Cinta Suci Amayra
...🍀🍀🍀...
...*PROLOG*...
...Awalnya aku hanyalah seorang siswi SMA, usiaku masih 17 tahun. Aku pernah bermimpi indah tentang masa depanku yang cerah, pada awalnya aku berfikir kalau mimpi itu akan bisa ku raih.....
...Namun pada suatu malam, aku menghabiskan malam tidak terduga dengan seorang pria yang usianya terpaut jauh dariku. Malam itu telah merenggut segalanya.......
...Dan pada malam itu, aku kehilangan semua mimpiku. Aku harus menguburnya, aku harus menerima semua hinaan orang, ayahku harus menderita karena kesalahanku.. semua orang membenci ku dan ayahku, mereka mengusir kami......
...Itu semua karena pria itu, pria yang sudah merenggut kesucian ku dan dia tidak mau bertanggung jawab. Masa mudaku, mimpiku, semua nya hancur karena ada benihnya di dalam rahimku. Aku hamil di luar nikah, sebagai wanita akulah yang paling merasa dirugikan. Menanggung semua penderitaan, hinaan masyarakat. Sebenarnya apa salahku? aku hanyalah korban pemerkosaan.. tapi orang-orang tidak mau mengerti dan tetap pihak wanita yang menanggung malu, aib....
...Awalnya aku menyalahkan kehadiran nya, namun aku menyadari bahwa anak ini sama sekali tidak berdosa. Pria itu tidak mau bertanggung jawab, sampai pada suatu hari aku menikah dengan seorang pria yang bersedia dan terpaksa menikahi ku demi bayi yang ku kandung......
...Sementara ayah bayiku? Kemana dia?...
...***...
Malam itu di saat hujan deras, disebuah rumah berlantai dua, dengan cat berwarna biru langit.
Seorang gadis belia dengan perut buncit nya sedang duduk bersama dengan seorang pria tampan berjas putih.
Mereka berdua terlihat bahagia, sang pria mengelus perut wanita itu dengan lembut dan menatapnya penuh kasih sayang.
"Apa dia ada menendang hari ini?" tanya pria itu dengan senyuman lembut di wajahnya, terlihat satu lesung yang manis di pipinya.
"Iya kak, dari tadi pagi dia menendang terus. Seperti nya dia merindukan ayahnya" ucap gadis cantik berjilbab merah muda itu, sambil tersenyum manis memandang ke arah pria tampan di depannya.
BRAKK!!
"Siapa yang kamu bilang ayahnya?" tanya seorang pria dengan tubuh basah kuyup berdiri di ambang pintu. Pria itu menatap wanita hamil dan suaminya dengan tatapan tajam.
Deg!
Mengapa dia ada disini?
Gadis itu bergetar melihat sosok pria di ambang pintu rumahnya. Begitu pula dengan sang suami. Dia menatapnya dengan mata sinis, seperti tidak senang dengan kehadiran nya.
"Aku adalah ayah bayi itu dan seharusnya aku yang menjadi suaminya! Satria, segera kamu talak dia! Lalu kembalikan dia dan anakku kepadaku!" ujar si pria itu dengan tegas pada pria yang bernama Satria. Mata nya menatap marah ke arah Satria.
"Dia adalah istriku selamanya, dan aku tidak akan pernah melepaskan nya kak" jawab Satria tegas, dia menggenggam tangan wanita hamil itu dengan erat.
...****...
Dan inilah awalnya, kejadian itu bermula 8 bulan yang lalu...
"Mari tepuk tangan yang meriah untuk menyambut juara terbaik di sekolah kita, Amayra Alifya Husna!!" ujar seorang wanita paruh baya berdiri diatas panggung dengan senyum lebarnya memanggil nama itu.
PROK
PROK
PROK
Tepuk tangan meriah untuk gadis yang bernama Amayra Alifya Husna itu, membuat keriuhan di lapangan sekolah yang terlihat luas. Sebuah SMA elit di Jakarta. Siswa dan siswi yang berpakaian putih abu itu berbaris di lapangan dengan rapi.
