...🍀🍀🍀...
..."Sebaik baiknya seorang wanita, dialah wanita yang menjaga aurat nya. Menjaga dirinya dari pandangan laki-laki, menghindari dirinya dari hal-hal yang akan mengundang syahwat"...
...****...
Bibir Bram membulat, dia menutup bibir menganga itu dengan telapak tangannya. Anna menatap Bram dengan tatapan yang tajam.
"Sekarang om percaya, kan? Amayra mengandung anak om! Dia sedang hamil, om.. apa om masih akan mengabaikan dia?" Anna bertanya dengan tegas kepada Om nya, meminta pertanggungjawaban Bram untuk sahabatnya.
"Diam Anna! Jangan bicara lagi!" Bram duduk di sebuah kursi, dia memegang kepalanya. Wajahnya menunjukkan kegelisahan mendalam.
Presdir grup Calabria itu terlihat sangat galau, tunangan nya pergi dan marah padanya, gadis yang tak sengaja tidur dengannya kini sedang mengandung anak nya. Benar-benar sial hidupnya itu!
Benar, ini kan tidak sengaja. Aku hanya perlu memintanya melakukan itu...lalu semua masalah akan beres.
Bram masuk ke dalam ruangan tempat Amayra di periksa, Anna dan Fania juga mengikuti nya. Mereka ingin tau apa yang akan dilakukan Bram setelah ini.
Amayra beranjak duduk, selang infus masih terpasang di tangannya. Dia menatap Bram dengan marah bercampur sedih.
"Sebelumnya aku minta maaf, aku benar-benar tidak sengaja melakukan nya malam itu," Bram meminta maaf pada Amayra.
Amayra tercekat mendengar permintaan maaf Bram yang terdengar tidak tulus itu. "Semuanya tidak bisa diselesaikan dengan kata maaf saja om, saya sedang mengandung anak om..om sudah menghancurkan mimpi saya!" Amayra yang sebelumnya diam saja, akhirnya angkat bicara.
Pikiran Amayra menjadi kalut, dia teringat ayahnya. Dia teringat mimpi nya menjadi seorang guru, apakah semua harus musnah karena ada bayi di dalam perutnya? Lalu bagaimana dengan pak Harun yang akan marah dan kecewa jika tau kehamilan nya?
Fania dan Anna menepuk-nepuk punggung Amayra seraya menenangkan nya.
"Aku tau, kamu tenang saja. Aku tidak hanya akan meminta maaf sama kamu, tentu aku akan bertanggungjawab," kata Bram sambil menenangkan dirinya sendiri.
Anna dan Fania saling melirik, mereka tersenyum senang karena Bram berkata akan bertanggungjawab.
"Aku akan menelepon dokter terbaik dan paling aman untuk melakukan aborsi. Aku juga yang akan menanggung semua biayanya, kamu tidak usah khawatir,"
Bentuk tanggungjawab macam apa itu? Anna, Fania dan Amayra tercengang mendengar kata-kata Bram. Hati Amayra seketika patah, mendengar ucapan Bram yang ingin menggugurkan anaknya.
"Apa yang om katakan? Apa om mau mengugurkan bayi ini?" Amayra menatap Bram dengan penuh kekecewaan.
"Lalu kamu mau bagaimana? Kamu mau aku bertanggungjawab dengan menikahi mu? Jangan mimpi kamu!" Bram menatap gadis yang sudah diperkosanya itu dengan jijik.
Pandangan Bram terhadap Amayra adalah kampungan, miskin, status sosial rendah, tidak menarik, masih bocah. Jauh dari Alexis, tunangannya yang super cantik dan memiliki status sosial tinggi.
"Om! Om jangan keterlaluan ya om, bayi itu gak bersalah om. Om gak bisa berbuat seperti itu,"
"Kalian masih anak-anak kalian tidak mengerti cara orang dewasa menyelesaikan masalah. Besok siang kita bertemu setelah kamu pulang sekolah, aku antar kamu ke tempat aborsi itu" Bram tidak mau berdebat lagi dengan Anna, Fania dan Amayra tentang hal ini.
Aborsi?. Amayra menangis, dia memegang perutnya.
Baginya menyelesaikan masalah itu cukup dengan uang, dasar tidak punya hati! Itulah ungkapan yang cocok untuk Bram. Pria brengsek, yang mau lari dari tanggungjawab nya. Semakin bertambah kecewa Anna kepada om nya itu.
Bram meninggalkan Amayra begitu saja setelah dia membayar administrasi rumah sakit. Amayra pulang diantar oleh Anna, wajah gadis itu terlihat pucat. Siapa juga yang tidak akan syok? Kejadian naas bertubi-tubi menghampiri nya, pertama dia tau kalau ada janin di dalam rahimnya, yang kedua adalah si ayah bayi tidak mau bertanggungjawab dan malah ingin membunuh bayi itu. Dan yang ketiga, adalah bagaimana perasaan ayahnya nanti jika dia tau.
"May." Anna menatap Amayra dengan sedih.
"Aku mohon An...jangan bilang apa-apa dulu. Aku butuh sendirian," Amayra butuh waktu untuk menenangkan dirinya.
"Kalau ada apa-apa, bilang sama aku ya" Anna memegang tangan Amayra dengan erat.
"Iya. Jangan bilang sama keluarga kamu dulu tentang kondisi ku, aku perlu waktu berfikir" ucap nya lemas.
Anna mengangguk, dia setuju untuk merahasiakan hal ini lebih dulu dan memberi waktu Amayra berfikir tenang. Anna pulang ke rumahnya di jemput oleh Satria yang kebetulan baru pulang dari rumah sakit.
Sore itu..
Amayra masuk ke dalam rumahnya, dia berusaha bersikap seperti biasa di depan ayahnya. Dia melihat ayahnya baru saja pulang mengangkut sampah.
"Assalamualaikum ayah" Amayra mencium tangan ayahnya.
"Waalaikumsalam, kamu baru pulang May?" sambut pak Harun dengan senyuman ramah di bibirnya. Senyuman itu menghilang begitu Pak Harun melihat wajah anaknya yang cemberut dan mata nya sayu."May, kamu kenapa nak? Kamu habis nangis?" Pak Harun menatap anaknya dengan khawatir.
"Ah.. enggak ayah, aku gak apa-apa kok. Aku cuma kelelahan aja" jawab Amayra sambil memasang senyum.
"Hem ya, kamu pasti kecapean ya habis kerja kelompok. Yuk, kita masuk dan istirahat!" Pak Harun tersenyum, mengajak Amayra masuk ke dalam rumah.
Pak Harun masuk lebih dulu, sementara Amayra masih berada di luar rumah. Dia menatap pak Harun dengan penuh rasa bersalah.
Enggak ayah, aku gak kerja kelompok. Aku bohong ayah. Amayra patah hati, lagi-lagi dia harus berbohong pada ayahnya. Berapa banyak dosa yang sudah dia lakukan pada ayahnya? Kali ini dosa nya sudah sangat besar.
Malam itu terasa sangat berat untuk Amayra, dia tidak sanggup untuk menghadapi hari esok. Tidurnya menjadi tidak tenang, memikirkan bagaimana dirinya hari esok? Bagaimana jika semua orang tau dirinya hamil di luar nikah?
Amayra duduk di ranjang nya, dia memandang kosong ke arah kertas-kertas tempel di dindingnya. Disana tertera rencana-rencana hidup Amayra dalam sepuluh tahun ke depan.
Lulus SMA..
Masuk ke sekolah kedokteran..
Kerja paruh waktu...
Lulus kuliah kemudian,
Menjadi dokter anak..
Membahagiakan ayah, biaya naik haji.
Menikah di usia 25...
Pikiran nya kacau dan sedih melihat tulisan-tulisan di kertas dinding itu, Hatinya menjerit dan menangis. Amayra mencabut semua tulisan itu, lalu air matanya mulai mengalir deras.
"Bagaimana bisa semuanya hancur?! Hanya karena satu kesalahan?! Hanya karena anak ini! Padahal ini bukan salahku!!" Amayra memegang perutnya, dia jatuh terduduk dilantai. Beruntung nya sang ayah tengah tertidur pulas, dia tidak mendengar ucapan anaknya.
Di saat Amayra sedang sedih karena keadaan nya. Lalu bagaimana dengan Bram? Dia malah kebingungan mencari dimana keberadaan tunangan nya.
"Bram, kamu kenapa? Mama lihat kamu terlihat resah sejak pulang dari kantor. Apa ada masalah di kantor?" tanya Bu Nilam (Nilam Calabria, ayah Bram dan Satria)
"Ma...Alexis menghilang," Bram mengatakan keresahan hatinya dengan mudah pada sang papa.
"Menghilang? Menghilang bagaimana maksud mu? Ah, apa kalian bertengkar lagi?" Bu Nilam menebak-nebak.
"Bukan hanya bertengkar Oma, tapi lebih dari itu. Mungkin mereka putus," Anna tiba-tiba muncul di depan nenek dan om nya.
Bu Nilam melihat ke arah Anna dan menatap cucunya dengan heran. Sementara Bram terlihat tegang dengan kehadiran Anna disana.
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
meE😊😊
mski si bram ga mau tanggung jwab tp pling tdk biarkn smua kluarga y tau klakuan busuk y s bram..
2022-08-08
0
Nitizen Enamdua
ye elah sedih amat hidup lu may.. sabar yakk😌😌😌
2022-03-29
0
Aska
bilang saja anak ke nenek biar kapok sibram dikasih pelajaran sama nenek,
2022-02-20
0