...🍀🍀🍀...
Tidak terlihat rasa malu sama sekali pada pasangan muda-mudi yang baru saja kepergok sedang bercumbu oleh Anna.
Dengan cueknya, Alexis merapikan baju dan rambutnya yang sebelumnya terlihat acak-acakan. Begitu pula dengan Bram, dia melakukan hal yang sama. Wajah keduanya memerah, seperti habis melakukan hal diluar batas pacaran!
"Ngapain kamu kesini An? Gak sopan banget ya kamu masuk tanpa ketuk pintu dulu?" tegur Bram kepada keponakan nya yang langsung menerobos masuk ke dalam ruang presdir tanpa izin. Bram melirik kearah Erik dengan tajam.
Erik tercekat, dia angkat bicara, "Maafkan saya pak, tapi nona Anna menerobos masuk begitu saja. Saya tidak sem-"
Bram menghentikan kata-kata Erik dengan mengisyaratkan gerakan tangan nya.
"Keluar dan tutup pintunya" titah Bram pada sektretaris nya itu.
Dengan patuh, Erik menundukkan kepalanya. Dia berjalan keluar dari ruangan itu, kemudian menutup pintunya.
"Kamu mau apa kesini?" tanya Bram pada Anna, sambil duduk tegap kembali di kursinya. Anna melirik tajam dan sinis pada Alexis.
"Aku mau bicara sama Om, tapi jangan ada wanita itu disini" Anna tersenyum sinis pada Alexis.
"Sayang, keponakan kamu ini mulut gak bisa dijaga ya?" Alexis mendelik sinis pada Anna, dia tidak suka keponakan tunangan nya itu karena Anna selalu menunjukkan respon tidak enak di depannya.
"Anna, kamu mau bicara apa? Alexis tunangan om, kamu harus hormat padanya! Panggil dia tante" Bram menegur keponakan nya agar dia bersikap sopan pada tunangan tercinta nya.
"Oh, cuma tunangan doang kan? Gak akan nikah?" Anna tersenyum mengejek, karena setelah apa yang akan dikatakan olehnya pada Bram. Mungkin Bram tidak akan jadi menikahi Alexis.
"Anna, kamu ngomong apa sih?!" Bram mulai meninggikan suaranya. Alexis semakin tidak suka dengan kehadiran Anna disana.
"Om yakin, mau aku bicara di depan wanita ini?" Anna menanyakan pada Bram dengan wajah serius, dan tegas.
"Alexis ada tunangan Om dan sebentar lagi kami akan menikah, jadi dia berhak tau apa yang akan kamu katakan pada om!" ucap Bram tegas.
"Itu benar, hubungan kami sudah sangat jauh.Tidak ada kata privasi lagi" Alexis memeluk Bram dengan genitnya, dia tersenyum manja pada pria yang akan menjadi suaminya itu.
"Fine, kalau itu mau om" Anna tersenyum, dia membuka tas gendong nya. Dia mengambil dua tespack milik Amayra, kemudian dia menyerahkan nya pada Bram.
Bram dan Alexis sama-sama kebingungan dengan maksud Anna menyerahkan tespack itu. "Hamil? Siapa yang hamil? Anna, apa kamu hamil?" tanya Alexis mengejek keponakan calon suaminya itu, dia melihat kedua tespack dengan hasil garis dua.
"Tante Alexis yang cantik, tante tau kan apa artinya garis dua itu?" tanya Anna dengan suara ketus nya pada Alexis.
"Anna, apa kamu hamil??" Suara Bram meninggi, dia sudah menuduh yang tidak-tidak pada keponakan nya.
"Bukan aku yang hamil, om. Tapi perempuan yang om perkosa satu bulan yang lalu" jawab Anna sambil mengepal tangannya, jika saja Bram bukan om nya. Dia pasti sudah mencabik-cabik pria berusia 32 tahun itu.
Deg!
Bram tersentak kaget, dia langsung beranjak dari kursinya. Hal sama di lakukan Alexis, dia menatap calon suaminya dengan murka. Tercengang, kaget, itulah yang dirasakan Alexis saat ini.
"Kamu jangan bicara sembarangan Anna!" Bram melakukan penyangkalan lagi.
"Om harus bertanggungjawab! Dia sedang hamil om, hamil anak om Bram!" Teriak Anna sambil menangis, dia merasakan apa yang dirasakan Amayra sahabatnya.
"Apa apaan ini? Bram, kamu memperkosa siapa? Lalu wanita itu hamil? Apa begitu?" Mata Alexis berkaca-kaca menatap Bram.
"Gak sayang, gak kaya gitu. Ini cuma salah paham aja, aku tidak melakukan nya! Aku tidak mungkin memperkosa apalagi menghamili seorang wanita!" Bram memegang tangan Alexis, dia berusaha menenangkan tunangan nya itu.
Walau dia sendiri berdebar-debar, karena mengetahui Amayra hamil setelah satu malam panas bersama nya di Villa.
"Cukup! Ini buktinya Bram! Kamu menghamili nya!" Alexis menangis, dia berlari keluar dari ruangan itu dengan penuh rasa kecewa. Dia sakit hati, mengetahui kalau Bram telah tidur dengan wanita lain sampai hamil.
Bram menyusul Alexis, namun Anna menghalangi jalannya. Bram marah pada Anna karena Anna datang ke kantornya dan membawa tespack itu.
"Ini semua gara-gara kamu An, kalau sampai Alexis pergi meninggalkan om! Maka ini semua adalah salah kamu!" Bram menunjukkan jari nya ke wajah Anna.
"Jadi om menyalahkan aku karena aku mengatakan kebenaran? Kenapa om tidak memikirkan perasaan Amayra, wanita yang sedang hamil anak om! Dia masih SMA om! Dia masih SMA! Dia gadis baik-baik om! Masa depannya cerah! Tapi om membuatnya suram!" Anna menunjuk-nunjukan jarinya pada Bram demi membela Amayra.
Di saat mereka berdua sedang berdebat, Amayra dan Fania berhasil sampai di depan ruang presdir. Mereka melihat pintu ruang presdir terbuka lebar, disana ada Erick sedang berdiri dengan wajah bingungnya.
"Maaf kalian siapa ya?" tanya Erick pada gadis berhijab dan gadis berambut pendek berseragam putih abu itu.
"Maaf pak, tapi ini darurat!" Amayra terpaksa menerobos masuk ke dalam ruangan itu untuk mencegah Anna mengatakan segalanya.
Namun apa yang dia dan Fania lihat di dalam sana? Seperti nya mereka terlambat, karena Bram dan Anna berada dalam kondisi yang memanas. Terlebih lagi ada tespack dengan garis dua di meja kerja Bram.
"Kamu! Ini semua gara-gara kamu! Karena kamu wanita sialan! Tunangan ku pergi!" Bram menatap Amayra dengan murka. Bram hanya memikirkan perasaan Alexis, bukan perasaan Amayra yang kini telah mengandung anaknya.
"A..aku.." Keberanian Amayra untuk bicara mendadak menciut begitu melihat sosok Bram di hadapan nya, pria yang telah merenggut kesucian nya.
Ya Allah, kenapa aku takut melihatnya? Kenapa...Sesak rasanya Amayra, melihat pria yang memperkosanya itu.
"Ini bukan salahnya om! Ini salah om! Kenapa om cuma memikirkan perasaan tunangan om saja?!" Anna kecewa.
"Minggir kamu!" Bram dengan kasarnya mendorong Amayra, hingga gadis itu jatuh ke ujung kursi dan mengenai perutnya.
DUAK
"Amayra!!" teriak Fania dan Anna panik, mereka menghampiri Amayra yang sudah jatuh terduduk di lantai.
"Arghh.!!" Amayra memegang perutnya, dia merintih kesakitan.
Bram mendengar suara Amayra, dia melangkah pelan. Dirinya berada di dalam kebingungan, kemudian dia sedikit menoleh ke arah Amayra.
"May.. kamu gak apa-apa?" Anna memegang Amayra yang terlihat kesakitan.
"Aku gak apa-apa.. ugh.. astagfirullah.. sakit.." Amayra memegang perutnya.
"Om!!" teriak Anna meminta pertolongan pada om nya.
Sialan!
Bram yang tadinya mau pergi, kembali berbalik menghampiri Amayra. Dia menggendong Amayra, kemudian membawanya ke rumah sakit. Fania dan Anna juga ikut kesana.
Cekret..
Seorang dokter keluar dari ruangan rawat, dia baru saja memeriksa kondisi Amayra. Bram masih berada disana bersama Anna dan Fania.
"Dokter, bagaimana keadaan teman saya?" Anna langsung memburu dokter itu dengan pertanyaan.
"Alhamdulillah, tenang saja dek. Kondisi teman adek dan bayi yang ada di dalam kandungan nya baik-baik saja. Dia hanya mengalami syok ringan" jelas dokter itu yang agak curiga karena Amayra memakai seragam, dan dia sedang hamil.
"Dokter,apa dia benar-benar hamil?" tanya Bram memastikan keadaan Amayra.
"Iya, dia sedang hamil. Usia kandungannya sudah lebih dari 3 minggu" jelas dokter itu.
Ya Tuhan, dia benar-benar hamil?
Bram terpaku ditempatnya, dia tak menyangka bahwa gadis yang menghabiskan malam dengannya secara tidak sengaja, akan mengandung anaknya.
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
meE😊😊
klo emg s bram ga mau tanggung jawab may juga ogah kalii sma bram aplg dr awal aja bram udh nolak2 may gmn klo smpe nikah ksian may psti tmbh mndrta
2022-08-08
1
Kusmiati Kusmiati
lanjut thorr
2022-05-16
1
Gwenio Abbysyah
geram banget sama si Bram ni ....
2022-05-12
1