"Selamat!! selamat Amayra!!" teriak seorang gadis berambut pendek dengan rok abu tepat di lututnya. Gadis itu tersenyum dan meneriakkan nama Amayra.
Seorang gadis berjilbab, dengan paras yang cantik, bibir merah semerah delima itu, berjalan menuju ke atas panggung. Kakinya melangkah menaiki dua anak tangga untuk naik ke atas panggung.
Gadis itu adalah Amayra Alifya Husna, usia 16 tahun, perempuan cerdas yang dikenal sholehah, baik hati dan ramah oleh teman-teman nya dan orang orang di sekitar nya.
Begitu gadis berhijab putih itu naik ke atas panggung, seorang wanita berseragam guru membawa tiga piala besar di tangannya yang diperuntukkan untuk Amayra. Piala itu bertuliskan "Juara umum, Juara 1, yang satunya lagi bertuliskan murid teladan", ini sudah ke 4 kalinya dia mendapatkan gelar juara sejak Amayra masuk ke sekolah elit itu, mengalahkan anak-anak orang kaya yang les privat mati-matian untuk mendapat nilai bagus.
Namun Amayra sama sekali tidak ikut les, karena kondisi ekonomi keluarga nya tidak memungkinkan untuk bisa ikut les seperti teman-teman di sekolahnya, bahkan untuk makan saja mungkin itu cukup sulit. Karena ayah pak Harun, hanya seorang tukang sampah meski begitu Amayra selalu bersyukur dan tidak malu dengan kondisi nya.
"Selamat ya, tahun ini kamu jadi lulusan terbaik lagi. Semoga ke depannya kamu bisa mempertahankan prestasi ini dan meningkatkannya" kata Bu Maya, wali kelas Amayra di kelas XI IPA.
"Alhamdulillah bu, terimakasih. Ini semua karena bimbingan dari bapak dan ibu guru juga" Begitulah ucapnya ketika dia mendapat nikmat dan pujian dari orang-orang di sekeliling nya dan tak lepas dari senyuman ramahnya itu.
Kepala sekolah dan para guru bangga dengan adanya murid seperti Amayra. Gadis yang berbeda dari gadis lainnya, cantik, baik, teladan, ramah, sholehah, walau dia bukan berasal dari keluarga kaya. Sikapnya yang rendah hati membuatnya di sukai banyak orang, namun dimana ada yang suka pasti ada juga yang benci. Benci karena iri dengan kesuksesan orang lain.
Ditengah tepuk tangan yang meriah dalam rangka memberi ucapan selamat pada Amayra yang meraih dua penghargaan, ada 3 orang gadis yang hanya diam saja dengan wajah menyebalkan mereka.
"Cuma dapat penghargaan kaya gitu aja sombong banget, apaan sih pake sok sok an bilang alhamdulillah? sok alim banget" celetuk Angel dengan senyum sinis nya.
"Benar banget Angel, gayanya selangit cuma dapat penghargaan gitu doang" timpal temannya yang bernama Naya yang tidak suka dengan Amayra.
"Dia tuh tebar pesona biar cowok-cowok pada naksir sama dia, biasa tuh..namanya gembel naik kelas" cemooh Reina pada gadis berhijab yang masih berdiri di atas panggung itu.
"Lo bilang sahabat gue sombong? sok sok an? tebar pesona? hey, kalian sendiri bisa gak kaya dia? bisa gak dapat penghargaan kaya dia?" gadis berambut pendek pada ketiga siswi yang nyinyir itu. Dia adalah Fania, sahabat dekat Amayra dan juga teman sebangkunya.
"Kalau kalian iri sama Mayra, bilang dong! jangan ngomong yang enggak-enggak deh" kata Anna, yang juga sahabat baik Amayra.
"Cih, dua lagi cewek nyebelin yang suka tebar pesona" kata Naya sinis
"Anna, gue sangat menyayangkan tau gak kenapa lo berteman sama upik abu kaya mereka berdua. Mending lo temenan aja sama kita dan yang selevel sama lo" jelas Reina pada Anna yang notabene nya berasal dari keluarga kaya dan terpandang, tidak seperti Fania dan Amayra yang berasal dari kalangan bawah keluarga sederhana.
"Sorry ya, kalau sama kalian itu bukan temenan. Tapi geng geng an. Dan kalian jangan menghina sahabat sahabat gue, kalian lah yang gak selevel sama mereka" kata Anna membela kedua temannya
"Ya sudah, gue udah ingetin Lo ya" ucap Angel dengan sinis nya.
Ketiga gadis itu memang selalu menunjukkan rasa tidak suka mereka pada Amayra, mungkin karena iri padanya. Semua sikap dan kata-kata Amayra selalu dianggap mereka sebagai kesombongan. Manusia memang tidak selalu memiliki hati yang baik, berfikir positif, ada juga yang benci karena iri.
Setelah mendapatkan penghargaan dari kepala sekolah dan guru-guru, Amayra turun dari atas panggung, dengan membawa kedua piala berukuran besar ditangannya itu. Amayra hanya tersenyum senang tanpa menunjukkan kesombongan apapun.
Alhamdulillah ya Allah, masih rezeki nya.. aku berada di dalam posisi ini. Bapak pasti senang, apalagi kali ini aku udah dapat uang, biasa buat bantu bantu bapak. ucapnya penuh rasa syukur kepada Allah SWT.
"Woah!! selamat ya my bestie!!" Fania memeluk temannya dengan bangga, berasa dirinya yang mendapat piala dan penghargaan.
"Congrats ya May, aku sudah tau sih kalau kamu pasti juara lagi. Tidak ada yang bisa mengalahkan sahabatku" Anna juga merasa bangga pada sahabatnya yang sudah 2 tahun dan 4 semester berturut-turut mendapatkan penghargaan.
"Alhamdulillah makasih ya teman-teman. Oh ya sekarang kita udah naik kelas tiga ya? gak kerasa udah 2 tahun kita barengan" Amayra tersenyum lebar, dia tak menyangka bahwa waktu begitu cepat berlalu dan dia sudah menginjak kelas 3.
"Yah, kita udah kelas tiga aja nih. Pasti pelajaran makin susah deh, khususnya matematika" gerutu Fania yang kurang mahir dalam bilang mata pelajaran matematika.
"Tenang aja, jangan pikirin matematika kelas tiga dulu. Gimana kalau kita pergi liburan aja, masih ada waktu 2 minggu kan sebelum masuk sekolah lagi?" tanya Anna sekaligus menawarkan kedua sahabatnya untuk berlibur.
"Liburan?" Fania dan Amayra sama-sama terkejut mendengar kata liburan. Pasti menghabiskan uang, menghabiskan waktu, begitulah pikir Fania dan Amayra dalam hatinya.
"Aduh, maaf Anna.. aku kayanya di rumah aja deh, bantu bantu ayah ku" jawab Amayra menolak ajakan Anna
"Aku juga kayanya gak bisa ikut, aku gak punya uang" jawab Fania jujur
"Tenang aja, ini cuma dua hari dan ini gratis kok" Anna tersenyum pada kedua sahabatnya.
"Gratis??!" begitu mendengar kata gratis, kedua bola mata gadis itu langsung terbuka lebar.
Semua orang memberikan selamat pada Amayra atas prestasi nya. Teman-teman nya semakin menyukai dan menghargai Amayra, meski dia selalu juara tapi dia tidak pernah sombong atau pelit berbagi ilmu pada orang lain. Dia senantiasa selalu membantu orang yang meminta bantuannya jika dia mampu.
Meski berada di antara orang orang kaya, Amayra mampu menyesuaikan diri walau pada awalnya dia sulit masuk ke sekolah itu karena beasiswa. Namun setelah dua tahun berada di sekolah itu, tidak ada yang menganggap Amayra berasal dari keluarga yang sederhana, mereka menghargai dirinya karena prestasi dan kerendahan hatinya.
***
Sepulang dari sekolah, Amayra langsung pulang ke rumah menaiki angkutan umum seperti biasanya. Dia turun di depan sebuah gang, gang itulah adalah jalan menuju ke tempat tinggal Amayra dan ayahnya.
Dengan hati gembira dan berbunga-bunga, gadis itu memeluk dua piala yang akan membuat ayahnya bangga. "Pasti bapak bangga sama aku, tahun ini aku juara lagi. Aku beliin bapak gorengan kesukaan nya deh, sebelum pulang" ucap Amayra sambil tersenyum ceria
Amayra menghampiri seorang pedagang gorengan keliling, dia mengeluarkan uang 20 ribu dari saku baju seragam nya. "Pak Mamat!"
"Eh neng Mayra? udah pulang neng?" tanya Mamat pria paruh baya penjual gorengan keliling.
"Iya baru aja pulang pak. Pak saya mau gorengan nya dong dua puluh ribuan ya" pesannya pada Mamat yang sedang menggoreng gorengan di dalam wajan.
"Neng Mayra bisa tunggu sebentar? bapak masih goreng nih," ucap Mamat dengan ramah
"Ya udah ,gak papa. Saya tunggu disini ya pak," Amayra duduk di kursi panjang yang ada disana.
Mamat tersenyum melihat Amayra membawa dua piala besar ditangannya. Mamat sudah menduga kalau Amayra mendapatkan gelar juara lagi seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Pasti pak Harun sangat bangga ya punya anak kaya neng May.. udah cantik, pinter, sholehah, baik, pasti masa depan Neng May juga sangat cerah,"
"Alhamdulillah pak, terimakasih. Tapi jangan memuji saya seperti itu pak, saya bisa terbang nanti hehe," Amayra tersenyum dengan rendah hati seperti biasa nya.
"Neng Mayra suka gitu deh. Tapi kalau bapak jadi pak Harun bapak pasti bangga punya anak seperti neng Mayra, lihatlah anak bapak.. dia perempuan tapi suka merokok, mabuk, dia juga tidak mau sekolah. Dia benar-benar salah jalan," Mamat menceritakan tentang anak gadisnya yang putus sekolah karena ikut geng motor.
"Bapak gak boleh bicara begitu tentang anak bapak. Kalau anak bapak salah jalan, teruslah bimbing dia pak. Jangan bosan-bosan mengingatkan nya, saya yakin nanti anak bapak akan mengerti bapak" kata Amayra menyemangati pak Mamat untuk membimbing anaknya.
Baru saja di bicarakan, anak pak Mamat datang pada pak Mamat dan meminta uang. Pakaian nya menantang, rambutnya di warnai dengan warna merah, hidung nya di tindik, dia terlihat seperti preman.
Mamat berharap agar dia punya anak seperti Amayra yang selalu membuat bangga dan menjaga nama baik keluarga walau dia berasal dari keluarga miskin.
Amayra pulang ke rumahnya dengan membawa sekeresek gorengan untuk ayahnya. Tak lupa gadis itu mengucapkan salam.
"Assalamualaikum ayah..aku pulang,"
"Waalaikum salam" jawab Pak Harun yang sedang duduk di kursi kayu. Kakinya terlihat terluka.
"Ayah! Ayah kenapa yah??" tanya Amayra cemas melihat kaki kiri pak Harun yang terluka. Amayra segera meletakkan kedua piala nya di meja dan menghampiri bapaknya.
"Ah.. ayah gak apa-apa kok, nak" jawab pria itu sambil menahan rasa sakit di kakinya.
...---***---...
Hai Readers! jangan lupa komen, like, gift dan vote nya untuk karya baru ku ya☺️☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Ny Abii
Mantap kak, mampir juga ya..
2023-06-06
1
Bianca Zahra
keren
2023-04-12
0
nenk 'yLa
awal y aja udh kerenn bgd tp bab y banyak y smoga ttp mnarik smpe akhir biar ga putus tngah jalan🤭🤭
2022-08-08
1