...🍀🍀🍀...
Entah apa yang terjadi pada Satria, tangannya ingin menyentuh wajah cantik gadis bernama Amayra itu.
Hatinya berdebar melihat nya, gadis berhijab dengan balutan gaun pengantin berwarna putih yang melambangkan kesucian. Mereka sudah resmi menjadi suami istri, dan malam itu adalah malam pertama mereka.
Ma-mau apa Om Satria mendekati ku?
Amayra memalingkan wajahnya dan bergerak mundur sedikit seolah menghindari Satria yang tangannya seperti ingin menyentuh dia.
Satria, apa yang kamu pikirkan? Apa yang mau kamu lakukan pada anak kecil? Dia itu bukan perempuan, tapi anak kecil yang seumuran dengan keponakan mu.
"Jangan salah paham ya! Ada semut di kerudung mu, jadi aku mau menyingkirkan nya," ucap Satria dengan wajah datarnya. Dia mengusap sesuatu yang bahkan tidak ada di kerudung itu.
Satria melihat Amayra yang menutup mata nya, gadis itu terlihat ketakutan. Tubuhnya gemetar hebat.
Ya Allah tolong aku, aku tidak mau!. Amayra mengingat kenangan buruknya ketika Bram merampas kehormatan nya yang telah dia jaga selama 17 tahun. Bayangan Bram terlintas di kepalanya, dia ketakutan ketika Satria mendekati nya.
"Hey, bukalah matamu..tidak apa-apa. Aku tidak akan melakukan apapun padamu," ucap Satria yang bahkan tidak berani menyentuh gadis yang sedang ketakutan itu.
Ada apa dengannya?
"Ja-jangan sentuh aku! Jangan om! Jangan lakukan itu!" Amayra meringkuk ketakutan, dia naik ke ranjang, mengangkat kedua kakinya dan bersandar di kayu ranjang itu. Matanya masih belum terbuka, dia sangat ketakutan.
"Hey, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Satria cemas melihat Amayra ketakutan seperti itu.
Apa dia mengalami trauma? Apa ini berkaitan dengan kak Bram?
"Aku tidak akan macam-macam padamu. Aku akan pergi ke kamar mandi, kamu lepaslah dulu hiasan di kepalamu. Lalu pergi tidur!" Satria merasa dia harus meninggal Amayra sendirian dulu.
Mungkin Amayra masih sulit mencerna apa yang sedang terjadi padanya. Sama halnya seperti Satria, dia juga tidak mudah menerima pernikahan dengan landasan keterpaksaan orang tuanya.
Satria masuk ke kamar mandi, sebelum itu dia mengambil handuk dan baju tidur nya yang berada di tas gendong miliknya.
Cekret
Begitu mendengar suara pintu yang dibuka dan tertutup. Amayra mulai membuka matanya, dia melihat tidak ada siapapun disana. Bayangan tentang Bram ternyata hanya khayalan nya saja.
"Ya Allah, aku selamat.. aku tidak apa-apa," ucap Amayra sambil menghela napasnya, "Apa aku benar-benar sudah menikah? Malam ini aku sudah menjadi istri seseorang?"
Amayra masih tidak percaya.Padahal rasanya baru kemarin dia pergi ke sekolah bermain bersama teman-temannya. Kini dia sudah menjadi seorang istri, ditambah lagi ada nyawa di dalam perutnya. Sedih hatinya, harus melepaskan sekolahnya yang beberapa bulan lagi akan selesai.
Di malam pernikahan nya dia menangis sedih, hatinya menjerit keras. Sakit yang tidak berdarah, itulah yang dirasakan Amayra. Walaupun dia sudah menikah, faktanya yang melakukan perzinahan tetap tertanam di hatinya. Belum lagi rasa malunya saat menghadapi semua orang, terkadang mereka hanya tau luarnya saja tanpa tau lebih dalam apa yang terjadi pada Amayra.
Mengapa selalu saja wanita yang disalahkan? Selalu wanita yang harus menanggung malu? Padahal dia adalah korban kebejatan Bram!
"Sudahlah! Sudah cukup Amayra, kamu harus kuat. Hadapi saja saat ini, jangan menyalahkan siapa-siapa lagi! Ini sudah terjadi, dan aku harus menjalani nya. Aku harus hidup, demi anak ini...anakku," Amayra menghapus air matanya. Dia kembali tersenyum, mencoba untuk tegar menghadapi semua ujian hidupnya yang berat.
Selagi Satria berada di kamar mandi, Amayra melepas hiasan yang ada di kepalanya. Dia melepas kain putih yang menjuntai di kepalanya. Kain yang menutupi dia dan Satria saat ijab kabul mereka. Tiba-tiba dia teringat dengan Satria, pria yang belum lama menikah dengannya.
Saya terima nikahnya Amayra Alifya Husna binti Harun Nugraha dengan maskawin 200 gram emas dan seperangkat alat solat, dibayar tunai!
Amayra tersentak ketika ucapan Satria saat ijab kabul mereka terlintas di kepalanya. Sebuah ucapan yang sudah mengikatnya dalam pernikahan. Dia melihat cincin yang tersemat di jari nya, cincin yang diberikan Satria padanya dengan wajah datar.
"Ya Allah, om Satria sudah menolongku dari rasa malu dan bertanggungjawab untuk anakku walau dia bukanlah ayahnya. Aku harus memperlakukan Om Satria dengan baik, aku harus patuh padanya... ayah bilang kalau aku sudah menjadi seorang istri. Aku harus patuh pada perintah suamiku dan tidak boleh membantahnya," gumam Amayra dengan wajah polosnya.
Nak, ingatlah sekarang Ridha Allah ada pada Ridha suamimu. Kamu jangan membantahnya, selalu patuh dan taat kepada perintahnya. Meskipun ayah tidak senang kamu menjadi istri si brengsek itu, tapi karena dia sudah bertanggungjawab untuk dirimu. Maka kamu juga lakukan tugas mu sebagai seorang istri. Dia adalah imam mu sekarang.
Ucapan sang ayah terngiang di kepalanya, mengatakan bahwa dia adalah seorang istri. Dan akan segera menjadi seorang ibu.
"Tugas seorang istri? Seperti apa tugas seorang istri itu?" Gumam Amayra bingung.
KLAK
Pintu kamar mandi itu terbuka lebar, terlihat lah seorang pria tampan dengan rambut basahnya. Dia memakai piyama tidur, dan memandangi Amayra yang masih duduk di ranjang.
Apa yang harus aku lakukan ya?. Amayra bingung sendiri dengan apa yang harus dia lakukan.
"Hey! Kamu tidak akan ganti baju?" Tanya Satria dengan gaya cueknya.
"I-iya om, saya mau ganti baju kok. Saya mau ke kamar mandi dulu," jawabnya gelagapan, bahasanya tiba-tiba menjadi sangat formal.
Apa cara bicaraku sudah benar pada suamiku?
Mengapa bicaranya jadi semakin aneh?. Satria mengernyitkan dahinya, dia menatap Amayra dengan heran.
"Haahh...apa aku seperti om om bagimu?" Tanya Satria sambil duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang itu.
"Ah? Tapi, kan om adalah om nya Anna. Jadi saya panggil nya om,"
"Tapi aku kan bukan om mu!" Kata Satria kesal dengan panggilan om itu.
"I-iya," jawab Amayra bingung.
"Jangan bicara kaku seperti itu, bicara santai saja. Dan jangan memanggilku om, aku tidak setia itu!" Seru Satria gusar mendengar panggilan om dari gadis yang hanya berbeda usia 8 tahun dengannya.
Pantas saja dia bisa diperkosa oleh kak Bram, dia pasti tidak melawan karena sikap bodohnya ini.
"Lalu aku harus panggil apa?"tanya Amayra sambil memberanikan diri menatap suaminya.
"Satria, atau kak Satria juga bisa kan? Terserahlah, asal jangan om!" protes nya sebal.
"Iya kak Satria," gadis itu tersenyum tipis memandang ke arah Satria.
Satria terpana melihat senyuman manis dari gadis berhijab putih itu.
"Iya, begitu baru benar. Ah ya kalau kamu mau ke kamar mandi silahkan saja, tapi jangan mandi malam-malam. Ibu hamil tidak boleh mandi malam, tidak baik untuk kesehatan,"
Amayra mengangguk patuh, "Aku hanya akan mencuci muka dan mengambil air wudhu saja,"
"Mau ngapain ambil air wudhu?" tanya Satria.
"Aku belum shalat isya, jadi mau shalat isya dulu sebelum tidur," jawab Amayra sambil beranjak dari ranjang itu. "Kakak sudah shalat?"
Deg!
Pertanyaan Amayra sungguh membuat Satria terkejut. Shalat? Sudah berapa dia meninggalkannya? Entah kenapa dia dibuat malu oleh pertanyaan istrinya tentang ibadah yang wajib di laksanakan sehari 5 waktu itu.
Anna benar, gadis ini dia gadis baik-baik. Bagaimana bisa dia terjebak oleh kak Bram?
Satria dan Amayra saling menatap satu sama lain.
...---***---...
Hai Readers! Jangan lupa support author nya ya biar semangat up.. caranya dengan kasih Like, komen, gift dan vote nya 🤗🤗☺️ sekian dan terimakasih!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Desnawati
Amaira semoga bram menyesal seumur hidupnya karena bram lari dari tanggung jawabnya
2022-10-29
2
Nitizen Enamdua
habis gelap terbitlah terang ya... jangan buat amyra sedih lagi
2022-03-31
1
Rd Kurniasari
aku jadi terharu bacanya
2022-03-18
1