“saat itu, polisi yang melihat keadaan kami
berdua sangat prihatin dengan kondisi kami berdua. Aku meminta polisi memeriksa
keadaan mantan suamiku, aku tidak ingin memperkarakan masalah ini. Aku hanya
ingin meminta bantuan polisi itu untuk membiarkan kami kabur jauh. Dengan
bantuan polisi itu, kami bisa kedesa ini dengan identitas baru. Aku mempunyai
nama baru begitu juga dengan putraku. Aku sangat bersyukur dengan kebaikan
mereka.” Air mata sang nenek mengalir di pipinya. Sarah menghapis air mata di
pipi sang nenek.
“nenek seorang ibu yang hebat. Aku sangat bangga
dengan nenek.” Puji Sarah
“suami nenek bagaimana??” tanya Sarah lagi
“dia baik – baik saja. Sejak kami kemari aku
tidak tahu lagi kabarnya dan tidak mau tahu dengan keadaannya.” Jawab sang
nenek dengan wajah kesal
“kamu masih memiliki orang tau nak??” tanya sang
nenek.
Sarah belum menjawab kedua cucu nenek itu datang
menemui Sarah. Cucu perempuannya membawakan teh untuk Sarah.
“silahkan diminum kakak...” kata anak perempuan
itu dengan ramah.
“terima kasih... kamu cantik sekali....” puji
Sarah melihat cucu perempuan nenek yang mempunyai rambut panjang dengan rambut
di kepang dua.
Dengan malu-malu anak perempuan itu berkata
“terima kasih tante...” Anak perempuan itu langsung pergi masuk kekamar begitu
menyerahkan secangkir teh kepada Sarah
Ini adalah pertama kalinya Sarah bersikap ramah
pada orang lain, biasanya ia tidak pernah seramah ini pada siapa pun. Termasuk
pada karyawannya sendiri. Ternyata tidak ada buruknya beramah - tamah
dengan orang lain pikir Sarah.
“aku mempunyai kedua oang tua yang masih sehat.
Papa ku sangat menyayangiku, tapi mamaku sering sekali memarahiku. Hampir
setiap hari dia selalu marah dan kesal kepadaku. Aku tidak tahu salah apa yang
aku lakukan padanya. Ia selalu menganggap yang aku lakukan salah” Kata Sarah
sambil menarik nafas panjang
“seorang ibu tidak mungkin marah kepada anaknya
jika tidak ada kesalahan yang dilakukan sang anak.” Kata nenek itu
“tidak ada kesalahan yang aku buat.” Kata Sarah
mengingat semuanya. Dan menjawab peryataan sang nenek dengan penuh percaya
diri.
“pasti ada kesalahan yang kamu lakukan...
misalnya ketika ibu menyuruh kamu untuk makan, kamu tidak langsung melakukannya.
Kamu malah bersantai-santai dahulu. Itu hal sepele, tapi bagi kamu kaum ibu itu
sama dengan membuang – buang waktu kami. Harusnya kami sudah bisa melakukan hal
lain yang berguna dibandingkan dengan menunggumu melakukan hal yang tidak
berguna.”
“hanya karena hal itu saja bisa membuat marah??”
tanya Sarah tidak percaya.
Ia memang sering terlambat ketika diminta mamanya
sarapan. Ia sibuk dengan kegiatan santainya diatas pohon. Atau ketika mamanya
memintanya melakukan suatu hal, dengan malas ia melakukan perintah mamanya.
Karena dikerjakan tidak dengan sepenuh hati, hasil yang dilakukan Sarah juga
tidak sebagus yang diinginkan mamanya. Selama ini Sarah merasa jika sudah
melakukannya maka sudah selesai kewajiban yang harus dilakukannya.
“tentu saja, apa lagi jika mama kamu mengatakan
jangan keluar rumah. Kamu tetap melakukannya dan mengabaikan dirinya. Walau
kamu sudah dewasa, tapi dimatanya kamu adalah anak kecilnya. Ia akan merasa
sedih, dari kecil dia membesarkan kamu. Ketika sudah dewasa, kamu merasa sudah
bisa mengambi keputusan sendiri dan merasa mandiri, kamu tidak lagi mau
mendengarkan pendapatnya. Ia akan merasa diabaikan karena keangkuhan diri
kamu.”
Sarah Li terdiam, memang itu hal yang sering
dilakukannya dan membuat mamanya marah.
“apa kakak sering membuat mama kakak marah??”
tanya cucu laki – laki sang nenek yang mendadak muncul diantara mereka. Entah
sejak kapan sang cucu ikut bergabung bersama mereka.
Dengan perlahan Sarah mengangguk.
“makanya kakak jangan nakal.” Kata anak laki –
laki itu sambil menepuk pundak Sarah. Seolah - olah ia memiliki umur yang lebih
tua dibandingkan dengan Sarah.
Perlakuan anak laki – laki memberikan terapi
berharga bagi Sarah. Seorang anak kecil berani mengatakan hal seperti itu
kepadanya. Sarah terdiam dan matanya berkaca – kaca karena perkataan anak kecil
ini.
“kamu tidak boleh seperti itu dengan kakak. Tidak
sopan,,,,,” Cucu perempuan nenek melepaskan tangan adiknya dari pundak Sarah.
“kami masuk dulu ya kakak...” permisi cucu
perempuan nenek.
Anak laki – laki tadi melambaikan tangan kearah
Sarah sambil memainkan alis matanya.
“cara cucuk nenek berbicara mirip dengan orang
tua.” kata Sarah sambil tersenyum menatap punggung kedua cucu sang nenek yang
berjalan masuk kedalam rumah.
“ya....mereka adalah sumber kekuatan ku. Aku
bersyukur selama ini mereka menguatkan diriku. Kenapa kamu ada didesa ini?”
“ada kerjaan. Sebenarnya perusahaan tempat aku
bekerja ingin mendapatkan hak paten dari sulaman Xiang. Aku berencana untuk
mengembangkan usaha sulaman ini didunia internasional. Tapi aku mengalami
kesulitan dengan ijin para anggota keluarga Liu soal ini. Mereka menginginkan
harga yang cukup tinggi ada juga yang mengatakan tidak ingin menjual hak paten
sulama Xiang. Aku berusaha memahami hal ini karena bagaimanapun sulaman xiang
adalah kerajinan tangan yang sangat bagus dan sulit mencari anak muda
yang mau mengembangkan sulaman ini.”
“begitulah jika orang sudah berpikiran komersil
sedangkan yang satu lagi berpikiran maju kedepan. Ada yang berpikiran uang
adalah segalanya, ada juga yang berpikiran melesatarikan budaya adalah hal baik
untuk masa depan. Andai nenek bisa membantu mu. Jika mata nenek masih bisa
melihat nenek akan membantu kamu menyulam dan mendidik anak muda agar bisa
mewarisi keahlian ke generasi berikutnya.”
“aku ingin menggunakan sulaman xiang pada pakaian
yang akan di produksi perusahaan kami. Jadi akan ada pembagian keuntungan.
Sepertinya aku masih perlu bernegosiasi lagi. Mungkin aku yang tidak paham
dengan kondisi keluarga Liu. Aku sudah berpikir untuk membatal saja dan tetap
membiarkannya sebagai budaya lokal.” Jelas Sarah.
Sarah melihat kearah matahari yang sudah mulai
tinggi “nenek, matahari sudah tinggi, sebaiknya nenek masuk kedalam rumah.
Nanti kulit nenek terbakar.”
Sarah berdiri sambil memegang tangan nenek
tersebut.
“jika kamu kembali kesini lagi, sepertinya kita
tidak akan bertemu lagi.” Kata sang nenek yang sudah berdiri dengan memegang
lengan Sarah
“kenapa seperti itu??” tanya Sarah sambil
mengerutkan keningnya”
“ anak laki – laki ku sepertinya sudah keberatan
menjaga aku yang sudah tua ini. Aku sudah sangat merepotkan dirinya. Aku belum
bisa pastikan aku akan berada dimana, semoga saja mereka tidak jadi
meninggalkan ku di pinggir jalan seperti yang direncanakan mereka.”
Sarah Li menutup mulutnya yang membenuk
huruf O “bagaimana nenek bisa tahu...” tanya Sarah
“kita yang baru bertemu saja, kamu bisa tahu.
Konon lagi aku yang tinggal bersama mereka.” nenek itu berusaha tersenyum walau
Sarah tahu hatinya sangat sakit saat ini.
“aku akan membantu nenek, jangan khawatir.” Sarah
menepuk pundak telapak tangan sang nenek.
“tidak masalah anak ku. Itu adalah pilihan putra
ku, jika dulu aku tinggalkan dirinya. Ketika aku sudah tua rentah begini
membuatnya harus meninggalkan ku, aku harus bicara apa. Semoga kamu selalu
bahagia dan jangan membuat kecewa kedua orang tuamu. Bahagiakan mereka ya...”
Mata nenek itu kembali berkaca – kaca berbicara dengan Sarah walau tatapan
matanya menghadap kearah lain.
“kalau nenek bersedia aku akan membawa nenek ke
tempat ku. Aku akan meminta orang menjaga nenek dengan baik. Bagaimana? Apakah
nenek bersedia?” bujuk Sarah
“jangan nak, ada cucu ku yang selalu jadi
penyemangat bagi hidupku. Aku tidak ingin berpisah dengan mereka” Nenek itu
memegang tangan sambil tersenyum.
“Nenek juga sehat-sehat ya.. Selamat tinggal”
Sarah berkata sambil melambaikan tangannya.
Sarah tidak habis pikir, bagaimana mungkin masih
bisa bersikap tulus ketika dirimu disakiti orang lain. Apa ini yang namanya
tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan sama sekali? Harus mengalah pada
nasib? Pertanyaan ini berputar – putar dihati dan pikira Sarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments