...Dengan mu atau tidak dengan mu, ada atau tidak ada nama mu di bab berikut nya. Kamu akan tetap menjadi tokoh yang paling teristimewa yang selalu tersemat kan di kehidupan ku....
..._Dear A...
.......
....... ......
.......
...****************...
"Yee-jun, simpan tenaga mu,tidak layak kita melawan pria tua ini, " Yee-jun langsung berhenti memukuli Si-woo setelah Yeon-jin berhasil menghentikan nya dengan kalimat nya.
"Hyung.. kasihani dia, umur nya tidak lama lagi, " damage kalimat Hyun-il memandang Si-woo dengan rendah.
Si-woo yang sudah babak belur di lobi kantor pun hanya bisa diam menahan sakit yang mulai menjalar di seluruh tubuh nya. Zoya yang berhati baik, berniat membatu Si-woo.
Zoya memegang bahu Si-woo dan membantu nya untuk berdiri. Dari tindakan Zoya itu mampu membuat semua orang terdiam termasuk Si-woo yang juga terdiam seribu bahasa, padahal Zoya yang mendapat perlakuan buruk tetapi ia tidak membalas nya apa yang seperti Si-woo lakukan padanya.
"Pak, maaf sudah berlaku tidak sopan kepada Anda. Saya minta maaf, "lebih membuat orang di sekitar nya tenganga hebat. Si-woo semakin merasa bersalah saat Zoya meminta maaf kepada nya dengan nada rendah, lalu ia membungkukkan kepala nya.
Zoya tersentak saat melihat beberapa luka di bagian tubuh Si-woo, ia terburu-buru mengambil ponsel nya, " Hallo, tolong bawakan ambulans ke perusahaan Compan'y LA di sini ada yang terluka, "seru nya kepada seorang perawat di seberang telepon. Ketujuh pemuda itu di buat bingung oleh nya.
" Terima kasih, "jawab nya mematikan panggilan itu.
" Zoya.. Zoya apa kepala mu sakit? hm? mana yang sakit? "Tessa memandang khawatir kepada Zoya, ia melihat seluruh tubuh Zoya ada yang terluka tidak.
" Bapak ini yang terluka bi bukan aku, "seru nya lemah lembut.
" Ya Allah Zoya, bibi sangat mengkhawatirkan mu, "Tessa memeluk Zoya dengan hangat hingga kehangatan itu merambat kemana-mana.
Si-woo hanya bisa merunduk karena malu atas perlakuan Zoya kepada nya yang begitu baik. " Aa.. maaf Pak, saya boleh meminta izin membawa Zoya pulang? "Tessa memohon izin kepada Hye-joon yang masih terdiam membeku. Hye-joon tersentak saat Ryung-jae memegang bahu nya.
" Bi.. pekerjaan ku belum selesai, "bisik Zoya tidak enak kepada atasan nya.
" Tidak.. kamu, kamu boleh pulang saya juga akan memulangkan semua pegawai hari ini, "sambung Hye-joon dengan gugup.
Tidak lama kemudian ambulans yang di panggil Zoya pun datang, dan membawa Si-woo untuk menjalani perawatan. Si-woo memandang Zoya dengan tatapan penuh penyesalan, Zoya merunduk kan pandangan nya.
" Bibi aku harus mengambil tas ku di loker, "
"Cepat lah ambil, bibi menunggu di sini, " Zoya pergi menuju loker kerja nya untuk mengambil tas, sementara Yeon-jin, Dae-ho dan Myung-jee memerintahkan petugas keamanan untuk membereskan area lobi, Myung-jee memesan fasilitas baru untuk kenyamanan lobi itu.
"Dia bukan anak bibi? " tanya Hye-joon kepada Tessa dengan hati-hati.
"Bukan pak, dia keponakan saya. Tapi saya sudah menganggap nya seperti anak saya sendiri, " Tessa tersenyum canggung bercampur rasa gelisah.
"Jadi, orang tua nya? " Ryung-jae menyelis Hye-joon dengan cepat lalu menyikut lengan Hye-joon.
"Hyung kau sudah melampaui batas, gak berhak kita mengetahui itu, " Tessa tersenyum getir.
"Saya tidak tau orang tua nya dimana, " mereka yang mendengar itu pun seketika mengerutkan dahi nya.
"Maksud---
" Bibi, "ucapan Hyun-il pun terpotong dengan hadir nya Zoya yang sudah kembali.
" Aa.. maaf Pak kami permisi, "pamit Tessa bergegas meninggal kan lobi perusahaan. Namun Zoya menghentikan nya lagi.
" Tunggu bi, "
"Ada apa Zoya? "
Zoya membuka isi tas nya, dan mengeluarkan sebuah kertas persegi. "Pak, Terima ini. Tangan bapak terluka, " Zoya memberikan ansaplas kepada Yee-jun, ia terheran bahkan ia tidak merasakan sakit di area tangan yang ia gunakan untuk memukul Si-woo. Dengan canggung Yee-jun menampani ansaplas pemberian Zoya.
"Terima kasih Pak, Assalamu'alaikum, " pamit Zoya terakhir kali, Zoya yang memberi tetapi Zoya yang mengatakan Terima kasih. Kedua wanita muslimah itu pun berjalan meninggal kan lobi perusahaan, mereka hanya bisa menatap punggung kedua nya yang semakin menjauh.
Salam itu tidak terjawab, Yee-jun menatap telapak tangan nya yang terdapat ansaplas di atas nya, di sebelah nya pula terdapat luka goresan akibat serpihan batang kayu pel merobek kulit tangan nya.
"Pak, ini laporan berkas yang rusak dan hangus, " Jerry tiba tiba datang memberikan map coklat kepada Hye-joon.
"Berapa banyak berkas yang hilang? "
"Tidak banyak pak, " Hye-joon mendecakkan lidah nya lalu mengulum bibir nya menatap map coklat itu.
"Kamu urus sisa nya kepada sekretaris saya, " pinta Hye-joon kepada Jerry.
"Baik Pak, "
"Semua nya, " panggil Yeon-jin kepada ke-enam adik nya.Mereka memutar badan nya melihat Yeon-jin yang berdiri jauh dari mereka.
"Kembali lah, ini bukan waktu kita kembali ke kantor, " seru nya mengajak ke-enam adik nya untuk kembali ke Mansion.
"Jerry, katakan pada Seeni untuk membawa geng Delta ke perusahaan. Ini perintah dari saya, " seru Yee-jun sebelum melangkah pergi.
"Baik Pak, akan saya sampai kan, "
***
Tessa membuka hijab Zoya dan melihat sisi belakang kepala keponakan nya."Gak terlalu sakit kok bi, "pupus Zoya berusaha menenangkan sang bibi.
" Iya tapi lihat, rambut kamu banyak yang rontok. Kulit kepala kamu pun memerah, "Zoya merebut hijab nya dari tangan Tessa.
" In Sya Allah segera sembuh Bi, Zoya mau mandi. Dadah bibi, "seru nya tersenyum melambaikan tangan kepada Tessa. Ia hanya bisa menggeleng kan kepala nya saat melihat Zoya masih berusaha untuk tetap kuat.
" Semoga kamu selalu berada di dalam lindungan nya, Zoya, "gumam Tessa lirih, ia beranjak dari duduk nya dan meninggalkan kamar Zoya.
Waktu maghrib pun tiba, Tessa dan Zoya menunaikan nya dengan sholat berjamaah. Zoya mengangkat kedua tangan nya, berharap dan meminta penuh ketulusan menatap arah kiblat sebagai arah tempat untuk memohon dengan penuh keimanan.
" Aamiin, "gumam nya mengusap wajah nya dengan kedua tangan yang ia angkat sejajar dengan dada.
Tessa tersenyum lembut, " Doa apa sih, kok khusyu' banget? "tanya nya sedikit kepo.
" Hmmm.. bibi kepo, "Zoya terkikik geli lalu melipat sajadah nya.
" Paman belum kembali? "
"Telat pulang katanya masih ketemu dengan majelis ulama, "
"Oh iya bi, Zoya nanti keluar bentar yah mau beli buku, " Tessa menghentikan gerakan nya membuka mukena.
"Mau kemana? gak baik keluar malam-malam kamu, "
"Zoya mau beli buku di toko Hidayah, " Tessa menyelis Zoya dengan cepat.
"Bibi temenin, jauh kamu gak boleh pergi sendirian," Zoya mengerucutkan bibir nya, ia tidak mau merepotkan sang Bibi tetapi Tessa akan tidak mengijinkan nya keluar bila seorang diri apalagi ini malam hari.
"Na'am, " jawab nya pasrah, Tessa tersenyum senang. Mereka berdua beralih kemeja makan untuk menyantap hidangan malam itu, sebelum nya Tessa sudah menyisihkan sebagaian makanan untuk sang suami yang belum kembali dari masjid karena ada pertemuan.
Selesai makan, kedua nya tengah bersiap-siap untuk pergi ke tempat tujuan. Tessa berdiri di ambang pintu kamar Zoya sembari memperhatikan keponakan nya merapikan hijab panjang nya.
"Zoya gak ada niat untuk pakai cadar? " seketika Zoya langsung menyelis Tessa dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Bibi dulu yang kapan mau pakai cadar, padahal Paman Anh udah pengen banget liat bibi pakai cadar, " Tessa mengulum bibi nya lalu beranjak ke kasur Zoya.
"Bibi takut gak bisa istiqomah, "
"In Syaa Allah bibi pasti bisa, " Zoya duduk bersanding di samping Tessa.
"Kalau kamu kapan? " bergantian Zoya juga yang bingung harus menjawab apa, Zoya mengulum bibir nya.
"Kalau Zoya udah siap, Zoya bakal pake cadar, "
"Jangan lama-lama, " Tessa dan Zoya tertawa bersama.
Mereka pun memutuskan untuk segera pergi, sebelum malam semakin larut. Bus 901 yang mengarah ketempat tujuan pun sudah mereka tumpangi. Zoya menatap luar jendela kaca Bus, ia tersenyum lembut menatap pantulan wajah nya di kaca itu. Lain dengan wajah nya yang tersenyum cerah, tatapan mata nya bermakna kesedihan dan gelisah.
Zoya bergumam di dalam hati nya dengan sangat sedih, perasaan nya saat ini sulit di artikan. Hanya kebingungan yang melanda nya selama ini.
"Yaa Allah, Maaf!!
Aku memerlukan banyak waktu untuk sadar bahwa aku hanya boleh menjadi bahagia dengan mu. Engkau mengambil beberapa orang terdekat pergi dari hidup ku untuk menunjukkan pada ku bahwa hanya engkau saja yang ku butuh kan. Dan hanya engkau yang selalu ada sampai akhir. Maaf!! aku butuh waktu yang sangat lama untuk kembali kepada mu, dan terlambat mengerti bahwa jalan satu-satu nya jalan yang benar adalah kembali ke jalan mu. Sungguh aku merasa tersesat tanpa mu, engkau lah yang menenangkan ku saat ku butuh kan, yang berfirman "Sesungguhnya nya dengan kesusahan datang lah kemudahan" dan itu telah di jamin!! , "
Zoya menghembuskan nafas lalu tersenyum lembut, "Alhamdulillah*, "
.......
.......
.......
.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments