Serena, Sisca, Chandra, Jackie dan Daniel telibat
pembicaraan yang seru.
“pulau ini luar biasa... sangat bagus.” Puji
Chandra.
Daniel tersenyum sambil berkata “jika kalian
ingin menikmati keindahan pulau ini kedepannya kalian bisa menghubungi ku.”
“kalau sendirian jelas tidak menyenangkan, jika
kita pergi bersama lagi kedepannya.... sepertinya akan sangat menyenangkan.
Bagaimana jika kita atur lagi jadwal liburan bersama?” tanya Jackie
“benar sekali. Bulan madu sekali pun jika hanya
berdua di pulau seperti ini akan sangat sepi. Seperti ini sangat menyenangkan,
seolah - olah hanya kita saja yang hidup didunia ini” Kata Sisca.
"bentuk bangunan ini yang sangat bagus. Setiap kamar terpisah satu sama
lain. Ditengah-tengah rumah ada taman yang cantik. Ada kolam renang ditengah
rumah Bagian depan, ada ruang tamu dengan kaca yang lebar sehingga kita bisa
menikmati pantai. Bangunan didalam bangunan..benar - benar konsep bangunan yang
luar biasa.” Kata Serena
“benar sekali, aku kira ini adalah hotel.
Ternyata bukan, ini adalah rumah milik keluarga Long. Memang keluarga Long
bukan orang sembarangan.” Kata Chandra.
Daniel tertawa mendengar pujian mereka.
“bagaimana tadi malam kalian berdua?? Apakah
terjadi sesuatu...” Serena bertanya sambil memajukan tubuhkan kearah meja
sambil menatap Daniel.
“tidak ada terjadi apapun, tadi malam aku tidur
diruang tamu bersama.... “ kata Daniel sambil menunjuk Chandra.
“pantas saja tadi malam kamu menghilang, ternyata
kamu tidur bersama dengan dia...” Kata Serena meganggukkan kepalanya sambil
menunjuk kearah Chandra dan Daniel.
“kita belum resmi menikah sayang, mana mungkin
kita tidur satu kamar. “ kata Chandra dengan polos.
Jackie tertawa sambil berkata dengan bangga
“untung saja aku sudah menikah. Hanya aku yang paling beruntung dari kalian
berdua.” Jakcie mengangkat alisnya sambil menatap Sisca.
“tenang saja, bulan depan kami akan segera
menikah. Aku akan menyusul kalian berdua. Bagaimana dengan kamu??” Chandra
bertanya dengan Daniel.
“aku....belum bisa memastikan, sekarang semua
tergantung kepada Sarah. Aku lebih suka memperhatikan dan mengikuti semuanya
sesuai dengan keinginan dia saja.” Daniel menundukkan pandangannya sambil
melihat kearah luar jendela kaca yang membentang panti berwarna biru dengan
awan putih bergantung dengan sempurna.
Ketika Daniel melihat kearah luar jendela, mereka
semua melihat kearah Sarah yang sedang dimanja oleh para orang tua.
“sarah itu adik kami yang biasanya selalu membuat
keributan, hanya papa yang selalu memanjakan dirinya. Tapi belakangan ini dia
bener – benar berubah menjadi primadona para orang tua. Aku yakin tidak hanya
hal tersebut yang terjadi, pasti ada hal lain yang terjadi. Jujur aku sangat
penasaran.” Kata Sisca sambil menupangkan dagunya ada satu tangannya diatas
meja.
“Desa sulam itu 80 persen penduduknya adalah para
orang tua sangat sedikit anak muda disana. Banyak para orang tua yang hidup
sendiri disana tanpa anak mereka. Anak – anak muda lebih suka bekerja dikota
karena penghasilan mereka katanya lebih besar dibandingkan dengan menyulam.
Disana dia tidak hanya mengetahui apa arti keluarga seharusnya. Ia juga
mempelajari, mungkin kita memang perlu kekayaan tapi ada hal terpenting dalam
hidup. Kita bisa mendapatkan harta, tapi jangan lupa dengan kedua orang tua.”
Kata Daniel.
“jadi kamu tidak bisa ditemui selama beberapa
hari karena menemani adik iparku kedesa Sulam??” tanya Jackie polos.
“ia... aku kesana mengawasinya.” Jawab Daniel
dengan jujur.
“kenapa kamu menemani adik ipar??” selidik Jackie
“aku hanya ingin memastikan saja. Tidak ada
alasan khusus.” Daniel menjawab pertanyaan sambil melihat kearah Jackie.
“aku kenal kamu dari dahulu. Seorang Daniel Long
tidak mungkin pergi hanya untuk mengawasi adik ipar kami tanpa alasan pribadi.”
“tentu saja ada alasannya, aku ingin mengajak
penduduk didesa sulam bekerja sama untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Tapi
memang tidak mudah meyakinkan mereka. Karena pola pikir dan pendidikan yang
masih rendah.” Jelas Daniel mencoba membela diri
“aku paham, untuk mendapatkan karya mereka pasti
juga tidak mudah. Adik kedua terlihat sangat bersedih ketika kembali waktu itu.
Melihatnya saat itu seperti melihat seorang tentara yang kalah dalam
peperangan. Benar – benar menyedihkan.” Kata Sisca mengingat yang waktu
kepulangan adiknya ia melihat dari jauh Sarah tampak murung dan sedih.
*****
Sebenarnya yang dialami Sarah lebih dari itu,
waktu itu Sarah bangun lebih awal. Ia berjalan menelusuri sungai yang tidak
jauh dari pemukiman penduduk. Ia melihat dari jauh seorang nenek yang buta
duduk dipinggir sungai sambil bersantai di kursi bambu. Ia sepertinya sedang
menikmati cahaya matahari pagi. Ketika akan berjalan mendekatinya, ada sepasang
suami istri sedang berbicara.
Sang istri berkata kalau ia sudah tidak sanggup
lagi menjaga mertuannya. Ia ingin segera pindah ke kota, tapi sang suami
menolak melakukannya dengan alasan ibunya sudah tua dan kondisi matanya buta.
Tidak mungkin membiarkan sang ibu hidup sendiri. Sarah saat itu sangat kagum
dengan ketulusan hati anak laki – laki nenek itu. Istrinya terlihat kesal dan
tidak menerima keputusan suaminya.
Pernyataan dari pria itu mengejutkan Sarah
beberapa detik kemudian, ia meminta sang istri untuk bersabar. Karena ia sedang
berusaha meminta persetujuan ibunya untuk menjual rumahya dan kemudian
menitipkan ibu mereka di panti jompo atau meninggalkannya saja dipinggir jalan.
Sang istri berkata, bukan kah jika menitipkan dipanti jompo maka kita harus
membayar biaya bulanan? Sang suami pun berkata, kalau begitu kita pura – pura
berjalan jauh kemudian meninggalkan sang nenek.
Saat mendengar perkataan pria itu air mata Sarah
menetes di pipinya. Walau nenek itu bukan orang tua kandungnya, tapi hatinya
sakit. Ada rasa tidak terima dalam hatinya mendengar sang nenek akan
diperlakukan seperti itu. Ia sangat ingin memberikan pria itu pelajaran. Tapi
Sarah mengurungkan niatnya karena bagaimana pun itu bukan urusannya.
Ketika suami istri tersebut sudah pergi kepasar,
Sarah mendatangi nenek tersebut.
“nenek, anda sedang berjemur??” sapa Sarah
“iyaa... matahari pagi sangat baik untuk tubuh
nak. Kamu bukan anak muda dari desa kami ya??” tanya nenek itu
“dari mana nenek bisa tahu?” kata Sarah
“dari dialek yang kamu gunakan bukan dari desa
ini. Duduk lah.” Kata wanita tua itu sambil menunjuk kursi panjang dari kayu
disebelahnya
“nenek kenapa bisa tahu kalau disebelah nenek ada
kursi??” tanya Sarah penuh tanda tanya, dengan ragu Sarah duduk sambil menatap
nenek itu dengan heran.
“anak muda.... Terkadang, orang yang punya mata
tapi tidak bisa melihat. Ada orang buta ia malah bisa melihat semuanya dengan
sempurna.” Senyum tipis di wajah keriputnya membuat Sarah merasa tenang.
“nenek sangat hebat. Kata – kata nenek sangat
bagus. Sangat beruntung menjad anak nenek.” Puji Sarah.
Wajah ceriah sang nenek berubah menjadi rasa haru
yang sulit dijelaskan oleh Sarah. Tapi ia melihat ada rasa sedih dan kecewa
dalam wajah sang nenek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments