begitu mendengar ucapan Amayra.
"Jangan nak, nanti kamu malu" kata Pak Harun merasa tidak enak.
"Ayah, kenapa aku harus malu? mengangkut sampah kan bukan pekerjaan yang haram, malah pekerjaan yang mulia. Udah, ayah diam saja dulu hari ini.. biar Mayra yang mengerjakan tugas ayah. Nah, pertama-tama Mayra mau masak makan siang dulu buat ayah" Amayra tersenyum ceria, dia sama sekali tidak mengeluh ataupun malu dengan pekerjaan ayahnya. Dia selalu tulus dan ikhlas dalam setiap keadaan.
Itu karena dia percaya bahwa semua nasib dan takdir manusia sudah di tentukan oleh yang kuasa. Manusia tinggal berusaha ingin menjadi lebih baik atau cukup dengan hanya disitu saja.
Amayra pergi ke dapur dan bersiap untuk memasak. Pak Jajang hanya tersenyum menyaksikan semua itu, dia menggeleng geleng seolah tak percaya bahwa di zaman yang seperti ini masih ada gadis sebaik Amayra.
"Subhanallah sekali ya pak Harun, neng Mayra itu sudah cantik, sholehah, baik lagi" kata Pak Jajang sambil meminum secangkir kopi yang sudah dibuatkan oleh Amayra.
"Alhamdulillah pak, hanya Amayra satu satu nya intan berlian di dalam kehidupan saya dan kebanggaan saya" Pak Harun bangga pada anaknya yang tidak pernah berulah seperti anak-anak remaja kebanyakan pada umumnya. Amayra mampu menjaga dirinya dari perkembangan zaman dan dari pria.
Anakku memang membanggakan, semoga dia tetap berada di jalan Allah dan tidak melanggar norma. batin Pak Harun berdoa agar putri nya itu tetap Sholehah dan baik hati tidak terbawa pergaulan.
"Saya jadi pengen deh punya anak perempuan kaya neng Mayra, sayangnya anak saya laki-laki semua. Ah, pak Harun... saya ada ide, gimana kalau kita jodohkan anak-anak kita" Pak Jajang tersenyum memandang ke arah pak Harun
"Ahh.. si bapak bisa saja, anak saya lebih tua 10 tahun dari anak-anak bapa haha" pak Harun tertawa mendengar candaan tetangga nya itu
"Sayang sekali ya pak, kalau saja anak saya lebih tua hehe" Pak Jajang menyeruput kopinya pelan-pelan.
Setelah menghabiskan kopi nya, pak Jajang kembali ke rumahnya tanpa menerima bayaran dari pak Harun dan juga Amayra. Dia menolak bayaran itu karena dia ikhlas membantu pak Harun. Pak Harun juga pernah membantunya di saat kesusahan.
Di lingkungan kumuh itu, tidak ada yang tidak mengenal Amayra dan Pak Harun. Walaupun mereka terbilang sebagai orang miskin, namun ayah dan anak itu selalu membantu orang yang kesusahan, juga dermawan.
Sore itu, Amayra benar-benar menggantikan pekerja ayahnya untuk mengangkut sampah. Meskipun sang ayah sudah melarang untuk melakukan nya. Amayra sudah memakai baju oranye, baju yang biasa dipakai tukang sampah saat bertugas. Dia memakai kerudung segitiga berwarna putih, tangannya memakai sarung tangan, dan dia atas kerudung nya terpasang topi berwarna oranye.
"Otw deh sekarang! bismillah..!!" Amayra mengangkut truk sampah yang lumayan berat itu dengan susah payah. "Berat juga.. ya, apa ayah gak pegel seperti ini setiap hari?" gumam Amayra yang selalu memikirkan perasaan dan keadaan ayahnya.
Gadis itu mulai berjalan sambil mendorong gerobak sampai ke sebuah kompleks perumahan mewah yang jaraknya ternyata sangat jauh dari rumahnya.
Tubuhnya sudah berkeringat bahkan sebelum dia mengangkut sampah. Ingin pekerjaannya segera selesai karena dia ada pengajian di mesjid, gadis itu dengan cepat-cepat membereskan sampah sampah yang ada di depan rumah-rumah kompleks dengan melempar cepat sampah-sampah itu ke dalam gerobak sampah.
"Nah begini aja kan biar cepat" kata Amayra dengan senyuman polosnya. Amayra melempar lagi sampah-sampah itu ke dalam gerobak sampah. Tak sengaja sebuah benda seperti botol terlempar jauh melebihi gerobak sampah itu.
"Yah! yah! kok malah kesana!" Amayra terkejut dan dia berlari mengejar botol yang dia lempar, karena botol itu pun terlempar ke sebuah spion kaca mobil sedan putih yang sedang melaju.
PRANG!!!
"Astagfirullah hal adzim..!!!" Amayra terkejut dan deg degan melihat spion kaca mobil itu pecah akibat botol yang tak sengaja dia lempar.
CKITTT.....!!!
Mobil itu berhenti tepat di depan Amayra. Amayra terlihat ketakutan, tapi dia salah jadi dia harus menghadapinya.
Hal yang dia takutkan terjadi, pengemudi mobil itu turun dari mobilnya. Dia adalah seorang pria dengan tubuh tinggi, memakai setelan jas hitam dengan dasi garis-garis. Tak lupa dengan memakai kacamata hitam.
"Subhanallah...apa dia aktor ya? Tinggi banget, kayanya dia ganteng.. eh apa yang aku pikirkan?" gumam Amayra yang hampir saja tergoda oleh sosok pria itu.
Amayra, bukan saatnya terpesona! pasti om itu mau minta ganti rugi. Gimana ini? uang darimana?. batin Amayra mulai panik
"Kemari, kamu!" seru pria itu sambil melambaikan tangannya pada Amayra dengan gaya arogan nya.
Amayra mempersiapkan mentalnya untuk dimarahi oleh pria yang baru saja keluar dari mobil itu. Amayra melangkah ke arah pria bertubuh tinggi itu.
"Om, maafkan saya om.. saya tidak sengaja merusak spion kaca mobil punya om" Amayra berbicara dengan suara merendah.
"Om? Kamu panggil aku om? Emang nya aku terlihat seperti om om?" tanya pria itu sambil membuka kaca mata hitamnya. Dia adalah Bramastya Zein Calabria, Presdir dari sebuah perusahaan besar bernama Calabria grup.
Subhanallah, gantengnya. Kayanya dia model deh. Eh, sadarlah Amayra!. Amayra terpana melihat sosok pria bak model itu.
"Sayang! cepetan masuk!" suara seorang wanita terdengar berteriak dari dalam mobil Bram.
"Bentar sayang!" kata Bram pada wanita itu.
Gadis ini terlihat masih muda, kayanya dia tukang sampah. Bram menatap Amayra dari atas sampai ke bawah, dia memperhatikan wajah gadis itu yang kotor dan kumal.
"Maafkan saya om, saya akan ganti kerugian nya. Tapi dicicil boleh gak om? Soalnya saya gak punya uang sekarang" bujuk Amayra pada pria itu dengan wajah polosnya.
"Kamu kira saya tukang kredit? Kenapa juga kamu panggil saya om?! Hah.. mana?" Bram mengulurkan tangannya seperti meminta sesuatu pada Amayra.
"Mana apanya om? Saya benar-benar tidak punya uang"jawab gadis itu
"KTP, mana?"tanya Bram dengan suaranya yang arogan.
"Saya gak punya KTP" jawabnya polos.
"Bohong! masa WNI gak punya KTP?" tanya Bram tidak percaya.
"Maaf om, tapi saya tidak punya KTP karena saya belum berusia tujuh belas tahun.. tapi bulan depan usia saya 17 tahun. Kalau om lagi buru-buru, om bisa ambil kartu pelajar saya dulu.. kebetulan saya bawa" kata Amayra sambil tersenyum, di merogoh sesuatu di saku bajunya.
Din...Din...Din..
"Sayang! Cepetan!!" teriak wanita yang ada di dalam mobil sambil menekan klakson. Suaranya terdengar marah.
"Gak usah, kita lupakan saja hari ini" kata Bram kesal sambil melangkah pergi masuk ke dalam mobilnya.
"Tapi om, saya harus mengganti rugi. Bagaimana dengan kaca spion nya?" tanya Amayra
"Gak apa-apa, bukan salah kamu kok. Lagian kaca spion nya aja yang kurang kuat" kata Bram sambil masuk ke dalam mobilnya lalu mulai tancap gas.
Amayra sangat berterimakasih pada pria itu, namun dia berjanji jika dia bertemu lagi dengan Bram, dia akan mengganti rugi spion mobil yang rusak olehnya.
"Benar-benar pria yang sombong tapi baik" gumam Amayra sambil tersenyum.
Setelah pekerjaannya selesai, magrib itu Amayra pulang ke rumahnya. Dia segera mandi dan mengambil air wudhu, dia segera melaksanakan shalat magrib lalu pergi mengaji ke mushala terdekat.
Malam itu Amayra dan ayahnya makan malam bersama setelah melaksanakan shalat isya. Mereka makan malam dengan lauk pauk seadanya, tahu, tempe, kecap, sambal sudah menjadi makanan sehari-hari.
"Yah.."
"Ya nak? ada apa?"tanya Pak Harun yang baru saja menyelesaikan makan malamnya.
"Mayra mau minta izin sama ayah" ucap gadis itu lembut
"Minta izin apa nak?" tanya Pak Harun
"Temen ku ngajak liburan yah, katanya nginap dua hari di villa keluarganya" Amayra tersenyum.
"Nginep? gak! kamu gak boleh nginep nginep!" Pak Harun langsung tidak setuju, matanya menatap tajam ke arah anaknya.
Amayra cemberut mendengar ketidaksetujuan ayahnya tentang liburan bersama teman-teman nya.
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Mariana Frutty
✅✔️
2023-01-27
0
Vita Zhao
Kak ir, aku kenalan dulu ya sama Bram dan tante Amayra🤭🤣🤣🤣
2022-10-23
2
kusya
nyimak dl baru baca 1 bab udh seru alur nya lanjut ah ,😍
2022-07-22
1